Minggu, 29 November 2015

Padang gurun, pintu masuk api pemurnian (panggilan hidup – 11)

Beberapa bulan lalu saya sangat bersemangat. Hal itu karena saya yakin sekali Tuhan panggil saya untuk lakukan hal ini. Saya dengar Tuhan berbicara banyak tentang hal ini. Dia nyatakan janji-janji-Nya. Saya pun melihat pintu mulai terbuka. Beberapa rekan mendukung langkah saya ini. Saya bersemangat sekali untuk menjalani perjalanan ini bersama dengan Tuhan.

Tetapi sekarang apa yang terjadi? Pintu yang saya rasa Tuhan bukakan untuk saya tertutup. Rekan-rekan yang berkata akan mendukung saya mulai menjauh karena berbagai alasan. Orang-orang terdekat saya mulai menentang langkah saya ini. Saya terus berdoa tetapi seolah jalan di depan semakin suram. Saya lakukan ini itu untuk mencari Tuhan tetapi saya tetap merasa kering. Saya mulai putus asa dan kuatir. Mengapa kondisi sekarang berbeda dengan beberapa bulan lalu?

Pernahkan anda mencapai tahap ini dalam perjalanan iman melakukan panggilan hidup anda? Jika pernah atau mungkin sedang anda alami sekarang, maka anda sedang memasuki sebuah zona baru bernama : Padang gurun (Wilderness).

Mau tidak mau, setiap orang akan memasuki masa padang gurun ini. Padang gurun secara rohani adalah salah satu masa terberat dalam melakukan panggilan hidup. Ini adalah masa dimana cobaan silih berganti datang, kondisi rohani terasa kering walaupun saat teduh dan doa tetap dilakukan, Tuhan seolah tidak menjawab apa-apa terhadap doa kita, rekan-rekan tidak ada yang menolong, dan puncaknya adalah saat kita ingin sekali berkata “menyerah”.

Masa padang gurun bisa datang kapan saja. Elia, sang nabi luar biasa, pernah merasakan saat ini. Dalam 1 raja-raja 19: 4 dikatakan bahwa Elia meminta agar dia mati saja. Padahal dia baru saja menyembelih iman-iman baal dan melakukan mujizat yang luar biasa. Ayub merasakan padang gurun ini saat dia sedang berada dalam puncak karir hidupnya. Tidak pernah ada yang tahu kapan padang gurun itu datang.

Banyak orang menghindari padang gurun ini dalam perjalanan imannya. Tetapi tahukah kita bahwa Tuhan sebenarnya inginkan dan ijinkan kita masuk dalam level ini? Ada orang yang menang melewati padang gurun ini seperti Yosua, Kaleb, Elia, Ayub, Yohanes Pembaptis, sampai kepada Tuhan kita Yesus. Ada orang yang hampir melewatinya seperti Musa. Tetapi ada orang yang gagal seperti orang Israel dan Saul.

Ulangan 8 berkata dengan indahnya mengenai maksud padang gurun itu. Ulangan 8:2 berkata bahwa maksud Tuhan membawa orang Israel ke padang gurun adalah untuk merendahkan hati mereka dan mencobai mereka untuk mengetahui apa yang ada dalam hati mereka.

Ayub bisa memenangkan padang gurun cobaannya setelah dia merendahkan hatinya di depan Tuhan (Ayub 42). Merendahkan hati adalah kunci pemulihan. Dalam merendahkan hati kita menaruh kepercayaan sepenuhnya pada Tuhan. Panggilan hidup yang kita kerjakan adalah datang dari Tuhan, dikerjakan oleh Tuhan dalam kita, dan untuk kemuliaan Tuhan. Seringkali kita yakini bagian pertama saja dan mulai mengerjakan itu dengan kekuatan kita dan bahkan untuk kemuliaan kita. Tuhan ingin koreksi setiap hati lewat padang gurun ini. Tuhan ingin menjadikan Abraham sebagai bapak banyak bangsa tetapi dia tidak punya anak. Abraham mencoba dengan caranya sendiri sehingga lahirlah Ishak. Ini adalah bentuk kesombongan dan pengandalan diri sendiri. Tuhan tidak ingin Dia diintervensi. Celalakah orang yang mengandalkan manusia dan kekuatannya sendiri, tetapi diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan (Yeremia 17:5-8).

Yeremia 17:9-10 berkata bahwa hati manusia adalah licik dan Tuhan menyelidiki hati setiap orang. Itu mengapa padang gurun adalah sarana paling ampuh untuk memurnikan hati kita. Yakobus 1:14 berkata bahwa setiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri. Cobaan itu akan menunjukkan seperti apa sebenarnya hati kita. Di padang gurun lah kelihatan bahwa sebenarnya orang Israel menyukai kehidupan lama mereka di mesir (Keluaran 16:2). Jika kita bawa konteks ini ke kehidupan sehari-hari, padang gurun akan menunjukkan kedalaman hati kita yang sebenarnya masih menyukai dosa-dosa dan gaya hidup yang lama sebelum bertobat. Mari lihat pencobaan Tuhan Yesus dalam Matius 4. Sebenarnya iblis berusaha mencobai Yesus lewat sesuatu yang sangat diingini setiap manusia. Iblis mencobai lewat roti yang adalah lambang materi dan kabar buruknya adalah Yesus saat itu sedang lapar. Bagian kedua iblis mencobai tentang ketundukan kepada otoritas Allah dimana pada dasarnya manusia tidak mau tunduk kepada otoritas di atasnya. Bagian ketiga iblis mencobai lewat kekuasaan dan kabar buruknya bahwa setiap orang di dunia pada dasarnya ingin kekuasaan. Jadi pencobaan itu membuat kita mengerti bagaiman sebenarnya dasar hati kita sebagai manusia.

Begitu banyak orang menyerah di tengah jalan saat masuk ke padang gurun ini. Mereka memutar jalan dan berkata sepertinya ini bukan jalan yang Tuhan ingini. Mereka mulai berpikir sepertinya salah mendengar suara Tuhan. Mereka pun menyerah dan mulai hidup bagi dunia lama mereka. Mereka menyerah kepada panggilan hidup yang luar biasa itu. Dan paling buruknya adalah mereka durhaka pada Tuhan dan meninggalkan Dia.

Tetapi tahukan anda bahwa banyak orang juga yang berhasil melewatinya? Yesus dibawa ke padang gurun dan dicobai dan Dia menang! Setelah Dia dicobai oleh setiap keinginan daging manusia, Dia tetap menang. Dikatakan bahwa Yesus telah dicobai tetapi Dia tidak berbuat dosa (Ibrani 4:15). Mungkin kita berpikir tidak relevan menyamakan kita dengan Yesus karena Dia adalah Tuhan dan jelas pasti bahwa Dia tidak berdosa dan dapat menang. Tetapi puji Tuhan, ada contoh-contoh di alkitab yang menceritakan orang-orang biasa seperti kita yang memasuki padang gurun dan pada akhirnya dia menang walaupun mungkin dia sempat melakukan kesalahan dan mau menyerah, seperti Abraham, Yosua, Kaleb, Elia, Ayub, Yohanes Pembaptis.

Ada masa-masa dimana Abraham seharusnya menyerah. Selama 25 tahun Tuhan seolah berfungsi sebagai PHP : Pemberi Harapan Palsu. Dia terus berjanji tetapi selama 25 tahun tidak digenapi. Abraham lalu jatuh dan menyerah sehingga dia menikahi Hagar. Tetapi pada akhirnya dia dapatkan apa yang Tuhan janjikan lewat kelahiran Ishak.

Yosua dan Kaleb adalah contoh orang yang sebenarnya hampir gagal di padang gurun. Mengapa? Karena usia mereka sudah sangatlah tua saat masuk ke Kanaan. Mereka berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun. Mereka jauh lebih lama dari Abraham menunggu janji Tuhan. Mereka menjadi saksi pekerjaan Tuhan di Mesir dan mereka sendiri mendengar Tuhan berjanji membawa mereka ke Kanaan. Dan semua tahu kisah akhirnya, mereka akhirnya masuk ke Kanaan setelah berjalan 40 tahun!

Bisakah anda lihat teladan dari hidup mereka? Hal yang sangat saya sukai adalah bahwa mereka tetap bertahan walaupun mereka tidak tahu kapan janji itu digenapi. Jika anda masuk ke padang gurun, maka anda tidak akan pernah bisa melihat ujungnya. Anda pun tidak tahu mana ujungnya. Itulah padang gurun rohani, tidak pernah diketahui kapan berakhinya. Tuhan tidak pernah memberitahu Abraham bahwa dia harus menunggu 25 tahun. Begitu juga dengan Yosua dan Kaleb. Sehingga kita bisa simpulkan bahwa kunci pertama untuk melewati padang gurun adalah tetap berjalan dan tetap percaya pada Tuhan walaupun ujungnya masih belum terlihat (Roma 4:18-21). “Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepada-Nya” – Ibrani 10:38.

Lalu apa yang bisa membuat kita bertahan di padang gurun rohani? Cuma ada 1 hal yang membuat kita bertahan, yaitu IMAN. Iman membuat kita bertahan. Iman membuat kita mampu melihat sampai ke ujung perjalanan kita. Iman membuat kita beroleh kekuatan dalam kelemahan (Ibrani 11:34). Iman yang diperlukan adalah iman Abraham yang walaupun tidak melihat tetapi tetap percaya dan bukan iman tomas yang harus melihat baru percaya. Karena di padang gurun, semua tidak kelihatan baik.

Langkah iman pertama yang bisa dilakukan untuk menang di padang gurun rohani adalah mengucapkan syukur. Kidung Agung 3:6 berkata “Apakah itu yang membubung dari padang gurun seperti gumpalan-gumpalan asap tersaput dengan harum mur dan kemenyan dan bau segala macam serbuk wangi dari pedagang?” gumpalan asap adalah lambang dari korban persembahan. Asap ini bukan asap biasa karena berasal dari padang gurun yang terkenal tandus dan asap ini penuh dengan aroma yang sangat harum. Persembahan terbaik dan menyenangkan hati Tuhan yang bisa dilakukan di padang gurun adalah bersyukur. Mengapa? Karena bersyukur adalah sesuatu yang sangat sangat sukar dilakukan di tengah berbagai persoalan dan seolah tidak ada jawaban dari Tuhan.

Mari lihat kisah Ayub. Yang iblis harapkan dari hidup Ayub adalah agar dia mengutuki Allah ketika dia diterpa berbagai masalah (Ayub 2:5). Salah satu dosa terbesar orang Israel selama di padang gurun adalah bersungut-sungut (Keluaran 17:3). Iblis menghendaki kita tidak bersyukur dan bersungut-sungut di padang gurun, tetapi Allah sebaliknya. Mari lihat iman Tuhan dalam kisah itu. Tuhan sangat begitu beriman bahwa Ayub akan tetap percaya kepada-Nya walaupun di tengah persoalan besar (Ayub 2:5). “Love is ever ready to believe the best of every person” – kasih siap untuk percaya yang terbaik dari setiap orang (I kor 13:7 amp. Bible). Itulah Allah. Jadi di satu sisi iblis ingin kita mengutuki Allah dan kondisi kita dan tidak bersyukur. Tetapi di sisi lain Allah percaya bahwa di tengah padang gurun sekalipun kita akan tetap bersyukur. Jadi kawan, Allah saja percaya anda mampu melewati padang gurun itu dengan kemenangan. Lalu bagaimana dengan anda?

Hal selanjutnya yang harus dilakukan agar kita segera meninggalkan padang gurun dan masuk ke tanah perjanjian adalah bertobat dari semua dosa dan pemberontakan kita. Mengapa orang Israel perlu mengembara selama 40 tahun di padang gurun? Karena Tuhan harus membinasakan habis semua orang yang membangkang kepada-Nya (Bilangan 32:13). Orang Israel memang sudah keluar dari Mesir, tetapi Mesir belumlah keluar dari pikiran mereka. Itu mengapa perlu waktu selama 40 tahun. Masih ada orang-orang yang mendambakan kembali ke Mesir dan hidup dalam penjajahan. Tuhan ingin agar orang yang memasuki tanah perjanjian adalah orang-orang yang membenci manusia lama mereka dan percaya sepenuhnya pada Tuhan. Jadi, semakin lama kita bertobat, semakin lama pula kita akan berputar-putar di padang gurun. Pertobatan adalah kunci memasuki tanah perjanjian dan menang.

Salah satu alasan mengapa ada orang-orang gagal di alkitab adalah agar kita bisa belajar dari hidup mereka dan tidak mengulangi kesalahan mereka. Mari kita belajar dari hidup Saul, seseorang yang tidak bisa masuk ke “tanah perjanjiannya” dan “mati” di padang gurun.

Sesaat sesudah Samuel mengurapi Saul sebagai raja, Samuel menyuruh Saul menunggunya 7 hari agar Samuel mempersembahkan korban pada Tuhan (1 Sam 10:8). Tetapi Saul tidaklah sabar menunggu lalu akhirnya membakar korban bakaran mendahului Samuel (1 Sam 13:8). Akibatnya Tuhan pun menolak Saul sebagai raja. Kesalahan Saul adalah dia tidak sabar menantikan proses Tuhan selama 7 hari itu. Memang dikatakan bahwa rakyat mulai meninggalkan dia karena takut kepada filistin (1 Sam 13:11). Tetapi waktu Tuhan tidaklah boleh dilanggar. Perbuatan Saul adalah bukti ketidaktaatan dan pemberontakan pada Tuhan. Itu juga bukti ketidakadaan iman dalam hidup Saul ketika masalah datang. Dan tidak ada daya tahan menanti waktu Tuhan digenapi.

Lalu apakah Tuhan benar-benar membiarkan kita sendiri di padang gurun? Tentu saja tidak. Dia tidak pernah tinggalkan kita. Cuma seolah-olah Dia diam, tetapi sebenarnya tidak. Allah mampu berbicara kepada Yohanes pembaptis di padang gurun (Lukas 3:2). Allah mampu menyediakan air kepada orang Israel di padang gurun (Keluaran 17:6). Allah juga memberikan kemenangan pertempuran di padang gurun (Keluaran 17:13). Dia mampu lakukan mujizatnya di padang gurun. Tetapi masih maukah anda bertahan?

Kawan, jika anda berada di padang gurun rohani, tetaplah berjalan. Iblis menghendakimu berhenti dan menyerah. Tetapi sadarlah bahwa ada tanah perjanjian yang menantimu. Walaupun kondisi kelihatan buruk, ketidakjelasan kapan masalah itu akan selesai, kondiri rohani yang kering, dan sebagainya, tetaplah berjalan dan percaya. Mengucap syukur adalah kunci awal dari kemenangan di padang gurun, pertobatan akan membuat proses lebih cepat, dan iman adalah dasar kemenangan kita. Teruslah maju dan jangan menyerah meraih tanah perjanjianmu!

Tiga tipe orang yang mengerjakan panggilan hidupnya (Panggilan hidup – 10)

Goal dari perjalanan panggilan hidup kita adalah memasuki tanah perjanjian yang Tuhan sediakan. Tanah perjanjian itu tidaklah terletak di surga, tetapi di bumi. Firman pertama Tuhan kepada manusia adalah menaklukkan bumi dan berkuasa atas segala isinya (Kejadian 1:28). Dalam Roma 5:17 dikatakan bahwa kita akan hidup dan berkuasa di bumi oleh karena Yesus. Jadi bumi adalah tanah perjanjian yang Tuhan sediakan.

Sayangnya, banyak orang percaya yang tidak bisa masuk ke tanah perjanjiannya. Ada yang mati di padang gurun, ada yang cuma sampai di perbatasan, dan cuma segelintir yang masuk ke tanah perjanjian mereka. Mari lihat Ibrani 3:7 – 4:11.

Disana dikatakan bahwa ada yang mati di padang gurun karena ketidaktaatan dan dosa mereka (Ibr 3:17). Inilah orang-orang Israel yang menolak percaya kepada Tuhan bahwa Tuhan mampu membawa mereka melewati padang gurun dan masuk ke tanah perjanjian.

Tetapi ada pula yang masuk ke tanah perjanjian (Ibr 4:6). Mereka adalah orang-orang Israel yang percaya pada Tuhan, termasuk Yosua dan Kaleb. Walaupun di tengah cobaan dan raksasa-raksasa, mereka tetap percaya.

Tetapi ada pula tipe ketiga, yaitu orang yang Cuma sampai di perbatasan dan melihat isi tanah perjanjian. Dia adalah Musa. Musa tidak bisa masuk karena ketidaktaatannya (Bilangan 20:12). Sebenarnya harun dikenai hukuman yang sama. Tetapi harun lebih parah karena dia mati jauh sebelum melihat tanah perjanjian.

Jika kita bawa konteksnya dalam kehidupan sehari-hari, ada orang yang berjalan dalam panggilan hidupnya tetapi memilih mundur di tengah jalan ataupun menyerah dengan dosa dan tekanan dunia. Ada juga tipe orang yang menjalani panggilan hidupnya tetapi dia cuma sampai di level “hampir” masuk dan tidak pernah sampai ke level tertingginya. Tetapi ada golongan ketiga yang bisa meraih puncak panggilan hidupnya dan menikmati semua hal yang Tuhan sediakan di tanah perjanjiannya.

Kunci utama agar kita bisa masuk ke dalam golongan orang yang bisa masuk ke tanah perjanjian terdapat dalam Ibrani 4:7 yang berkata : Sebab itu Ia menetapkan pula suatu hari, yaitu “hari ini”, ketika ia setelah sekian lama berfirman dengan perantaraan Daud seperti dikatakan di atas: “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!”

Jadi Tuhan ingin agar pertobatan dilakukan hari ini. Semua kekerasan hati yang tidak mau bertobat dan berbalik pada Tuhan harus dilakukan hari ini. Sudah kita dengar lewat pembahasan yang lain bahwa penyebab lamanya orang Israel berada di padang gurun adalah karena pertobatan mereka yang lama (Bilangan 32:13). Jadi, semakin lama anda bertobat, semakin anda tidak akan bisa masuk ke tanah perjanjian itu.

Akhir kata, tipe manakah yang anda imani terjadi dalam hidup anda?

Sebuah benang merah perjalanan panggilan hidup (Panggilan hidup – 9)

Dari sekian banyak pembahasan tentang panggilan hidup, kita bisa lihat benang merah perjalanan panggilan hidup kita dalam perjalanan orang Israel menuju tanah perjanjian.

Langkah-langkah perjalanan mereka adalah sebagai berikut: memiliki masalah kelaparan – pindah ke mesir dan diselamatkan – diperbudak di mesir – dilepaskan dari mesir dengan mujizat Tuhan – masuk ke padang gurun – melewati sungai Yordan – masuk ke tanah perjanjian dan mendudukinya. Orang Israel pindah ke Mesir karena mereka memiliki masalah kelaparan pada jaman Yakub dan yusuf (Kejadian 42). Uniknya, Abram pun pergi ke Mesir karena masalah kelaparan (Kejadian 12:10). Dan karena bergaul dengan orang Mesirlah Abram mendapat masalah mengenai Sara dengan Firaun. Tidak cukup disitu saja, Hagar yang melahirkan Ismail juga berasal dari Mesir. Tidak Cuma mereka, Ishak pun berniat pergi ke Mesir karena bahaya kelaparan, tetapi Tuhan melarang dia pergi (kejadian 26:2).

Mesir adalah lambang dunia. Meminta pertolongan kepada Mesir saat ada kelaparan berarti meminta pertolongan pada dunia pada saat hidup kita dilanda kesusahan. Memang, Mesir menolong Abram dan Yakub. Tetapi pertolongan itu cuma bersifat sementara. Di kemudian hari, masalah datang kepada hidup Abram dan keturunan Yakub dari Mesir. Ishak untungnya tidak melakukan hal itu. Kisah di atas memberi kita pelajaran bahwa pertolongan dari dunia Cuma bersifat sementara dan pada akhirnya akan mencelakakan kita.

Sesudah lewat jaman Yusuf, orang Israel diperbudak di Mesir dengan sangat keras. Ini adalah lambang dari perbudakan dosa. Kita semula berpikir bahwa dunia dapat menolong kita dari masalah, tetapi yang terjadi adalah kita malah diperbudak di kemudian hari.

Sesudah itu, datanglah mujizat Tuhan atas orang Israel lewat 10 tulah. Mereka akhirnya bisa dilepaskan dari Mesir. Itu adalah lambang lahir baru dan pemulihan dari Tuhan. Banyak orang mungkin berhenti sampai di titik ini. Tetapi Tuhan ingin anda maju lebih jauh bersama Tuhan.

Sesudah dilepaskan, orang Israel masuk ke padang gurun selama 40 tahun. Padang gurun adalah zona pemurnian hati setiap orang. Banyak orang yang mati di padang gurun. Tetapi ada juga yang masuk.

Dari orang-orang yang tidak mati di padang gurun itu, mereka harus melewati sungai Yordan terlebih dahulu sebelum masuk ke tanah perjanjian. Tuhan membuat mujizat di sungai Yordan sehingga orang Israel bisa melewatinya.

Dan pada akhirnya, orang Israel pun masuk ke tanah perjanjian. Sudah selesaikan tugas mereka? Tentu saja belum. Disana mereka harus berperang melawan raksasa-raksasa dan merebut wilayah kekuasaan mereka sampai akhirnya Tuhan memberikan keamanan kepada mereka dari serangan musuh-musuh mereka. Di waktu itu, mereka bisa menikmati semua hal luar biasa yang didapat dari tanah Kanaan: susu, madu, anggur, hasil bumi, dan sebagainya; dengan berlimpah-limpah.

Mari lihat hidup anda. Berada di level berapakah anda? Jika anda belum sampai ke tanah perjanjian anda, mari terus berjalan. Jangan menyerah di tengah jalan. Perjalanan mungkin akan panjang, tetapi janji itu akan terus berlaku : “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibrani 13:5).

Senin, 23 November 2015

Panggilan hidup, sesuatu yang dilahirkan (panggilan hidup – 8)

Sebuah panggilan hidup bisa dikatakan sebagai sebuah visi yang harus diraih dalam hidup ini. Ada beberapa alasan mengapa Tuhan membiarkan kita hidup di bumi sesudah lahir baru. Salah satu yang paling sering didengar adalah agar orang lain bisa dibawa kepada Kristus lewat hidup kita di dunia. Yes, that’s true! Dan sisa lainnya adalah agar kita melakukan dan menyelesaikan visi hidup kita tersebut.

Visi hidup mempunyai proses yang kurang lebih sama proses melahirkan seorang anak. Ada 5 tahap umum yang diperlukan dan dilalui sebelum seorang ibu melahirkan seorang anak : keintiman, pembuahan, mengandung, persalinan, melahirkan bayi.

Keintiman adalah hal dasar dalam suatu hubungan suami-istri. Tanpa keintiman, tidak akan pernah ada proses pembuahan. Sama seperti hubungan suami-istri, visi hidup adalah sesuatu yang dilahirkan lewat hubungan yang intim dengan Bapa. Hubungan suami-istri tentunya dilakukan secara privat dan tidak di tempat yang ramai dan begitu juga dengan hubungan intim dengan Bapa. Diperlukan waktu-waktu privat dan intim dengan Bapa lewat penyembahan, doa, pembacaan firman, refleksi, dan sebagainya. Waktu-waktu khusus dan privat dimana Cuma ada kita dan Bapa diperlukan disini. Tidak ada gangguan dari pihak manapun.

Hal diatas semakin memperjelas bahwa hubungan pribadi dengan Tuhan adalah sesuatu yang mutlak harus dilakukan untuk mengetahui panggilan hidup kita. Mungkin saja kita bisa dapatkan peneguhan visi hidup dari hal-hal umum dan tidak privat, tetapi proses mula “bayi visi hidup” terbentuk selalu dilalui dengan keintiman pribadi dengan Tuhan. Mari lihat hidup Abraham, Yakub, Musa, Yosua, Gideon, Samuel, Istri Manoah ibu Simson, Samuel, Salomo, Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, sampai kepada Zakharia ayah Yohanes Pembaptis dan Maria ibu Yesus. Panggilan Tuhan atas hidup mereka terjadi saat mereka berdua dengan Tuhan.

Seorang calon bayi Cuma bisa terbentuk dari proses pembuahan suami pada istri. Dan uniknya adalah proses pembuahan yang melahirkan calon bayi ini tidak selalu terjadi pada saat hubungan suami-istri. Dan tentunya pembuahan tidak akan terjadi dalam hubungan komunikasi biasa dari suami-istri.Begitu juga dengan pembuahan visi hidup. Tuhan tidak selalu berbicara mengenai visi hidup kita setiap saat kita datang kepadanya. Hal ini Cuma bisa terjadi dalam waktu-waktu khusus yang kita bahkan tidak ketahui. Sama seperti pembuahan sperma pada ovum. Hal ini tidak terus terjadi dalam hubungan suami-istri. Tetapi ada saat khusus, yang tentunya tidak ada orang yang mengetahui, dimana pembuahan ini terjadi dalam beberapa kali hubungan suami-istri.

Jika kita melihat hal ini, maka jelaslah bahwa intensitas hubungan pribadi dengan Tuhan perlu ditingkatkan agar “pembuahan visi hidup” itu bisa terjadi. Ada faktor “waktu Tuhan” yang menjadi misteri dan itu adalah hak Tuhan. Salah satu yang bisa kita lakukan adalah “memperbesar peluang” waktu Tuhan itu terjadi.

Sama seperti calon bayi. Pada mulanya tidak ada yang tahu bagaimana rupanya saat sperma membuahi ovum. Calon bayi itu mulanya kelihatan samar-samar dan tandanya tidaklah jelas. Seringkali visi hidup dari Tuhan juga Cuma kelihatan samar-samar dan tidaklah jelas. Tetapi waktu akan membuat itu semakin jelas terlihat.

Hal lainnya adalah bayi adalah representasi dari ayah dan ibunya. Begitu juga visi Tuhan. Visi Tuhan dalam hidup kita adalah representasi Tuhan sebagai mempelai pria dan kita sebagai mempelai wanita. Visi hidup itu mirip dengan Tuhan alias sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan. Lalu visi hidup itu juga mirip dengan kita alias sesuai dengan talenta dan karunia yang Tuhan berikan pada kita dan sesuai dengan passion yang Tuhan taruh dalam kita. Itu mengapa pengembangan talenta adalah sesuatu yang mutlak dilakukan untuk melakukan panggilan hidup kita.

Proses ketiga dalam melahirkan visi adalah proses mengandung. Proses mengandung membutuhkan waktu yang sangat lama dibandingan proses pembuahan. Dibutuhkan kurang lebih 9 bulan untuk mengandung sesudah proses pembuahan yang berhasil. Hal itu untuk memastikan bayi keluar dengan keadaan siap dan sudah diperlengkapi dalam kandungan. Begitu juga dengan visi Tuhan. Dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk mengeluarkan visi Tuhan dari kandungannya.

Sama seperti proses persalinan yang dilakukan dalam tubuh ibunya dan tentunya mengubahkan kelakuan sehari-hari ibunya, demikian juga visi hidup terjadi dan diproses dalam hidup kita dan tentunya mengubahkan hidup kita. Ibu yang mengandung mulai mengatur pola makannya, tidak bisa banyak bergerak, dan lain-lain agar bayinya sehat. Begitu juga dengan kita. Proses mengandung visi Tuhan akan membuat hidup kita berubah. Kita akan semakin sering berdoa meminta tuntunan Tuhan dan kejelasan mengenai visi itu, kita mulai mencari tahu mengenai visi hidup itu, pikiran kita mulai dipusatkan pada visi, dan lain-lain.

Tahap keempat adalah tahap yang singkat tetapi menyakitkan, yaitu persalinan. Bagi seorang ibu, persalinan adalah proses yang sangat sukar dan menyakitkan tetapi harus dilalui untuk melahirkan seorang anak. Begitu juga dengan visi Tuhan. Seringkali saat dimana visi itu akan dilahirkan, tantangan, masalah, dan cobaan begitu berat menekan hidup kita. Hal-hal itu mulai sering terjadi. Tidak sedikit ibu yang meninggal saat persalinan. Begitu juga dengan iblis yang berusaha membunuh kita secara rohani agar kita tidak melahirkan visi Tuhan itu. Dia lakukan segala cara agar kita menyerah dan dia ingin membunuh dan mencuri visi itu.

Tetapi ketahuilah, semakin besar cobaan, maka proses melahirkan akan segera datang. Besar cobaan itu juga mengartikan bahwa visi Tuhan itu sangatlah besar dan berbahaya bagi iblis. Singkat cerita, cobaan dalam proses persalinan visi hidup mengartikan 2 hal : waktunya melahirkan sudah dekat dan iblis tidak suka jika kita melahirkan visi Tuhan.

Hal terakhir tentunya setelah proses panjang, melelahkan dan mungkin menyakitkan adalah melahirkan visi Tuhan dalam hidup kita. Seorang ibu yang melahirkan anaknya dan mendapati anaknya sehat akan dalam sekejap melupakan segala kesusahannya saat proses mengandung dan persalinan. Begitu juga dengan kita. Ada kepuasan batin yang luar biasa dari Tuhan saat kita mengetahui dengan jelas visi yang dari Tuhan.

Banyak orang akan ikut merayakan saat seorang bayi lahir. Begitu juga dengan visi Tuhan. Banyak orang akan ikut bersorak saat visi hidup itu dilahirkan dalam kehidupan kita. Mengapa? Karena visi hidup itu tentunya akan memberkati banyak orang. Visi hidup yang dari Tuhan tentunya tidaklah egosentris, tetapi mempermuliakan Tuhan dan memberkati banyak orang.

Lalu apakah sekarang semua proses sudah selesai? Tentu saja ini baru permulaan. Seorang ibu tidak langsung lepas tangan saat bayi dilahirkan. Masih ada proses panjang bagi bayi ini, yaitu memastikan dia bertumbuh menjadi seorang yang dewasa. Begitu juga dengan visi hidup. Melahirkan sebuah visi hidup hanyalah permulaan dari sebuah proses yang sangat panjang dan menantang dalam hidup kita di depan. So, the war is not over yet!

Selasa, 20 Oktober 2015

Panggilan hidup, sebuah perjalanan panjang dan membutuhkan waktu (panggilan hidup – 7)

Pernah suatu kali saya menulis di blog ini bahwa sesuatu yang instan seringkali tidaklah baik. Tidak ada sesuatu yang luar biasa lahir dari proses-proses yang instan. Begitu juga dengan panggilan hidup.

Salah satu hal yang saya dapat dari pembelajaran ini adalah bahwa panggilan hidup yang dari Tuhan adalah sesuatu yang berdampak luar biasa. Ketika sifatnya menjadi luar biasa, maka proses pembentukkannya juga akan makan waktu yang lama dan tidaklah instan. Ketika anda membayangkan Tuhan memakai hidup anda untuk hal-hal besar, maka bersiaplah anda akan melalui berbagai medan yang mungkin akan panjang. Yang pasti anda akan melewati pagar pembatas zona nyaman anda, padang gurun, medan peperangan dengan raksasa, dan lain-lain sebelum sampai akhirnya menyentuh tanah perjanjian anda.

Abram membutuhkan 25 tahun untuk melihat janji Tuhan digenapi. Orang Israel membutuhkan waktu 40 tahun untuk masuk ke tanah Kanaan (Dan disana mereka masih harus berperang!). Yusuf membutuhkan proses berliku untuk sampai menjadi pejabat tinggi di Mesir. Yesus sewaktu di dunia ini juga harus menunggu sampai usia 30 tahun baru Dia mulai bekerja. Semua hal luar biasa dalam dunia ini membutuhkan waktu.

Mengapa panggilan hidup kita yang dari Tuhan membutuhkan waktu yang seringkali cukup lama? Karena waktu adalah elemen yang sangat baik untuk menguji dan memurnikan semua hal dalam hidup kita.

Ada 2 hal yang diproses oleh waktu dalam hal ini. Yang pertama adalah panggilan hidup itu sendiri dan yang kedua adalah diri kita sendiri. Yang dimaksudkan bahwa waktu akan memproses panggilan hidup adalah waktu akan memperjelas jalan-jalan yang Tuhan inginkan dalam mencapai panggilan hidup itu. Mungkin Tuhan berkata bahwa panggilan hidupmu akan seperti ini dan itu. Tetapi mungkin itu belumlah jelas bagaimana rupanya bagi kita pada waktu pertama kali disampaikan. Waktu akan membuat itu menjadi lebih jelas.

Ketika Tuhan berbicara pada Yusuf mengenai panggilan hidupnya dalam Kejadian 37 bahwa saudara-saudaranya akan menyembah dia, Yusuf sama sekali tidak mempunyai bayangan akan apa yang terjadi sesungguhnya di masa depan. Dia tidak tahu kalau dia akan jadi pejabat di mesir. Dia tidak tahu mengenai masalah kelaparan di masa depan nanti. Dia tidak tahu bagaimana rupa sebenarnya panggilan hidupnya di depan.

Hal yang lebih hebat lagi dari Yusuf adalah bahwa dia sebenarnya sudah lupa mengenai panggilan hidupnya itu. Coba lihat Kejadian 42:9 dimana dikatakan “lalu teringatlah Yusuf akan mimpi-mimpinya tentang mereka” saat dia melihat saudara-saudaranya datang ke mesir dan menyembahnya. Beberapa tahun sebelumnya dalam Kejadian 37 Tuhan Cuma berbicara dalam sebuah “imajinasi” dan pada Kejadian 42 Yusuf melihat bagaimana rupa sebenarnya panggilan hidupnya itu.

Waktu juga akan membuat pencapaian panggilan hidup itu menjadi sesuatu yang special. Pengkotbah 3:11 berkata “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya”. Tuhan tahu yang terbaik kapan membuat panggilan hidup itu digenapi dengan indahnya.

Hal yang kedua adalah waktu akan memproses kita dalam menempuh panggilan hidup itu. Lukas 16:10 berkata, “barangsiapa setia dalam perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar”. Waktu akan menunjukkan kesetiaan kita itu dalam hal-hal yang kecil. Waktu juga akan memproses kita, memurnikan hati kita, dan menguji kita dalam banyak hal. Orang Israel membutuhkan waktu 40 tahun untuk masuk ke tanah kanaan untuk memurnikan mereka dari angkatan yang tidak percaya (ulangan 1:35-36).

Waktu juga akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih kuat dalam hal karakter. Daud diurapi menjadi raja pada umur belasan tahun. Tetapi baru pada umur 30 tahun dia menjadi raja secara “de facto”. Dia Cuma anak muda yang menggembalakan kambing domba saat diurapi. Tetapi waktu yang membuat dia naik level menjadi seorang panglima pasukan perang Saul, panglima dari 400 orang pelarian, lalu raja Yehuda, dan akhirnya menjadi raja Israel seperti yang dinubuatkan Samuel. Memimpin suatu bangsa jelas adalah sesuatu yang sukar bagi orang muda yang tidak memiliki pengalaman administrasi kerajaan. Oleh karena itu waktu yang membentuk Daud sehingga pada akhirnya belasan tahun sesudah Dia diurapi Samuel, dia bisa berdiri memimpin bangsa Israel.

Waktu yang panjang dalam meraih panggilan hidupmu juga akan membuatmu semakin kuat dalam hal mempercayai Tuhan. Karena dalam perjalanan itu, akan ada mujizat-mujizat “kecil” yang Tuhan buat dalam hidupmu agar anda semakin yakin bahwa memang Tuhan menyertai anda. Butuh “peperangan-peperangan kecil” bagi orang Israel melawan raja-raja di seberang sungai Yordan sebelum mereka akhirnya menyerang Yerikho. Momen kemenangan ini lah yang menebalkan semangat Yosua untuk memimpin orang Israel menyerang tanah Kanaan (Ulangan 31:4).

Ketika anda menyadari panggilan Tuhan dalam hidupmu, sadarilah itu bahwa anda akan menjalani sebuah perjalanan yang panjang bersama Tuhan. Itu tidak bisa diraih dengan instan. Itu mengapa daya tahan adalah sesuatu yang diperlukan dalam hal ini. Ini adalah sebuah lari marathon dan bukan lari sprint 100 meter. Itu mengapa diperlukan sebuah janji ini: “dan ketahuilan, aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir jaman” (mat 28:20). Anda tidak sendiri saat perjalanan panjang ini menantimu!

Panggilan hidup, sebuah peneguhan yang berulang-ulang (panggilan hidup – 6)

Abraham dikenal sebagai “bapak orang beriman” (roma 4:11). Mengapa disebut demikian? Karena dikatakan bahwa ia tetap percaya pada Tuhan mengenai kuturunannya akan menjadi banyak walaupun kondisinya sendiri tidak memungkinkan untuk melahirkan anak (roma 4:18). Tetapi jika kita lebih teliti, Abraham sebenarnya menunjukkan banyak ketidakpercayaan dalam dirinya.

Dalam kejadian 15:2-3 dikatakan disana bagaimana Abram frustasi akan janji Tuhan dalam hidupnya. Bahkan dia men-judge Tuhan dengan berkata bahwa “Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku (ayat 3)”. Lalu dalam Kejadian 16:2 juga dikatakan bagaimana Abram mendengar perkataan Sarai agak dia mengambil hagar menjadi istrinya supaya mereka mempunyai anak. Lalu pada Kejadian 17:18 dikatakan bahwa Abramham sendiri menertawakan janji Tuhan itu dan meminta Tuhan memilih ismail sebagai pewarisnya kelak. 3 hal itu menunjukkan bahwa sebenarnya Abram tidaklah percaya akan janji Tuhan mengenai masa depannya.

Lalu apa respon Tuhan? Dia bisa saja menyerah dan meninggalkan Abram karena Abram sendiri sudah menyerah. Tuhan bisa saja membatalkan janjinya pada Abram. Tetapi mari lihat respon unik Tuhan mengenai ini.

Dalam kejadian 15, sesudah Abram menunjukkan ketidakpercayaannya pada Tuhan, Tuhan membawa dia keluar dari tendanya (ayat 5). Tuhan memvisualisasikan dengan indah bagaimana nanti banyaknya keturunannya kelak. Sesudah Dia berkata pertama kali mengenai janji itu pada Kejadian 12, disini Dia kembali mengingatkan Abram mengenai janji itu.

Lalu ketika Abram melakukan “kesalahan” dengan mengambil hagar menjadi istri pada kejadian 16, Tuhan lagi-lagi mengingatkan Abram akan janjinya itu. Dalam Kejadian 17 ketika Abram sudah berumur 99 tahun, Tuhan mengingatkannya akan janji-Nya itu. Abram sudah menanti selama 24 tahun. Dalam ayat 19 dikatakan bahwa Abram akan mempunyai anak pewaris dari Sara dan bukan dari Hagar.

Apakah sudah cukup? Belum! Dalam kejadian 18:10 dikatakan kembali bagaimana Abraham akan mempunyai anak dari Sara. Dan kali ini Sara yang tidak percaya (ayat 12). So, ini adalah sebuah paket ketidakpercayaan yang komplit dari sepasang suami-istri akan janji Tuhan.

Abraham dan Sara tidaklah percaya. Tetapi Tuhan tidak pernah berbohong. Dia setia akan janji-Nya. 3 kali Dia ingatkan mereka mengenai janji-Nya itu. Disaat situasi sulit dan ketidakmustahilan menjadi semakin nyata, suatu hal yang wajar dari manusia adalah melepas kepercayaannya pada Tuhan.

Ada 2 hal yang menarik disini,

Pertama, Tuhan ingin sekali melihat janji-Nya digenapi dalam hidup setiap kita. Itu mengapa Dia berusaha keras meyakinkan Abram mengenai janji-Nya itu. Seolah Abram dan Sara melepas kepercayaan mereka dan sudah menyerah. Tetapi Tuhan tidak menyerah. Secara logis bisa saja Tuhan juga melepas janji itu. Tetapi Dia tidak bisa. Dia semata-mata ingin janji itu digenapi karena Dia tidak bisa mengingkari diri-Nya yang adalah Allah yang setia (2 Tim 2:13).

Kedua, disaat Abram dan Sara tidak percaya, Dia ingatkan mereka akan janji-Nya berulang-ulang. Mazmur 119:154 berkata “hidupkanlah aku sesuai dengan janji-Mu”.

Panggilan hidup adalah sebuah perjalanan yang panjang. Itu mengandung janji yang besar pula. Itu mengapa perlu sebuah peneguhan berulang-ulang akan janji itu. Disaat masalah datang, maka janji itu yang akan segarkan kita kembali. Bahkan disaat anda galau dan berada di momen memilih antara 2 hal yang berbeda dalam hidupmu, maka peneguhan berulang-ulang mengenai janji itu akan membuatmu lebih yakin dalam menentukan arah hidupmu.

Ingatlah bahwa Tuhan sendiri yang ingin kita berada di track itu. Itu mengapa Dia ingatkan kita berulang-ulang. Coba perhatikan hidupmu akhir-akhir ini. Adakah suatu janji yang Tuhan ingatkan berulang-ulang dalam hidupmu?

Kamis, 15 Oktober 2015

Panggilan hidup adalah berdasarkan janji Tuhan (panggilan hidup – 5)

Mengapa abram ingin meninggalkan zona nyamannya? Karena dia mendapat janji Tuhan. Hidup meninggalkan zona nyaman dan mulai menempuh jalan hidup kita akan sangat sulit tanpa janji Tuhan. Kej 12:1-3 berbicara bagaimana Tuhan menaruh janji-Nya dalam hidup abram. Ayat 2 bicara bahwa abram akan menjadi bangsa yang besar, itu adalah janji Tuhan. Saat abram berangkat menuju Kanaan, dia belum punya anak. Tetapi dia dengar Allah berjanji padanya. Itu yang membuat dia kuat.

Yeremia ketika dipanggil Tuhan untuk menjadi nabi, Tuhan juga menaruh janji-Nya dalam hidup Yeremia. Dia berkata “janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau” (Yer 1:8). Kenapa Allah berkata seperti ini? Karena Yeremia takut dan tidak percaya diri (Yer 1:6). Tentu saja adalah hal yang bodoh menurutnya untuk menyampaikan firman Tuhan kepada orang Yehuda yang sangat keras kepala. Dia butuh janji Tuhan.

Mari kita lihat bagaimana efek Yeremia menjalani panggilan hidup barunya itu. Dia ingin dibunuh (Yer 11:21), dia dipasung (Yer 20:2), hidupnya dicemooh (Yer 20:8), dia harus melawan nabi lain (Yer 28), dibenci oleh orang sebangsanya (Yer 29:24), dimasukkan dalam perigi (Yer 38:6), dll. Dia mengeluh beberapa kali mengenai profesi barunya ini. Tetapi kenapa dia tetap kuat? Karena firman pada mulanya yang berkata “janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau”.

ketika anda mulai goyah dan kuatir, maka janji Tuhan di awal itulah yang bisa membuatmu tetap kuat. Mazmur 119:116 berkata dengan sangat indah “topanglah aku sesuai dengan janji-Mu, supaya aku hidup, dan janganlah membuat aku malu dalam pengharapanku”. Janji Tuhan itu yang menopang kita menempuh panggilan hidup kita.

Salah satu hal menarik dari Allah adalah bahwa Dia adalah Allah perjanjian. Dia akan lakukan sesuatu berdasarkan apa yang Dia janjikan. Ula 7:9 berkata “Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya…”. Itu mengapa memperoleh janji Tuhan adalah sesuatu yang penting sebelum anda melangkah dalam panggilan hidup anda.

Itu mengapa, dalam pembahasan sebelumnya, dikatakan bahwa merenungkan firman Tuhan adalah hal yang mutlak dilakukan seseorang jika ingin mencari panggilan hidupnya. Setia dalam pembacaan alkitab setiap hari sebelum lulus, adalah modal berharga sebelum masuk dalam tahap pencarian suara Tuhan tentang panggilan hidup. Siapa setia pada perkara kecil, maka perkara lebih besar akan dipercayakan kepadanya.

Panggilan hidup adalah meninggalkan zona nyaman (panggilan hidup – 4)

Kejadian 12:1-3 bercerita tentang bagaimana abram dipanggil oleh Tuhan. Hal menarik pertama terdapat pada ayat pertama. Kejadian 12:1 berbicara tentang abram harus pergi dari sanak saudaranya. Ini bicara tentang langkah pertama dalam panggilan hidup adalah bicara soal meninggalkan zona nyaman. Anda tidak akan pernah mencapai tanah perjanjian jika anda tidak tinggalkan zona nyamanmu. Zona nyaman adalah zona kematian!

Hal menarik lainnya soal zona nyaman adalah ketakutan dan kekuatiran dari iblis dapat segera menghantuimu ketika anda ingin keluar dari zona nyaman. Seolah ada “batas” atau “pagar” yang berkata “tidak” ketika anda ingin keluar. Ketika Tuhan membawa orang Israel keluar dari tanah mesir, mereka justru ingin kembali karena mereka ingat semua makanan mereka (kel 16:3), padahal mereka juga sadar bahwa mereka adalah budak di mesir! Coba lihat ini, zona nyaman kita seringkali membuat kita buta bahwa itu adalah zona kematian buat kita.

Tetapi biarkan pertanyaan ini membuatmu yakin untuk keluar dari zona nyamanmu : manakah yang lebih berharga, zona nyamanmu atau tanah perjanjianmu? Semua rutinitasmu yang tidak membuat pertumbuhan iman yang pesat dalam hidupmu adalah zona nyamanmu. itu adalah kematian buat imanmu. Panggilan hidup adalah bagaimana kita mengandalkan Tuhan untuk mencapainya. Zona nyaman seringkali membuat kita seolah tidak butuh Tuhan. Hal itu karena semua tersedia disana, semua baik-baik saja, kita seolah dapatkan semua dengan mudah, dll. Itu adalah zona kematian imanmu.

Mengikut Yesus membutuhkan sebuah konsekuensi yang besar. Dia berkata bahwa “barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku” (mat 10:37). Yesus meminta kita untuk mengedepankan Tuhan lebih dari segalanya. Itu juga berarti meninggalkan zona nyamanmu. berhenti mengandalkan manusia untuk mencapai Tujuan hidupmu, tetapi mulai andalkan Tuhan.

Rabu, 14 Oktober 2015

Mengetahui panggilan hidup Tuhan dalam hidup kita (panggilan hidup - 3)

Lalu bagaimana kita mengetahui panggilan hidup kita? Hal yang pertama dan jelas sekali adalah merenungkan Firman Tuhan. Mazmur 119:105 berkata “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”. Pelita tidaklah menerangi jalan yang panjang. Dan dikatakan bahwa firman membuat kita bisa melihat jalan kita di tengah kegelapan. Itu mengapa saat teduh adalah hal yang mutlak dipelajari selama 4 tahun di kampus.

Efesus 2:10 berkata tentang pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Cara kedua mengetahui panggilan hidupmu adalah dengan cara melihat garis hidupmu ke belakang atau istilah yang sering dipakai adalah “connecting the dots”. Seorang pengkotbah berkata bahwa dengan melihat garis hidupmu ke belakang, anda bisa mendapat pewahyuan tentang panggilan hidup anda di depan, walaupun mungkin tidaklah jelas. Anda bisa percaya ini atau tidak. Tetapi saya lihat itu jelas sekali dalam hidup saya.

Mari lihat sekilas hidup Abraham. Dalam Kej 12:1, Tuhan berkata pada Abram “pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu.. ke negeri yang akan aku tunjukkan kepadamu”. Semua dari kita akan sepakat bahwa negeri itu adalah kanaan. Tetapi mari lihat hal menarik pada Kej 11:31. Disana dikatakan bahwa visi menuju kanaan sudah dimiliki oleh terah, ayah abram. Tetapi terah berhenti di haran dan tidak melanjutkan ke kanaan dan abram yang melanjutkan dari haran ke kanaan. Jadi pada waktu Tuhan bicara pada abram untuk pergi menuju suatu tanah yang baru dan harus meninggalkan saudaranya, abram bisa melihat hidupnya ke belakang bagaimana dia sejak kecil sudah diajak berpindah-pindah oleh ayahnya terah. Frasa “pergilah .. dari sanak saudaramu” pada kej 12:1 dilakukan abram pada waktu terah masih hidup dan abram belum mengetahui tentang panggilan hidupnya.

Mungkin ini sedikit membingungkan. Tetapi biarkan saya jelaskan sedikit. Pada kej 11:31 dikatakan bahwa terah membawa abram, sarai, dan lot pergi meninggalkan saudara-saudara mereka di Ur kasdim. Jelas disini abram belum mengetahui panggilan hidupnya Karena baru di kej 12:1 Tuhan berbicara pada abram. Mungkin anda bisa berargumen bahwa bisa jadi kej 12:1 terjadi sebelum terah mati. Tetapi kej 12:4 berkata dengan jelas bahwa abram pergi setelah mendengar Tuhan berfirman. Jadi urutannya jelas sekali: mereka pergi dari Ur kasdim – terah mati – Tuhan berfirman – abram pergi ke kanaan. Jika frasa “pergi dari sanak saudaramu” itu terjadi saat terah mati, maka logikanya adalah abram dan sarai meninggalkan lot. Karena lot lah saudara mereka satu-satunya di haran. Tetapi abram membawa lot ke kanaan. Jadi jelas sekali bahwa frasa “pergi dari sanak saudaramu” itu terjadi sebelum abram mendengar firman dalam kej 12:1.

Pelajaran yang bisa kita lihat adalah Tuhan sudah persiapkan hidup kita sedemikian rupa sejak semula, bahkan kita mungkin tidak sadari seperti kisah abram, untuk mencapai panggilan hidup kita. Kita bisa melihat pengalaman-pengalaman kita di belakang. Mungkin kita dulu sering bermimpi sesuatu yang besar, mungkin dari kecil kita berminat terhadap sesuatu, mungkin dulu pernah ada hamba Tuhan mendoakan kita tentang masa depan kita, dsb.

Hal terakhir yang bisa kita lakukan untuk mengetahui panggilan hidup kita adalah dengan bertanya pada pembimbing rohani kita. Pembimbing rohani yang benar adalah orang yang membela anak rohaninya lewat doa yang berkesinambungan. Lewat doa-doanya itu, Tuhan dapat berbicara pada pembimbing rohani mengenai bagaimana masa depan anak rohaninya kelak. Kej 49 berbicara tentang bagaimana Yakub berkata mengenai masa depan kedua belas anaknya kelak. Dan itu terjadi! Mungkin tidak semua pembimbing rohani diberitahukan mengenai masa depan anaknya kelak. Tetapi Tuhan juga bisa pakai cara ini.

“kriteria” panggilan hidup yang berasal dari Tuhan (panggilan hidup – 2)

Lalu panggilan hidup apakah yang “masuk kriteria” panggilan hidup yang dari Tuhan? Ada banyak kriteria yang bisa setiap orang ajukan. Bagi saya, 3 kriteria ini cukup untuk menentukan apakah panggilan itu berasal dari Tuhan atau tidak.

Pertama, efesus 2:10 menyebutkan “pekerjaan baik”. (jujur, saya semakin yakin kalau efesus 2:10 adalah ayat pamungkas tentang panggilan hidup, 1 ayat memberikan banyak makna. Hehe..). Jadi panggilan hidupmu tentulah sesuatu yang baik. Baik dimata siapa? Tentu saja Tuhan. Karena Dia yang persiapkan panggilan itu buat kita. Jadi kriteria baik atau tidak bukanlah menurut manusia, tetapi Allah. Itu mengapa Mat 25:23 berkata “hai hambaku yang baik dan setia”.

Kedua, panggilan hidup yang dari Tuhan berdampak besar untuk orang lain dan tidak Cuma untuk kepentingan diri sendiri. Mari lihat kisah Abraham dan Yusuf. Kej 12:3 berkata bahwa “olehmu semua kaum di muka bumi akan menjadi berkat”. Jelas sekali bahwa panggilan hidup Abraham menentukan hidup banyak orang dari berbagai tempat dan jaman. Yusuf juga mengalami hal yang sama. Dalam Kej 50:20 disana dikatakan bahwa “memelihara hidup suatu bangsa yang besar” adalah panggilan hidup yusuf.

Hal penting lainnya yang bisa kita pelajari adalah kita sebagai anak Tuhan harus sadar bahwa hidup jutaan orang ditentukan oleh cara kita menjalani panggilan hidup kita. Jika kita gagal, maka mungkin akan ada bangsa di belahan dunia tertentu atau di jaman sesudah kita yang menderita. Roma 8:19 berkata dengan indahnya “sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan”. Dunia menantikan anak-anak Tuhan yang mengerjakan panggilan Tuhan dalam hidupnya.

Kriteria yang ketiga adalah panggilan hidupmu haruslah menjadi bagian dari misi besar Tuhan di dunia ini yang adalah menyelamatkan jiwa yang terhilang. Matius 28:19-20 berkata dengan jelas bahwa “jadikan semua bangsa sebagai murid” adalah suatu perintah, dan bukan amanat! Apapun peran yang anda lakukan nanti, itu menjadi sebuah bagian dari misi ini. 1 Kor 12:18 berkata “Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya”. Dia sudah tetapkan posisi dan bagian saya dan anda dalam tubuh Kristus. Tentu untuk tujuan utama dari tubuh itu. Tangan, kaki, dan telinga tidak bisa bergerak semaunya sendiri. Tetapi mereka bertiga harus bergerak sinergis untuk mendukung suatu tujuan yang sudah diatur oleh otak yang ada di kepala. Dan dalam gereja, Kristus adalah kepala dari semua.

Panggilan hidup, sebuah jalan yang harus kita tempuh (panggilan hidup-1)

Saya tidak tahu apakah anda sadari ini atau tidak. Tetapi masa-masa menjelang dan sesudah lulus adalah salah satu masa paling penting dalam hidup anda. Mengapa? Karena anda harus membuat keputusan penting mengenai masa depan anda. Sesudah lulus, anda diberi kebebasan untuk memilih jalan hidup anda. Bagi saya, panggilan hidup “sejatinya” dimulai sejak saya lulus.

Semua pengalaman rohani anda selama di kampus diuji dalam masa ini. Modal berharga untuk masuk ke fase ini adalah aktivitas saat teduh yang mendarah daging. Jika selama di kampus, dalam saat teduh anda berlatih mendengar dan taat suara Tuhan untuk hal-hal sepele, maka anda akan dalam kondisi siap tempur masuk ke dalam fasa ini.

Lukas 16:10 berkata jelas sekali, “barangsiapa setia dalam perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar”. Itu mengapa pelajaran saat teduh adalah hal yang sangat penting diajarkan. Saya pribadi melakukan ini dalam kehidupan saya sehari-hari dan saya ajarkan pada anak rohani saya. Umumnya, PA pertama adalah bertema saat teduh. Saya coba disiplinkan mereka setiap hari wajib membaca alkitab. Saya suruh mencatat ayat yang me-rhema setiap hari. Lalu minggu depannya saya lihat catatan mereka. Maksudnya jelas, supaya mereka belajar mendengan suara Tuhan.

Efesus 2:10 -> Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Prinsip pertama dalam hal panggilan hidup adalah pada Efesus 2:10 diatas, yaitu panggilan hidup kita sudah ditetapkan sejak semua oleh Tuhan. Jalan-jalan hidup kita sudah ditulis dalam kitab Tuhan bahkan sejak dalam kandungan (mazmur 139:16). Hal ini mengajarkan kita untuk bertanya pada Tuhan tentang panggilan hidup kita. Jangan pernah mencoba merancangkan sendiri jalan hidupmu. Karena “rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku (Yes 55:8)”. 2 Kor 5:17 juga berbicara jelas sekali ”Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”. Jelas sekali bahwa anda yang lahir baru haruslah hidup bagi Kristus, yaitu bagi rancangan yang sudah dia tetapkan untuk hidup anda sejak semula.

Hal lainnya yang bisa dipelajari dari Efesus 2:10 adalah Tuhan mau supaya kita hidup dalam rancangan itu. Manusia diberi kebebasan memilih dalam hidupnya. Itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan. Anda bisa memilih mengikuti rancangan Tuhan atau rancangan diri anda sendiri. Ingatlah bahwa “setiap orang diantara kita akan memberi pertanggung jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah” (roma 14:12). anda tidak ingin disebut sebagai “hamba yang malas dan jahat” (mat 25:26), bukan?

Minggu, 13 September 2015

brotherhood and sisterhood in financial

1. Prolog…

Malam ini Tuhan berbicara dengan sebuah visualisasi indah dan luar biasa. Pertama adalah ketika saya sedang beristirahat sejenak di pinggir jalan, lalu sebuah mobil berhenti dan memberikan makanan kepada pemulung yang sedang lewat dengan kaki kosong di aspal. Pikiran saya campur aduk ketika itu. Kemudian selang kira-kira 20 menit ketika saya melanjutkan perjalanan saya, sebuah motor di depan saya berhenti dan memberikan uang kepada seorang miskin yang sudah cacat kedua kakinya. Sejenak saya berpikir apa yang Tuhan mau dari saya.

Kemudian Tuhan bicara sesuatu yang jelas sekali. 2 pihak yang memberi kepada orang miskin itu tidak memberi karena mengenal orang miskin itu, tetapi karena digerakkan belas kasihan. Lalu mereka yang tidak mengenal orang miskin itu saja bisa memberi apalagi yang mengenalnya. Lalu Tuhan membawa saya kepada pengertian bagaimana bisa saya mengenal baik rekan saya dalam pelayanan lalu mengetahui dia dalam masalah keuangan lalu saya diam saja.

Saya bertemu dengan beberapa rekan pelayanan dalam waktu belakangan ini. Isu yang sama juga beredar. Seorang berkata bahwa anak PA nya mengalami masalah keuangan dan dia menyesal tidak bisa membantu karena dia sedang menghadapi masalah yang sama pula. Beberapa waktu lalu ada seorang adik yang juga berkata bahwa dia sedang menghadapi masalah keuangan. lalu saya teringat kurang lebih 2 bulan lalu ada seorang adik yang tidak mau ikut makan dengan saja di warteg. Selidik demi selidik, alasannya adalah karena dia tidak ada uang lagi. Akhirnya saya ajak dia makan dan saya yang bayar. Lalu ketika saya bertanya apakah dia cerita kepada abang PA nya dan dia berkata tidak. Kemarin saya WA salah satu adik di luar kota dan berkata padanya untuk bilang saya jika dia kekurangan uang selama pelayanannya. Saya tidak mau pelayanan dia terganggu karena berpikir soal uang. Dan dia salah satu orang yang tidak cerita pada pembimbingnya jika di akhir bulan dia sering kekurangan uang.

Jujur, hati saya sangat terganggu dengan itu. Sebuah pertanyaan keluar di kepala saya, apakah ketidakadaan uang adalah sebuah dosa besar yang memalukan? Apakah pengakuan itu jauh lebih memalukan daripada mengaku kepada pembimbing bahwa saya baru saja jatuh dalam dosa pornografi sehingga saya tidak berani cerita kepada pembimbing saya dan meminta bantuan padanya?

2. Mar 6:37 -> .. “Kamu harus memberi mereka makan!”

Ketika saya mendengar semua beban keuangan dari orang-orang yang saya kenal di pelayanan ini, maka ayat di atas terus bergema. Tuhan seolah berbicara “Kamu harus memberi mereka makan!”. “kamu,, yaa,, kamu!” Ketika Tuhan berbicara hal itu, satu keinginan saya pada Tuhan: saya ingin uang, yaa saya ingin uang!

Tuhan bukakan begitu banyak hal tentang kelimpahan dan tabur tuai kepada saya. Dan karena saya dibukakan banyak, maka saya pun dituntut banyak! Saya tidak bisa tahan mendengan rekan saya menghadapi masalah keuangan. walaupun uang saya pun tidaklah seberapa.

Hari minggu malam saya bersama keluarga saya makan di sebuah restoran di bandung. Lalu Bapak saya bertanya bagaimana tentang kelanjutan masa depan saya, apakah saya mau lanjut PhD atau bekerja. Saya Cuma bilang kalau kehendak Tuhan yang jadi. Tetapi saya cerita pada bapak saya bagaimana beban hati saya untuk membantu rekan-rekan saya di pelayanan yang berkekurangan dan juga ingin menabur lebih banyak untuk pelayanan. Jadi sejenak saya simpulkan saya ingin bekerja dan memiliki banyak uang. Tetapi bapak saya Cuma berkata bahwa Tuhan punya seribu cara untuk memberi kita uang. Saat kita mulai batasi Dia, maka terbatas pulalah sumber uang kita. Tuhan tidak pernah tidak punya cara untuk menolong kita dalam hal keuangan.

3. Luk 4:18 -> Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin,

Kabar baik kepada orang miskin? Kabar baik apakah itu? Bukankah kabar baik itu adalah bahwa dalam Yesus kamu dapat dibebaskan dari kemiskinanmu? Tetapi bukankah kabar baik itu adalah mengenai keselamatan? Yaa bisa jadi. Tetapi tidak ada kabar lain yang lebih baik dari pada itu kepada orang yang mengalami masalah keuangan daripada firman yang berkata bahwa “Aku datang supaya kami mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” dan “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus”.

Yaa, dalam Yesus anda akan alami terobosan dalam hal keuangan! dalam Yesus anda akan berkelimpahan sehingga anda bisa menolong orang lain yang berkekurangan juga!Ini kabar baik untuk anda yang mengalami masalah keuangan.

4. Yak 2:5 -> .. Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya oleh iman

Jika anda mengalami masalah keuangan, maka anda sangat beruntung karena anda sedang dilatih untuk memiliki iman lebih besar lagi. Sekali waktu saya bertanya pada salah satu rekan mengapa dia menolak menerima persembahan dari pelayanan walaupun saya tahu dia sedang bergumul juga dalam hal keuangan. Dan jawaban dia adalah karena lebih baik bagi dia untuk memberi daripada menerima. Ok, saya bisa terima jawaban itu. Tetapi yang menarik bagi saya adalah saya bisa lihat imannya. Saya merasakan (entah benar atau tidak), dia sedang “menantang” Tuhan untuk mencukupkan kebutuhan dia sehari-hari dengan cara-cara yang dia tidak tahu. Dia mencoba berserah pada Tuhan tentang hidupnya. Entah ini benar atau tidak terjadi dalam pikirannya.

Saya bisa ceritakan begitu banyak pergumulan keuangan yang saya hadapi untuk hidup saya sendiri dan untuk pelayanan yang saya ikuti. Sekali waktu saya harus berdoa memukul-mukul tembok karena kami butuh uang untuk misi. Saya menangis sejadi-jadinya untuk membayar uang denda saya yang mencapai belasan juta dan saya tidak punya uang. Saya ingat meminta dengan sangat pada Tuhan uang untuk bisa mengajak makan rekan-rekan di Helps dengan uang saya sendiri karena saya seorang kordinator. Dan ending dari semua itu jelas sekali, Tuhan tidak pernah terlambat menolong saya dan Dia sediakan semua uang yang saya butuhkan.

Jika anda melihat saya memiliki cukup uang saat ini, maka saya bisa bilang itu karena Tuhan ijinkan saya mengalami masalah kekurangan uang. Jika anda mengalami masalah keuangan, maka jadikan itu sebagai lompatan imanmu. Jika anda percaya bahwa anda adalah anak Tuhan, maka percayalah juga bahwa Bapamu akan sediakan semua keperluanmu tepat pada waktunya.

5. Luk 21:3-4 -> Lalu Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang itu”. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.

Satu hal yang saya hindari setelah mengajar tentang menabur adalah menantang jemaat menulis jumlah taburannya dalam secarik kertas sesaat setelah kotbah selesai diucapkan dan memberikan kertas itu kepada bendahara. Tetapi saya lebih suka mengatakan kepada jemaat bahwa siapa yang tergerak menabur bisa meng-SMS bendahara secara personal dan batasnya adalah pada jam tertentu yang saya sebutkan.

Alasan saya sederhana, saya ingin pastikan jemaat menabur uang kepada pelayanan bukan karena emosi dan ingin dilihat orang tetapi karena Tuhan telah bicara padanya dan dia beriman tentang taburannya. Adalah sesuatu yang tidak enak jika sebagai pekerja anda tidak menulis dalam kertas itu. Dan jika motivasi anda untuk menabur adalah karena tidak enak, maka sia-sia lah taburan anda. Bagi saya, taburan yang seperti itu bukanlah taburan tetapi sumbangan! Sumbangan tidaklah melatih imanmu.

Alasan kedua adalah saya ingin “mempersulit” Tuhan. Jika memang Tuhan bekerja lewat apa yang saya kotbahkan dan maka Dia yang akan gerakkan orang untuk menabur. Saya biarkan Tuhan bekerja sendiri secara pribadi dengan setiap orang tanpa embel-embel menabur karena ingin dilihat orang. Banyak pelayanan mengajar tentang taburan karena mereka berharap jemaat menabur sehingga pelayanan mempunyai uang. Yaa, itu tidaklah salah. Tetapi saya pengajar yang mengajar tabur-tuai supaya jemaat mengalami kelimpahan keuangan! Pengkotbah tabur-tuai yang Cuma ingin agar jemaat menabur uang kepada pelayanan adalah pengkotbah yang sebenarnya mengajarkan kemiskinan kepada jemaatnya. Saya tidak tahu apakah anda setuju atau tidak dengan statement saya diatas.

Beberapa hari lalu seorang adik bercerita pada saya kisah yang sangat menarik. Ada 2 orang rekan di pelayanan. Yang satu dikenal mempunyai cukup uang dan satunya pas-pasan. Ketika diajak menabur, rekan yang dikenal mempunyai cukup uang ini menabur 5 kali lebih banyak dari rekan yang kondisi keuangannya pas-pasan. Saya sangat antusias dan saya berkata pada adik itu agar dia temui orang yang menabur sedikit itu dan bercerita padanya tentang kebenaran tabur-tuai dan kelimpahan keuangan. saya ingin dia mengalami kelimpahan keuangan. karena ditengah kondisinya yang pas-pasan, dia tetap ingin menabur. Saya tidak begitu tertarik dengan rekan yang mempunyai uang cukup karena apalah artinya baginya pengajaran kelimpahan karena saat ini dia sudah berkelimpahan.

Pelayanan ini membutuhkan uang, tetapi tidak membutuhkan sumbangan! Saya tidak berkata bahwa orang kaya yang memberi kepada pelayanan adalah tidak baik. Tetapi saya ingin tekankan bahwa tantang imanmu untuk memberi sesuatu pada Tuhan. Jangan memberi dengan hati yang biasa-biasa. Saya pernah ceritakan pada beberapa orang bahwa sekali waktu Tuhan menantang saya menabur 2 kali dari uang bulanan saya dan puji Tuhan Dia sediakan semua. Akhir kata, tunjukkan imanmu lewat taburanmu!

6. Mar 14:7 -> Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu mengkehendakinya..

Ini adalah bagian terakhir dari inti tulisan ini. Ayat diatas adalah perkataan Tuhan Yesus. Selalu ada orang yang mengalami masalah keuangan di antara kita. Yaa, di antara kita. Ijinkan saya mengubah konteks ayat di atas menjadi bahasa yang lebih sederhana: orang yang bermasalah keuangan selalu ada di Sion; orang yang bermasalah keuangan selalu ada di angkatanmu; orang yang bermasalah keuangan selalu ada di HELPS; bahkan orang yang bermasalah keuangan selalu ada di antara anak rohanimu.

Lalu siapakah yang menjadi jawaban buat mereka? Bukankah anda yang mempunyai uang?

Band of brothers.. ikatan persaudaraan..

HELPS bukan Cuma divisi yang berisi orang-orang yang bermimpi Sion mempunyai peralatan music keren. Tetapi saya bisa rasakan bahwa divisi ini lebih dari itu. Di sini saya temukan rekan-rekan yang mau berkeringat bareng, yang mau luangkan waktunya sangat banyak untuk bekerja menyiapkan dan membereskan alat, yang sering duduk bersama makan-makan bareng sehabis atau sebelum nge-HELPS, yang mungkin cerita-cerita sampai pagi di kamar kos siapa, yang ketawa bareng-bareng, dll. HELPS lebih kepada sebuah keluarga dan bukan Cuma sebagai divisi untuk mengerjakan sesuatu di pelayanan Sion. Kita adalah saudara. Saudara yang diikat sebuah divisi bernama HELPS dalam rumah besar bernama Sion.

Jika ada saudaramu berkekurangan di HELPS, maka mungkinkah hatimu diam?

Yoh 15:13 -> Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya

Mengapa seseorang itu memberikan nyawanya pada sahabatnya? Singkat saja karena sahabatnya itu membutuhkan sebuah nyawa. Demand-nya adalah nyawa, maka supply-nya adalah nyawa. Jika rekanmu membutuhkan uang maka solusi apakah yang lebih baik kepadanya selain uang? Anda bisa berkata bahwa “saya mendukungmu dalam doa” tetapi itu saja tidak cukup.

Tunjukkan imanmu lewat perbuatanmu. Bukan berarti doa tidak baik, itu sangat baik. Tetapi jika anda bisa memberikan uang, maka mengapa tidak jadikan dirimu sebagai jawaban doa yaitu sebagai penolong buat saudaramu. Mari jangan berpikir jauh-jauh darimana datangnya jawaban doa. Seringkali kita lah jawaban doa dari saudara-saudara kita yang kekurangan uang. Bukankah itu menjadi hal yang luar biasa jika kita dipakai menjadi jawaban doa buat orang lain?

Perhatikan Markus 14:7 diatas, “kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu mengkehendakinya..” semua keputusan itu ada di tanganmu. Bukan di tanganku, tangan kordinator HELPS, tangan abang xxx, dll. Semua itu adalah keputusanmu.

Lalu jika kita adalah saudara, maka perlukah anda yang mengalami masalah keuangan tidak mau cerita tentang pergumulan anda? Jika anda merasa bahwa kita adalah saudara, maka mari ceritakan masalahmu. Jika kita bisa tertawa bersama di divisi ini, mari kita menangis bersama juga! Bukankah itu arti dari sebuah saudara?

Jika anda tidak mau cerita masalah keuanganmu, maka anda juga sedang menahan rekan-rekanmu mengalami pengalaman kelimpahan dan tabur-tuai. Anda sedang menahan dia untuk tidak menabur padahal dia mempunyai benih. Anda juga sedang menahan berkat mengalir dalam komunitas ini karena tindakan anda adalah penyangkalan bahwa kita adalah saudara! Saya ingin sekali semua orang di divisi ini bisa saling menanggung beban orang lain. Sehingga nyata bahwa kita adalah saudara.

7. Epilog..

Saya ingin akhiri tulisan ini dengan sebuah cerita. Saya berbincang dengan beberapa rekan HELPS dan berkata bahwa hubungan kita tidak boleh putus sesudah lulus. Bahkan kami berkata bahwa jika sampai ada rekan HELPS yang menjadi fulltimer, maka kita-kita yang sudah bekerja menjadi barisan terdepan untuk men-support pelayanan dia.

Tetapi jujur saya, beberapa waktu lalu saya memikirkan kembali pernyataan kami itu dan saya sedikit ragu. Mengapa? Karena saya percaya benih firman Tuhan tentang kelimpahan yang sudah ditaburkan di divisi ini akan berbuah 30, 60, dan 100 kali lipat. Tidak akan ada yang mengalami masalah keuangan kelak. Jika pun ada yang menjadi fulltimer, maka dia akan menjadi fulltimer yang berkelimpahan dan memberi banyak kepada orang lain. Bukan fulltimer yang kekurangan uang. Jadi mungkin dia tidak butuh taburan dari rekan-rekan HELPS yang lain tetapi memberi. Saya juga “sedikit ragu” jika ada yang menjadi fulltimer di HELPS setelah semua pengajaran kelimpahan dan tabur-tuai di divisi ini. Hahaha.. Adanya semua kita akan menjadi orang kaya dan berkelimpahan. Hahaha..

Akhir kata, saya bersyukur berada di divisi yang penuh dengan orang-orang yang murah hati. Orang-orang yang beriman Tuhan cukupkan semua kebutuhan keuangan. Dan orang-orang yang menjadi saudara sejati saat rekan-rekannya membutuhkan bantuan. Salam kelimpahan bangsa-bangsa atas dirimu, HELPS, dan atas pelayanan Sion ini!