Minggu, 29 November 2015

Padang gurun, pintu masuk api pemurnian (panggilan hidup – 11)

Beberapa bulan lalu saya sangat bersemangat. Hal itu karena saya yakin sekali Tuhan panggil saya untuk lakukan hal ini. Saya dengar Tuhan berbicara banyak tentang hal ini. Dia nyatakan janji-janji-Nya. Saya pun melihat pintu mulai terbuka. Beberapa rekan mendukung langkah saya ini. Saya bersemangat sekali untuk menjalani perjalanan ini bersama dengan Tuhan.

Tetapi sekarang apa yang terjadi? Pintu yang saya rasa Tuhan bukakan untuk saya tertutup. Rekan-rekan yang berkata akan mendukung saya mulai menjauh karena berbagai alasan. Orang-orang terdekat saya mulai menentang langkah saya ini. Saya terus berdoa tetapi seolah jalan di depan semakin suram. Saya lakukan ini itu untuk mencari Tuhan tetapi saya tetap merasa kering. Saya mulai putus asa dan kuatir. Mengapa kondisi sekarang berbeda dengan beberapa bulan lalu?

Pernahkan anda mencapai tahap ini dalam perjalanan iman melakukan panggilan hidup anda? Jika pernah atau mungkin sedang anda alami sekarang, maka anda sedang memasuki sebuah zona baru bernama : Padang gurun (Wilderness).

Mau tidak mau, setiap orang akan memasuki masa padang gurun ini. Padang gurun secara rohani adalah salah satu masa terberat dalam melakukan panggilan hidup. Ini adalah masa dimana cobaan silih berganti datang, kondisi rohani terasa kering walaupun saat teduh dan doa tetap dilakukan, Tuhan seolah tidak menjawab apa-apa terhadap doa kita, rekan-rekan tidak ada yang menolong, dan puncaknya adalah saat kita ingin sekali berkata “menyerah”.

Masa padang gurun bisa datang kapan saja. Elia, sang nabi luar biasa, pernah merasakan saat ini. Dalam 1 raja-raja 19: 4 dikatakan bahwa Elia meminta agar dia mati saja. Padahal dia baru saja menyembelih iman-iman baal dan melakukan mujizat yang luar biasa. Ayub merasakan padang gurun ini saat dia sedang berada dalam puncak karir hidupnya. Tidak pernah ada yang tahu kapan padang gurun itu datang.

Banyak orang menghindari padang gurun ini dalam perjalanan imannya. Tetapi tahukah kita bahwa Tuhan sebenarnya inginkan dan ijinkan kita masuk dalam level ini? Ada orang yang menang melewati padang gurun ini seperti Yosua, Kaleb, Elia, Ayub, Yohanes Pembaptis, sampai kepada Tuhan kita Yesus. Ada orang yang hampir melewatinya seperti Musa. Tetapi ada orang yang gagal seperti orang Israel dan Saul.

Ulangan 8 berkata dengan indahnya mengenai maksud padang gurun itu. Ulangan 8:2 berkata bahwa maksud Tuhan membawa orang Israel ke padang gurun adalah untuk merendahkan hati mereka dan mencobai mereka untuk mengetahui apa yang ada dalam hati mereka.

Ayub bisa memenangkan padang gurun cobaannya setelah dia merendahkan hatinya di depan Tuhan (Ayub 42). Merendahkan hati adalah kunci pemulihan. Dalam merendahkan hati kita menaruh kepercayaan sepenuhnya pada Tuhan. Panggilan hidup yang kita kerjakan adalah datang dari Tuhan, dikerjakan oleh Tuhan dalam kita, dan untuk kemuliaan Tuhan. Seringkali kita yakini bagian pertama saja dan mulai mengerjakan itu dengan kekuatan kita dan bahkan untuk kemuliaan kita. Tuhan ingin koreksi setiap hati lewat padang gurun ini. Tuhan ingin menjadikan Abraham sebagai bapak banyak bangsa tetapi dia tidak punya anak. Abraham mencoba dengan caranya sendiri sehingga lahirlah Ishak. Ini adalah bentuk kesombongan dan pengandalan diri sendiri. Tuhan tidak ingin Dia diintervensi. Celalakah orang yang mengandalkan manusia dan kekuatannya sendiri, tetapi diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan (Yeremia 17:5-8).

Yeremia 17:9-10 berkata bahwa hati manusia adalah licik dan Tuhan menyelidiki hati setiap orang. Itu mengapa padang gurun adalah sarana paling ampuh untuk memurnikan hati kita. Yakobus 1:14 berkata bahwa setiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri. Cobaan itu akan menunjukkan seperti apa sebenarnya hati kita. Di padang gurun lah kelihatan bahwa sebenarnya orang Israel menyukai kehidupan lama mereka di mesir (Keluaran 16:2). Jika kita bawa konteks ini ke kehidupan sehari-hari, padang gurun akan menunjukkan kedalaman hati kita yang sebenarnya masih menyukai dosa-dosa dan gaya hidup yang lama sebelum bertobat. Mari lihat pencobaan Tuhan Yesus dalam Matius 4. Sebenarnya iblis berusaha mencobai Yesus lewat sesuatu yang sangat diingini setiap manusia. Iblis mencobai lewat roti yang adalah lambang materi dan kabar buruknya adalah Yesus saat itu sedang lapar. Bagian kedua iblis mencobai tentang ketundukan kepada otoritas Allah dimana pada dasarnya manusia tidak mau tunduk kepada otoritas di atasnya. Bagian ketiga iblis mencobai lewat kekuasaan dan kabar buruknya bahwa setiap orang di dunia pada dasarnya ingin kekuasaan. Jadi pencobaan itu membuat kita mengerti bagaiman sebenarnya dasar hati kita sebagai manusia.

Begitu banyak orang menyerah di tengah jalan saat masuk ke padang gurun ini. Mereka memutar jalan dan berkata sepertinya ini bukan jalan yang Tuhan ingini. Mereka mulai berpikir sepertinya salah mendengar suara Tuhan. Mereka pun menyerah dan mulai hidup bagi dunia lama mereka. Mereka menyerah kepada panggilan hidup yang luar biasa itu. Dan paling buruknya adalah mereka durhaka pada Tuhan dan meninggalkan Dia.

Tetapi tahukan anda bahwa banyak orang juga yang berhasil melewatinya? Yesus dibawa ke padang gurun dan dicobai dan Dia menang! Setelah Dia dicobai oleh setiap keinginan daging manusia, Dia tetap menang. Dikatakan bahwa Yesus telah dicobai tetapi Dia tidak berbuat dosa (Ibrani 4:15). Mungkin kita berpikir tidak relevan menyamakan kita dengan Yesus karena Dia adalah Tuhan dan jelas pasti bahwa Dia tidak berdosa dan dapat menang. Tetapi puji Tuhan, ada contoh-contoh di alkitab yang menceritakan orang-orang biasa seperti kita yang memasuki padang gurun dan pada akhirnya dia menang walaupun mungkin dia sempat melakukan kesalahan dan mau menyerah, seperti Abraham, Yosua, Kaleb, Elia, Ayub, Yohanes Pembaptis.

Ada masa-masa dimana Abraham seharusnya menyerah. Selama 25 tahun Tuhan seolah berfungsi sebagai PHP : Pemberi Harapan Palsu. Dia terus berjanji tetapi selama 25 tahun tidak digenapi. Abraham lalu jatuh dan menyerah sehingga dia menikahi Hagar. Tetapi pada akhirnya dia dapatkan apa yang Tuhan janjikan lewat kelahiran Ishak.

Yosua dan Kaleb adalah contoh orang yang sebenarnya hampir gagal di padang gurun. Mengapa? Karena usia mereka sudah sangatlah tua saat masuk ke Kanaan. Mereka berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun. Mereka jauh lebih lama dari Abraham menunggu janji Tuhan. Mereka menjadi saksi pekerjaan Tuhan di Mesir dan mereka sendiri mendengar Tuhan berjanji membawa mereka ke Kanaan. Dan semua tahu kisah akhirnya, mereka akhirnya masuk ke Kanaan setelah berjalan 40 tahun!

Bisakah anda lihat teladan dari hidup mereka? Hal yang sangat saya sukai adalah bahwa mereka tetap bertahan walaupun mereka tidak tahu kapan janji itu digenapi. Jika anda masuk ke padang gurun, maka anda tidak akan pernah bisa melihat ujungnya. Anda pun tidak tahu mana ujungnya. Itulah padang gurun rohani, tidak pernah diketahui kapan berakhinya. Tuhan tidak pernah memberitahu Abraham bahwa dia harus menunggu 25 tahun. Begitu juga dengan Yosua dan Kaleb. Sehingga kita bisa simpulkan bahwa kunci pertama untuk melewati padang gurun adalah tetap berjalan dan tetap percaya pada Tuhan walaupun ujungnya masih belum terlihat (Roma 4:18-21). “Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepada-Nya” – Ibrani 10:38.

Lalu apa yang bisa membuat kita bertahan di padang gurun rohani? Cuma ada 1 hal yang membuat kita bertahan, yaitu IMAN. Iman membuat kita bertahan. Iman membuat kita mampu melihat sampai ke ujung perjalanan kita. Iman membuat kita beroleh kekuatan dalam kelemahan (Ibrani 11:34). Iman yang diperlukan adalah iman Abraham yang walaupun tidak melihat tetapi tetap percaya dan bukan iman tomas yang harus melihat baru percaya. Karena di padang gurun, semua tidak kelihatan baik.

Langkah iman pertama yang bisa dilakukan untuk menang di padang gurun rohani adalah mengucapkan syukur. Kidung Agung 3:6 berkata “Apakah itu yang membubung dari padang gurun seperti gumpalan-gumpalan asap tersaput dengan harum mur dan kemenyan dan bau segala macam serbuk wangi dari pedagang?” gumpalan asap adalah lambang dari korban persembahan. Asap ini bukan asap biasa karena berasal dari padang gurun yang terkenal tandus dan asap ini penuh dengan aroma yang sangat harum. Persembahan terbaik dan menyenangkan hati Tuhan yang bisa dilakukan di padang gurun adalah bersyukur. Mengapa? Karena bersyukur adalah sesuatu yang sangat sangat sukar dilakukan di tengah berbagai persoalan dan seolah tidak ada jawaban dari Tuhan.

Mari lihat kisah Ayub. Yang iblis harapkan dari hidup Ayub adalah agar dia mengutuki Allah ketika dia diterpa berbagai masalah (Ayub 2:5). Salah satu dosa terbesar orang Israel selama di padang gurun adalah bersungut-sungut (Keluaran 17:3). Iblis menghendaki kita tidak bersyukur dan bersungut-sungut di padang gurun, tetapi Allah sebaliknya. Mari lihat iman Tuhan dalam kisah itu. Tuhan sangat begitu beriman bahwa Ayub akan tetap percaya kepada-Nya walaupun di tengah persoalan besar (Ayub 2:5). “Love is ever ready to believe the best of every person” – kasih siap untuk percaya yang terbaik dari setiap orang (I kor 13:7 amp. Bible). Itulah Allah. Jadi di satu sisi iblis ingin kita mengutuki Allah dan kondisi kita dan tidak bersyukur. Tetapi di sisi lain Allah percaya bahwa di tengah padang gurun sekalipun kita akan tetap bersyukur. Jadi kawan, Allah saja percaya anda mampu melewati padang gurun itu dengan kemenangan. Lalu bagaimana dengan anda?

Hal selanjutnya yang harus dilakukan agar kita segera meninggalkan padang gurun dan masuk ke tanah perjanjian adalah bertobat dari semua dosa dan pemberontakan kita. Mengapa orang Israel perlu mengembara selama 40 tahun di padang gurun? Karena Tuhan harus membinasakan habis semua orang yang membangkang kepada-Nya (Bilangan 32:13). Orang Israel memang sudah keluar dari Mesir, tetapi Mesir belumlah keluar dari pikiran mereka. Itu mengapa perlu waktu selama 40 tahun. Masih ada orang-orang yang mendambakan kembali ke Mesir dan hidup dalam penjajahan. Tuhan ingin agar orang yang memasuki tanah perjanjian adalah orang-orang yang membenci manusia lama mereka dan percaya sepenuhnya pada Tuhan. Jadi, semakin lama kita bertobat, semakin lama pula kita akan berputar-putar di padang gurun. Pertobatan adalah kunci memasuki tanah perjanjian dan menang.

Salah satu alasan mengapa ada orang-orang gagal di alkitab adalah agar kita bisa belajar dari hidup mereka dan tidak mengulangi kesalahan mereka. Mari kita belajar dari hidup Saul, seseorang yang tidak bisa masuk ke “tanah perjanjiannya” dan “mati” di padang gurun.

Sesaat sesudah Samuel mengurapi Saul sebagai raja, Samuel menyuruh Saul menunggunya 7 hari agar Samuel mempersembahkan korban pada Tuhan (1 Sam 10:8). Tetapi Saul tidaklah sabar menunggu lalu akhirnya membakar korban bakaran mendahului Samuel (1 Sam 13:8). Akibatnya Tuhan pun menolak Saul sebagai raja. Kesalahan Saul adalah dia tidak sabar menantikan proses Tuhan selama 7 hari itu. Memang dikatakan bahwa rakyat mulai meninggalkan dia karena takut kepada filistin (1 Sam 13:11). Tetapi waktu Tuhan tidaklah boleh dilanggar. Perbuatan Saul adalah bukti ketidaktaatan dan pemberontakan pada Tuhan. Itu juga bukti ketidakadaan iman dalam hidup Saul ketika masalah datang. Dan tidak ada daya tahan menanti waktu Tuhan digenapi.

Lalu apakah Tuhan benar-benar membiarkan kita sendiri di padang gurun? Tentu saja tidak. Dia tidak pernah tinggalkan kita. Cuma seolah-olah Dia diam, tetapi sebenarnya tidak. Allah mampu berbicara kepada Yohanes pembaptis di padang gurun (Lukas 3:2). Allah mampu menyediakan air kepada orang Israel di padang gurun (Keluaran 17:6). Allah juga memberikan kemenangan pertempuran di padang gurun (Keluaran 17:13). Dia mampu lakukan mujizatnya di padang gurun. Tetapi masih maukah anda bertahan?

Kawan, jika anda berada di padang gurun rohani, tetaplah berjalan. Iblis menghendakimu berhenti dan menyerah. Tetapi sadarlah bahwa ada tanah perjanjian yang menantimu. Walaupun kondisi kelihatan buruk, ketidakjelasan kapan masalah itu akan selesai, kondiri rohani yang kering, dan sebagainya, tetaplah berjalan dan percaya. Mengucap syukur adalah kunci awal dari kemenangan di padang gurun, pertobatan akan membuat proses lebih cepat, dan iman adalah dasar kemenangan kita. Teruslah maju dan jangan menyerah meraih tanah perjanjianmu!

Tiga tipe orang yang mengerjakan panggilan hidupnya (Panggilan hidup – 10)

Goal dari perjalanan panggilan hidup kita adalah memasuki tanah perjanjian yang Tuhan sediakan. Tanah perjanjian itu tidaklah terletak di surga, tetapi di bumi. Firman pertama Tuhan kepada manusia adalah menaklukkan bumi dan berkuasa atas segala isinya (Kejadian 1:28). Dalam Roma 5:17 dikatakan bahwa kita akan hidup dan berkuasa di bumi oleh karena Yesus. Jadi bumi adalah tanah perjanjian yang Tuhan sediakan.

Sayangnya, banyak orang percaya yang tidak bisa masuk ke tanah perjanjiannya. Ada yang mati di padang gurun, ada yang cuma sampai di perbatasan, dan cuma segelintir yang masuk ke tanah perjanjian mereka. Mari lihat Ibrani 3:7 – 4:11.

Disana dikatakan bahwa ada yang mati di padang gurun karena ketidaktaatan dan dosa mereka (Ibr 3:17). Inilah orang-orang Israel yang menolak percaya kepada Tuhan bahwa Tuhan mampu membawa mereka melewati padang gurun dan masuk ke tanah perjanjian.

Tetapi ada pula yang masuk ke tanah perjanjian (Ibr 4:6). Mereka adalah orang-orang Israel yang percaya pada Tuhan, termasuk Yosua dan Kaleb. Walaupun di tengah cobaan dan raksasa-raksasa, mereka tetap percaya.

Tetapi ada pula tipe ketiga, yaitu orang yang Cuma sampai di perbatasan dan melihat isi tanah perjanjian. Dia adalah Musa. Musa tidak bisa masuk karena ketidaktaatannya (Bilangan 20:12). Sebenarnya harun dikenai hukuman yang sama. Tetapi harun lebih parah karena dia mati jauh sebelum melihat tanah perjanjian.

Jika kita bawa konteksnya dalam kehidupan sehari-hari, ada orang yang berjalan dalam panggilan hidupnya tetapi memilih mundur di tengah jalan ataupun menyerah dengan dosa dan tekanan dunia. Ada juga tipe orang yang menjalani panggilan hidupnya tetapi dia cuma sampai di level “hampir” masuk dan tidak pernah sampai ke level tertingginya. Tetapi ada golongan ketiga yang bisa meraih puncak panggilan hidupnya dan menikmati semua hal yang Tuhan sediakan di tanah perjanjiannya.

Kunci utama agar kita bisa masuk ke dalam golongan orang yang bisa masuk ke tanah perjanjian terdapat dalam Ibrani 4:7 yang berkata : Sebab itu Ia menetapkan pula suatu hari, yaitu “hari ini”, ketika ia setelah sekian lama berfirman dengan perantaraan Daud seperti dikatakan di atas: “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!”

Jadi Tuhan ingin agar pertobatan dilakukan hari ini. Semua kekerasan hati yang tidak mau bertobat dan berbalik pada Tuhan harus dilakukan hari ini. Sudah kita dengar lewat pembahasan yang lain bahwa penyebab lamanya orang Israel berada di padang gurun adalah karena pertobatan mereka yang lama (Bilangan 32:13). Jadi, semakin lama anda bertobat, semakin anda tidak akan bisa masuk ke tanah perjanjian itu.

Akhir kata, tipe manakah yang anda imani terjadi dalam hidup anda?

Sebuah benang merah perjalanan panggilan hidup (Panggilan hidup – 9)

Dari sekian banyak pembahasan tentang panggilan hidup, kita bisa lihat benang merah perjalanan panggilan hidup kita dalam perjalanan orang Israel menuju tanah perjanjian.

Langkah-langkah perjalanan mereka adalah sebagai berikut: memiliki masalah kelaparan – pindah ke mesir dan diselamatkan – diperbudak di mesir – dilepaskan dari mesir dengan mujizat Tuhan – masuk ke padang gurun – melewati sungai Yordan – masuk ke tanah perjanjian dan mendudukinya. Orang Israel pindah ke Mesir karena mereka memiliki masalah kelaparan pada jaman Yakub dan yusuf (Kejadian 42). Uniknya, Abram pun pergi ke Mesir karena masalah kelaparan (Kejadian 12:10). Dan karena bergaul dengan orang Mesirlah Abram mendapat masalah mengenai Sara dengan Firaun. Tidak cukup disitu saja, Hagar yang melahirkan Ismail juga berasal dari Mesir. Tidak Cuma mereka, Ishak pun berniat pergi ke Mesir karena bahaya kelaparan, tetapi Tuhan melarang dia pergi (kejadian 26:2).

Mesir adalah lambang dunia. Meminta pertolongan kepada Mesir saat ada kelaparan berarti meminta pertolongan pada dunia pada saat hidup kita dilanda kesusahan. Memang, Mesir menolong Abram dan Yakub. Tetapi pertolongan itu cuma bersifat sementara. Di kemudian hari, masalah datang kepada hidup Abram dan keturunan Yakub dari Mesir. Ishak untungnya tidak melakukan hal itu. Kisah di atas memberi kita pelajaran bahwa pertolongan dari dunia Cuma bersifat sementara dan pada akhirnya akan mencelakakan kita.

Sesudah lewat jaman Yusuf, orang Israel diperbudak di Mesir dengan sangat keras. Ini adalah lambang dari perbudakan dosa. Kita semula berpikir bahwa dunia dapat menolong kita dari masalah, tetapi yang terjadi adalah kita malah diperbudak di kemudian hari.

Sesudah itu, datanglah mujizat Tuhan atas orang Israel lewat 10 tulah. Mereka akhirnya bisa dilepaskan dari Mesir. Itu adalah lambang lahir baru dan pemulihan dari Tuhan. Banyak orang mungkin berhenti sampai di titik ini. Tetapi Tuhan ingin anda maju lebih jauh bersama Tuhan.

Sesudah dilepaskan, orang Israel masuk ke padang gurun selama 40 tahun. Padang gurun adalah zona pemurnian hati setiap orang. Banyak orang yang mati di padang gurun. Tetapi ada juga yang masuk.

Dari orang-orang yang tidak mati di padang gurun itu, mereka harus melewati sungai Yordan terlebih dahulu sebelum masuk ke tanah perjanjian. Tuhan membuat mujizat di sungai Yordan sehingga orang Israel bisa melewatinya.

Dan pada akhirnya, orang Israel pun masuk ke tanah perjanjian. Sudah selesaikan tugas mereka? Tentu saja belum. Disana mereka harus berperang melawan raksasa-raksasa dan merebut wilayah kekuasaan mereka sampai akhirnya Tuhan memberikan keamanan kepada mereka dari serangan musuh-musuh mereka. Di waktu itu, mereka bisa menikmati semua hal luar biasa yang didapat dari tanah Kanaan: susu, madu, anggur, hasil bumi, dan sebagainya; dengan berlimpah-limpah.

Mari lihat hidup anda. Berada di level berapakah anda? Jika anda belum sampai ke tanah perjanjian anda, mari terus berjalan. Jangan menyerah di tengah jalan. Perjalanan mungkin akan panjang, tetapi janji itu akan terus berlaku : “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibrani 13:5).

Senin, 23 November 2015

Panggilan hidup, sesuatu yang dilahirkan (panggilan hidup – 8)

Sebuah panggilan hidup bisa dikatakan sebagai sebuah visi yang harus diraih dalam hidup ini. Ada beberapa alasan mengapa Tuhan membiarkan kita hidup di bumi sesudah lahir baru. Salah satu yang paling sering didengar adalah agar orang lain bisa dibawa kepada Kristus lewat hidup kita di dunia. Yes, that’s true! Dan sisa lainnya adalah agar kita melakukan dan menyelesaikan visi hidup kita tersebut.

Visi hidup mempunyai proses yang kurang lebih sama proses melahirkan seorang anak. Ada 5 tahap umum yang diperlukan dan dilalui sebelum seorang ibu melahirkan seorang anak : keintiman, pembuahan, mengandung, persalinan, melahirkan bayi.

Keintiman adalah hal dasar dalam suatu hubungan suami-istri. Tanpa keintiman, tidak akan pernah ada proses pembuahan. Sama seperti hubungan suami-istri, visi hidup adalah sesuatu yang dilahirkan lewat hubungan yang intim dengan Bapa. Hubungan suami-istri tentunya dilakukan secara privat dan tidak di tempat yang ramai dan begitu juga dengan hubungan intim dengan Bapa. Diperlukan waktu-waktu privat dan intim dengan Bapa lewat penyembahan, doa, pembacaan firman, refleksi, dan sebagainya. Waktu-waktu khusus dan privat dimana Cuma ada kita dan Bapa diperlukan disini. Tidak ada gangguan dari pihak manapun.

Hal diatas semakin memperjelas bahwa hubungan pribadi dengan Tuhan adalah sesuatu yang mutlak harus dilakukan untuk mengetahui panggilan hidup kita. Mungkin saja kita bisa dapatkan peneguhan visi hidup dari hal-hal umum dan tidak privat, tetapi proses mula “bayi visi hidup” terbentuk selalu dilalui dengan keintiman pribadi dengan Tuhan. Mari lihat hidup Abraham, Yakub, Musa, Yosua, Gideon, Samuel, Istri Manoah ibu Simson, Samuel, Salomo, Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, sampai kepada Zakharia ayah Yohanes Pembaptis dan Maria ibu Yesus. Panggilan Tuhan atas hidup mereka terjadi saat mereka berdua dengan Tuhan.

Seorang calon bayi Cuma bisa terbentuk dari proses pembuahan suami pada istri. Dan uniknya adalah proses pembuahan yang melahirkan calon bayi ini tidak selalu terjadi pada saat hubungan suami-istri. Dan tentunya pembuahan tidak akan terjadi dalam hubungan komunikasi biasa dari suami-istri.Begitu juga dengan pembuahan visi hidup. Tuhan tidak selalu berbicara mengenai visi hidup kita setiap saat kita datang kepadanya. Hal ini Cuma bisa terjadi dalam waktu-waktu khusus yang kita bahkan tidak ketahui. Sama seperti pembuahan sperma pada ovum. Hal ini tidak terus terjadi dalam hubungan suami-istri. Tetapi ada saat khusus, yang tentunya tidak ada orang yang mengetahui, dimana pembuahan ini terjadi dalam beberapa kali hubungan suami-istri.

Jika kita melihat hal ini, maka jelaslah bahwa intensitas hubungan pribadi dengan Tuhan perlu ditingkatkan agar “pembuahan visi hidup” itu bisa terjadi. Ada faktor “waktu Tuhan” yang menjadi misteri dan itu adalah hak Tuhan. Salah satu yang bisa kita lakukan adalah “memperbesar peluang” waktu Tuhan itu terjadi.

Sama seperti calon bayi. Pada mulanya tidak ada yang tahu bagaimana rupanya saat sperma membuahi ovum. Calon bayi itu mulanya kelihatan samar-samar dan tandanya tidaklah jelas. Seringkali visi hidup dari Tuhan juga Cuma kelihatan samar-samar dan tidaklah jelas. Tetapi waktu akan membuat itu semakin jelas terlihat.

Hal lainnya adalah bayi adalah representasi dari ayah dan ibunya. Begitu juga visi Tuhan. Visi Tuhan dalam hidup kita adalah representasi Tuhan sebagai mempelai pria dan kita sebagai mempelai wanita. Visi hidup itu mirip dengan Tuhan alias sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan. Lalu visi hidup itu juga mirip dengan kita alias sesuai dengan talenta dan karunia yang Tuhan berikan pada kita dan sesuai dengan passion yang Tuhan taruh dalam kita. Itu mengapa pengembangan talenta adalah sesuatu yang mutlak dilakukan untuk melakukan panggilan hidup kita.

Proses ketiga dalam melahirkan visi adalah proses mengandung. Proses mengandung membutuhkan waktu yang sangat lama dibandingan proses pembuahan. Dibutuhkan kurang lebih 9 bulan untuk mengandung sesudah proses pembuahan yang berhasil. Hal itu untuk memastikan bayi keluar dengan keadaan siap dan sudah diperlengkapi dalam kandungan. Begitu juga dengan visi Tuhan. Dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk mengeluarkan visi Tuhan dari kandungannya.

Sama seperti proses persalinan yang dilakukan dalam tubuh ibunya dan tentunya mengubahkan kelakuan sehari-hari ibunya, demikian juga visi hidup terjadi dan diproses dalam hidup kita dan tentunya mengubahkan hidup kita. Ibu yang mengandung mulai mengatur pola makannya, tidak bisa banyak bergerak, dan lain-lain agar bayinya sehat. Begitu juga dengan kita. Proses mengandung visi Tuhan akan membuat hidup kita berubah. Kita akan semakin sering berdoa meminta tuntunan Tuhan dan kejelasan mengenai visi itu, kita mulai mencari tahu mengenai visi hidup itu, pikiran kita mulai dipusatkan pada visi, dan lain-lain.

Tahap keempat adalah tahap yang singkat tetapi menyakitkan, yaitu persalinan. Bagi seorang ibu, persalinan adalah proses yang sangat sukar dan menyakitkan tetapi harus dilalui untuk melahirkan seorang anak. Begitu juga dengan visi Tuhan. Seringkali saat dimana visi itu akan dilahirkan, tantangan, masalah, dan cobaan begitu berat menekan hidup kita. Hal-hal itu mulai sering terjadi. Tidak sedikit ibu yang meninggal saat persalinan. Begitu juga dengan iblis yang berusaha membunuh kita secara rohani agar kita tidak melahirkan visi Tuhan itu. Dia lakukan segala cara agar kita menyerah dan dia ingin membunuh dan mencuri visi itu.

Tetapi ketahuilah, semakin besar cobaan, maka proses melahirkan akan segera datang. Besar cobaan itu juga mengartikan bahwa visi Tuhan itu sangatlah besar dan berbahaya bagi iblis. Singkat cerita, cobaan dalam proses persalinan visi hidup mengartikan 2 hal : waktunya melahirkan sudah dekat dan iblis tidak suka jika kita melahirkan visi Tuhan.

Hal terakhir tentunya setelah proses panjang, melelahkan dan mungkin menyakitkan adalah melahirkan visi Tuhan dalam hidup kita. Seorang ibu yang melahirkan anaknya dan mendapati anaknya sehat akan dalam sekejap melupakan segala kesusahannya saat proses mengandung dan persalinan. Begitu juga dengan kita. Ada kepuasan batin yang luar biasa dari Tuhan saat kita mengetahui dengan jelas visi yang dari Tuhan.

Banyak orang akan ikut merayakan saat seorang bayi lahir. Begitu juga dengan visi Tuhan. Banyak orang akan ikut bersorak saat visi hidup itu dilahirkan dalam kehidupan kita. Mengapa? Karena visi hidup itu tentunya akan memberkati banyak orang. Visi hidup yang dari Tuhan tentunya tidaklah egosentris, tetapi mempermuliakan Tuhan dan memberkati banyak orang.

Lalu apakah sekarang semua proses sudah selesai? Tentu saja ini baru permulaan. Seorang ibu tidak langsung lepas tangan saat bayi dilahirkan. Masih ada proses panjang bagi bayi ini, yaitu memastikan dia bertumbuh menjadi seorang yang dewasa. Begitu juga dengan visi hidup. Melahirkan sebuah visi hidup hanyalah permulaan dari sebuah proses yang sangat panjang dan menantang dalam hidup kita di depan. So, the war is not over yet!