Selasa, 20 Oktober 2015

Panggilan hidup, sebuah perjalanan panjang dan membutuhkan waktu (panggilan hidup – 7)

Pernah suatu kali saya menulis di blog ini bahwa sesuatu yang instan seringkali tidaklah baik. Tidak ada sesuatu yang luar biasa lahir dari proses-proses yang instan. Begitu juga dengan panggilan hidup.

Salah satu hal yang saya dapat dari pembelajaran ini adalah bahwa panggilan hidup yang dari Tuhan adalah sesuatu yang berdampak luar biasa. Ketika sifatnya menjadi luar biasa, maka proses pembentukkannya juga akan makan waktu yang lama dan tidaklah instan. Ketika anda membayangkan Tuhan memakai hidup anda untuk hal-hal besar, maka bersiaplah anda akan melalui berbagai medan yang mungkin akan panjang. Yang pasti anda akan melewati pagar pembatas zona nyaman anda, padang gurun, medan peperangan dengan raksasa, dan lain-lain sebelum sampai akhirnya menyentuh tanah perjanjian anda.

Abram membutuhkan 25 tahun untuk melihat janji Tuhan digenapi. Orang Israel membutuhkan waktu 40 tahun untuk masuk ke tanah Kanaan (Dan disana mereka masih harus berperang!). Yusuf membutuhkan proses berliku untuk sampai menjadi pejabat tinggi di Mesir. Yesus sewaktu di dunia ini juga harus menunggu sampai usia 30 tahun baru Dia mulai bekerja. Semua hal luar biasa dalam dunia ini membutuhkan waktu.

Mengapa panggilan hidup kita yang dari Tuhan membutuhkan waktu yang seringkali cukup lama? Karena waktu adalah elemen yang sangat baik untuk menguji dan memurnikan semua hal dalam hidup kita.

Ada 2 hal yang diproses oleh waktu dalam hal ini. Yang pertama adalah panggilan hidup itu sendiri dan yang kedua adalah diri kita sendiri. Yang dimaksudkan bahwa waktu akan memproses panggilan hidup adalah waktu akan memperjelas jalan-jalan yang Tuhan inginkan dalam mencapai panggilan hidup itu. Mungkin Tuhan berkata bahwa panggilan hidupmu akan seperti ini dan itu. Tetapi mungkin itu belumlah jelas bagaimana rupanya bagi kita pada waktu pertama kali disampaikan. Waktu akan membuat itu menjadi lebih jelas.

Ketika Tuhan berbicara pada Yusuf mengenai panggilan hidupnya dalam Kejadian 37 bahwa saudara-saudaranya akan menyembah dia, Yusuf sama sekali tidak mempunyai bayangan akan apa yang terjadi sesungguhnya di masa depan. Dia tidak tahu kalau dia akan jadi pejabat di mesir. Dia tidak tahu mengenai masalah kelaparan di masa depan nanti. Dia tidak tahu bagaimana rupa sebenarnya panggilan hidupnya di depan.

Hal yang lebih hebat lagi dari Yusuf adalah bahwa dia sebenarnya sudah lupa mengenai panggilan hidupnya itu. Coba lihat Kejadian 42:9 dimana dikatakan “lalu teringatlah Yusuf akan mimpi-mimpinya tentang mereka” saat dia melihat saudara-saudaranya datang ke mesir dan menyembahnya. Beberapa tahun sebelumnya dalam Kejadian 37 Tuhan Cuma berbicara dalam sebuah “imajinasi” dan pada Kejadian 42 Yusuf melihat bagaimana rupa sebenarnya panggilan hidupnya itu.

Waktu juga akan membuat pencapaian panggilan hidup itu menjadi sesuatu yang special. Pengkotbah 3:11 berkata “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya”. Tuhan tahu yang terbaik kapan membuat panggilan hidup itu digenapi dengan indahnya.

Hal yang kedua adalah waktu akan memproses kita dalam menempuh panggilan hidup itu. Lukas 16:10 berkata, “barangsiapa setia dalam perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar”. Waktu akan menunjukkan kesetiaan kita itu dalam hal-hal yang kecil. Waktu juga akan memproses kita, memurnikan hati kita, dan menguji kita dalam banyak hal. Orang Israel membutuhkan waktu 40 tahun untuk masuk ke tanah kanaan untuk memurnikan mereka dari angkatan yang tidak percaya (ulangan 1:35-36).

Waktu juga akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih kuat dalam hal karakter. Daud diurapi menjadi raja pada umur belasan tahun. Tetapi baru pada umur 30 tahun dia menjadi raja secara “de facto”. Dia Cuma anak muda yang menggembalakan kambing domba saat diurapi. Tetapi waktu yang membuat dia naik level menjadi seorang panglima pasukan perang Saul, panglima dari 400 orang pelarian, lalu raja Yehuda, dan akhirnya menjadi raja Israel seperti yang dinubuatkan Samuel. Memimpin suatu bangsa jelas adalah sesuatu yang sukar bagi orang muda yang tidak memiliki pengalaman administrasi kerajaan. Oleh karena itu waktu yang membentuk Daud sehingga pada akhirnya belasan tahun sesudah Dia diurapi Samuel, dia bisa berdiri memimpin bangsa Israel.

Waktu yang panjang dalam meraih panggilan hidupmu juga akan membuatmu semakin kuat dalam hal mempercayai Tuhan. Karena dalam perjalanan itu, akan ada mujizat-mujizat “kecil” yang Tuhan buat dalam hidupmu agar anda semakin yakin bahwa memang Tuhan menyertai anda. Butuh “peperangan-peperangan kecil” bagi orang Israel melawan raja-raja di seberang sungai Yordan sebelum mereka akhirnya menyerang Yerikho. Momen kemenangan ini lah yang menebalkan semangat Yosua untuk memimpin orang Israel menyerang tanah Kanaan (Ulangan 31:4).

Ketika anda menyadari panggilan Tuhan dalam hidupmu, sadarilah itu bahwa anda akan menjalani sebuah perjalanan yang panjang bersama Tuhan. Itu tidak bisa diraih dengan instan. Itu mengapa daya tahan adalah sesuatu yang diperlukan dalam hal ini. Ini adalah sebuah lari marathon dan bukan lari sprint 100 meter. Itu mengapa diperlukan sebuah janji ini: “dan ketahuilan, aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir jaman” (mat 28:20). Anda tidak sendiri saat perjalanan panjang ini menantimu!

Panggilan hidup, sebuah peneguhan yang berulang-ulang (panggilan hidup – 6)

Abraham dikenal sebagai “bapak orang beriman” (roma 4:11). Mengapa disebut demikian? Karena dikatakan bahwa ia tetap percaya pada Tuhan mengenai kuturunannya akan menjadi banyak walaupun kondisinya sendiri tidak memungkinkan untuk melahirkan anak (roma 4:18). Tetapi jika kita lebih teliti, Abraham sebenarnya menunjukkan banyak ketidakpercayaan dalam dirinya.

Dalam kejadian 15:2-3 dikatakan disana bagaimana Abram frustasi akan janji Tuhan dalam hidupnya. Bahkan dia men-judge Tuhan dengan berkata bahwa “Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku (ayat 3)”. Lalu dalam Kejadian 16:2 juga dikatakan bagaimana Abram mendengar perkataan Sarai agak dia mengambil hagar menjadi istrinya supaya mereka mempunyai anak. Lalu pada Kejadian 17:18 dikatakan bahwa Abramham sendiri menertawakan janji Tuhan itu dan meminta Tuhan memilih ismail sebagai pewarisnya kelak. 3 hal itu menunjukkan bahwa sebenarnya Abram tidaklah percaya akan janji Tuhan mengenai masa depannya.

Lalu apa respon Tuhan? Dia bisa saja menyerah dan meninggalkan Abram karena Abram sendiri sudah menyerah. Tuhan bisa saja membatalkan janjinya pada Abram. Tetapi mari lihat respon unik Tuhan mengenai ini.

Dalam kejadian 15, sesudah Abram menunjukkan ketidakpercayaannya pada Tuhan, Tuhan membawa dia keluar dari tendanya (ayat 5). Tuhan memvisualisasikan dengan indah bagaimana nanti banyaknya keturunannya kelak. Sesudah Dia berkata pertama kali mengenai janji itu pada Kejadian 12, disini Dia kembali mengingatkan Abram mengenai janji itu.

Lalu ketika Abram melakukan “kesalahan” dengan mengambil hagar menjadi istri pada kejadian 16, Tuhan lagi-lagi mengingatkan Abram akan janjinya itu. Dalam Kejadian 17 ketika Abram sudah berumur 99 tahun, Tuhan mengingatkannya akan janji-Nya itu. Abram sudah menanti selama 24 tahun. Dalam ayat 19 dikatakan bahwa Abram akan mempunyai anak pewaris dari Sara dan bukan dari Hagar.

Apakah sudah cukup? Belum! Dalam kejadian 18:10 dikatakan kembali bagaimana Abraham akan mempunyai anak dari Sara. Dan kali ini Sara yang tidak percaya (ayat 12). So, ini adalah sebuah paket ketidakpercayaan yang komplit dari sepasang suami-istri akan janji Tuhan.

Abraham dan Sara tidaklah percaya. Tetapi Tuhan tidak pernah berbohong. Dia setia akan janji-Nya. 3 kali Dia ingatkan mereka mengenai janji-Nya itu. Disaat situasi sulit dan ketidakmustahilan menjadi semakin nyata, suatu hal yang wajar dari manusia adalah melepas kepercayaannya pada Tuhan.

Ada 2 hal yang menarik disini,

Pertama, Tuhan ingin sekali melihat janji-Nya digenapi dalam hidup setiap kita. Itu mengapa Dia berusaha keras meyakinkan Abram mengenai janji-Nya itu. Seolah Abram dan Sara melepas kepercayaan mereka dan sudah menyerah. Tetapi Tuhan tidak menyerah. Secara logis bisa saja Tuhan juga melepas janji itu. Tetapi Dia tidak bisa. Dia semata-mata ingin janji itu digenapi karena Dia tidak bisa mengingkari diri-Nya yang adalah Allah yang setia (2 Tim 2:13).

Kedua, disaat Abram dan Sara tidak percaya, Dia ingatkan mereka akan janji-Nya berulang-ulang. Mazmur 119:154 berkata “hidupkanlah aku sesuai dengan janji-Mu”.

Panggilan hidup adalah sebuah perjalanan yang panjang. Itu mengandung janji yang besar pula. Itu mengapa perlu sebuah peneguhan berulang-ulang akan janji itu. Disaat masalah datang, maka janji itu yang akan segarkan kita kembali. Bahkan disaat anda galau dan berada di momen memilih antara 2 hal yang berbeda dalam hidupmu, maka peneguhan berulang-ulang mengenai janji itu akan membuatmu lebih yakin dalam menentukan arah hidupmu.

Ingatlah bahwa Tuhan sendiri yang ingin kita berada di track itu. Itu mengapa Dia ingatkan kita berulang-ulang. Coba perhatikan hidupmu akhir-akhir ini. Adakah suatu janji yang Tuhan ingatkan berulang-ulang dalam hidupmu?

Kamis, 15 Oktober 2015

Panggilan hidup adalah berdasarkan janji Tuhan (panggilan hidup – 5)

Mengapa abram ingin meninggalkan zona nyamannya? Karena dia mendapat janji Tuhan. Hidup meninggalkan zona nyaman dan mulai menempuh jalan hidup kita akan sangat sulit tanpa janji Tuhan. Kej 12:1-3 berbicara bagaimana Tuhan menaruh janji-Nya dalam hidup abram. Ayat 2 bicara bahwa abram akan menjadi bangsa yang besar, itu adalah janji Tuhan. Saat abram berangkat menuju Kanaan, dia belum punya anak. Tetapi dia dengar Allah berjanji padanya. Itu yang membuat dia kuat.

Yeremia ketika dipanggil Tuhan untuk menjadi nabi, Tuhan juga menaruh janji-Nya dalam hidup Yeremia. Dia berkata “janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau” (Yer 1:8). Kenapa Allah berkata seperti ini? Karena Yeremia takut dan tidak percaya diri (Yer 1:6). Tentu saja adalah hal yang bodoh menurutnya untuk menyampaikan firman Tuhan kepada orang Yehuda yang sangat keras kepala. Dia butuh janji Tuhan.

Mari kita lihat bagaimana efek Yeremia menjalani panggilan hidup barunya itu. Dia ingin dibunuh (Yer 11:21), dia dipasung (Yer 20:2), hidupnya dicemooh (Yer 20:8), dia harus melawan nabi lain (Yer 28), dibenci oleh orang sebangsanya (Yer 29:24), dimasukkan dalam perigi (Yer 38:6), dll. Dia mengeluh beberapa kali mengenai profesi barunya ini. Tetapi kenapa dia tetap kuat? Karena firman pada mulanya yang berkata “janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau”.

ketika anda mulai goyah dan kuatir, maka janji Tuhan di awal itulah yang bisa membuatmu tetap kuat. Mazmur 119:116 berkata dengan sangat indah “topanglah aku sesuai dengan janji-Mu, supaya aku hidup, dan janganlah membuat aku malu dalam pengharapanku”. Janji Tuhan itu yang menopang kita menempuh panggilan hidup kita.

Salah satu hal menarik dari Allah adalah bahwa Dia adalah Allah perjanjian. Dia akan lakukan sesuatu berdasarkan apa yang Dia janjikan. Ula 7:9 berkata “Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya…”. Itu mengapa memperoleh janji Tuhan adalah sesuatu yang penting sebelum anda melangkah dalam panggilan hidup anda.

Itu mengapa, dalam pembahasan sebelumnya, dikatakan bahwa merenungkan firman Tuhan adalah hal yang mutlak dilakukan seseorang jika ingin mencari panggilan hidupnya. Setia dalam pembacaan alkitab setiap hari sebelum lulus, adalah modal berharga sebelum masuk dalam tahap pencarian suara Tuhan tentang panggilan hidup. Siapa setia pada perkara kecil, maka perkara lebih besar akan dipercayakan kepadanya.

Panggilan hidup adalah meninggalkan zona nyaman (panggilan hidup – 4)

Kejadian 12:1-3 bercerita tentang bagaimana abram dipanggil oleh Tuhan. Hal menarik pertama terdapat pada ayat pertama. Kejadian 12:1 berbicara tentang abram harus pergi dari sanak saudaranya. Ini bicara tentang langkah pertama dalam panggilan hidup adalah bicara soal meninggalkan zona nyaman. Anda tidak akan pernah mencapai tanah perjanjian jika anda tidak tinggalkan zona nyamanmu. Zona nyaman adalah zona kematian!

Hal menarik lainnya soal zona nyaman adalah ketakutan dan kekuatiran dari iblis dapat segera menghantuimu ketika anda ingin keluar dari zona nyaman. Seolah ada “batas” atau “pagar” yang berkata “tidak” ketika anda ingin keluar. Ketika Tuhan membawa orang Israel keluar dari tanah mesir, mereka justru ingin kembali karena mereka ingat semua makanan mereka (kel 16:3), padahal mereka juga sadar bahwa mereka adalah budak di mesir! Coba lihat ini, zona nyaman kita seringkali membuat kita buta bahwa itu adalah zona kematian buat kita.

Tetapi biarkan pertanyaan ini membuatmu yakin untuk keluar dari zona nyamanmu : manakah yang lebih berharga, zona nyamanmu atau tanah perjanjianmu? Semua rutinitasmu yang tidak membuat pertumbuhan iman yang pesat dalam hidupmu adalah zona nyamanmu. itu adalah kematian buat imanmu. Panggilan hidup adalah bagaimana kita mengandalkan Tuhan untuk mencapainya. Zona nyaman seringkali membuat kita seolah tidak butuh Tuhan. Hal itu karena semua tersedia disana, semua baik-baik saja, kita seolah dapatkan semua dengan mudah, dll. Itu adalah zona kematian imanmu.

Mengikut Yesus membutuhkan sebuah konsekuensi yang besar. Dia berkata bahwa “barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku” (mat 10:37). Yesus meminta kita untuk mengedepankan Tuhan lebih dari segalanya. Itu juga berarti meninggalkan zona nyamanmu. berhenti mengandalkan manusia untuk mencapai Tujuan hidupmu, tetapi mulai andalkan Tuhan.

Rabu, 14 Oktober 2015

Mengetahui panggilan hidup Tuhan dalam hidup kita (panggilan hidup - 3)

Lalu bagaimana kita mengetahui panggilan hidup kita? Hal yang pertama dan jelas sekali adalah merenungkan Firman Tuhan. Mazmur 119:105 berkata “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”. Pelita tidaklah menerangi jalan yang panjang. Dan dikatakan bahwa firman membuat kita bisa melihat jalan kita di tengah kegelapan. Itu mengapa saat teduh adalah hal yang mutlak dipelajari selama 4 tahun di kampus.

Efesus 2:10 berkata tentang pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Cara kedua mengetahui panggilan hidupmu adalah dengan cara melihat garis hidupmu ke belakang atau istilah yang sering dipakai adalah “connecting the dots”. Seorang pengkotbah berkata bahwa dengan melihat garis hidupmu ke belakang, anda bisa mendapat pewahyuan tentang panggilan hidup anda di depan, walaupun mungkin tidaklah jelas. Anda bisa percaya ini atau tidak. Tetapi saya lihat itu jelas sekali dalam hidup saya.

Mari lihat sekilas hidup Abraham. Dalam Kej 12:1, Tuhan berkata pada Abram “pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu.. ke negeri yang akan aku tunjukkan kepadamu”. Semua dari kita akan sepakat bahwa negeri itu adalah kanaan. Tetapi mari lihat hal menarik pada Kej 11:31. Disana dikatakan bahwa visi menuju kanaan sudah dimiliki oleh terah, ayah abram. Tetapi terah berhenti di haran dan tidak melanjutkan ke kanaan dan abram yang melanjutkan dari haran ke kanaan. Jadi pada waktu Tuhan bicara pada abram untuk pergi menuju suatu tanah yang baru dan harus meninggalkan saudaranya, abram bisa melihat hidupnya ke belakang bagaimana dia sejak kecil sudah diajak berpindah-pindah oleh ayahnya terah. Frasa “pergilah .. dari sanak saudaramu” pada kej 12:1 dilakukan abram pada waktu terah masih hidup dan abram belum mengetahui tentang panggilan hidupnya.

Mungkin ini sedikit membingungkan. Tetapi biarkan saya jelaskan sedikit. Pada kej 11:31 dikatakan bahwa terah membawa abram, sarai, dan lot pergi meninggalkan saudara-saudara mereka di Ur kasdim. Jelas disini abram belum mengetahui panggilan hidupnya Karena baru di kej 12:1 Tuhan berbicara pada abram. Mungkin anda bisa berargumen bahwa bisa jadi kej 12:1 terjadi sebelum terah mati. Tetapi kej 12:4 berkata dengan jelas bahwa abram pergi setelah mendengar Tuhan berfirman. Jadi urutannya jelas sekali: mereka pergi dari Ur kasdim – terah mati – Tuhan berfirman – abram pergi ke kanaan. Jika frasa “pergi dari sanak saudaramu” itu terjadi saat terah mati, maka logikanya adalah abram dan sarai meninggalkan lot. Karena lot lah saudara mereka satu-satunya di haran. Tetapi abram membawa lot ke kanaan. Jadi jelas sekali bahwa frasa “pergi dari sanak saudaramu” itu terjadi sebelum abram mendengar firman dalam kej 12:1.

Pelajaran yang bisa kita lihat adalah Tuhan sudah persiapkan hidup kita sedemikian rupa sejak semula, bahkan kita mungkin tidak sadari seperti kisah abram, untuk mencapai panggilan hidup kita. Kita bisa melihat pengalaman-pengalaman kita di belakang. Mungkin kita dulu sering bermimpi sesuatu yang besar, mungkin dari kecil kita berminat terhadap sesuatu, mungkin dulu pernah ada hamba Tuhan mendoakan kita tentang masa depan kita, dsb.

Hal terakhir yang bisa kita lakukan untuk mengetahui panggilan hidup kita adalah dengan bertanya pada pembimbing rohani kita. Pembimbing rohani yang benar adalah orang yang membela anak rohaninya lewat doa yang berkesinambungan. Lewat doa-doanya itu, Tuhan dapat berbicara pada pembimbing rohani mengenai bagaimana masa depan anak rohaninya kelak. Kej 49 berbicara tentang bagaimana Yakub berkata mengenai masa depan kedua belas anaknya kelak. Dan itu terjadi! Mungkin tidak semua pembimbing rohani diberitahukan mengenai masa depan anaknya kelak. Tetapi Tuhan juga bisa pakai cara ini.

“kriteria” panggilan hidup yang berasal dari Tuhan (panggilan hidup – 2)

Lalu panggilan hidup apakah yang “masuk kriteria” panggilan hidup yang dari Tuhan? Ada banyak kriteria yang bisa setiap orang ajukan. Bagi saya, 3 kriteria ini cukup untuk menentukan apakah panggilan itu berasal dari Tuhan atau tidak.

Pertama, efesus 2:10 menyebutkan “pekerjaan baik”. (jujur, saya semakin yakin kalau efesus 2:10 adalah ayat pamungkas tentang panggilan hidup, 1 ayat memberikan banyak makna. Hehe..). Jadi panggilan hidupmu tentulah sesuatu yang baik. Baik dimata siapa? Tentu saja Tuhan. Karena Dia yang persiapkan panggilan itu buat kita. Jadi kriteria baik atau tidak bukanlah menurut manusia, tetapi Allah. Itu mengapa Mat 25:23 berkata “hai hambaku yang baik dan setia”.

Kedua, panggilan hidup yang dari Tuhan berdampak besar untuk orang lain dan tidak Cuma untuk kepentingan diri sendiri. Mari lihat kisah Abraham dan Yusuf. Kej 12:3 berkata bahwa “olehmu semua kaum di muka bumi akan menjadi berkat”. Jelas sekali bahwa panggilan hidup Abraham menentukan hidup banyak orang dari berbagai tempat dan jaman. Yusuf juga mengalami hal yang sama. Dalam Kej 50:20 disana dikatakan bahwa “memelihara hidup suatu bangsa yang besar” adalah panggilan hidup yusuf.

Hal penting lainnya yang bisa kita pelajari adalah kita sebagai anak Tuhan harus sadar bahwa hidup jutaan orang ditentukan oleh cara kita menjalani panggilan hidup kita. Jika kita gagal, maka mungkin akan ada bangsa di belahan dunia tertentu atau di jaman sesudah kita yang menderita. Roma 8:19 berkata dengan indahnya “sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan”. Dunia menantikan anak-anak Tuhan yang mengerjakan panggilan Tuhan dalam hidupnya.

Kriteria yang ketiga adalah panggilan hidupmu haruslah menjadi bagian dari misi besar Tuhan di dunia ini yang adalah menyelamatkan jiwa yang terhilang. Matius 28:19-20 berkata dengan jelas bahwa “jadikan semua bangsa sebagai murid” adalah suatu perintah, dan bukan amanat! Apapun peran yang anda lakukan nanti, itu menjadi sebuah bagian dari misi ini. 1 Kor 12:18 berkata “Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya”. Dia sudah tetapkan posisi dan bagian saya dan anda dalam tubuh Kristus. Tentu untuk tujuan utama dari tubuh itu. Tangan, kaki, dan telinga tidak bisa bergerak semaunya sendiri. Tetapi mereka bertiga harus bergerak sinergis untuk mendukung suatu tujuan yang sudah diatur oleh otak yang ada di kepala. Dan dalam gereja, Kristus adalah kepala dari semua.

Panggilan hidup, sebuah jalan yang harus kita tempuh (panggilan hidup-1)

Saya tidak tahu apakah anda sadari ini atau tidak. Tetapi masa-masa menjelang dan sesudah lulus adalah salah satu masa paling penting dalam hidup anda. Mengapa? Karena anda harus membuat keputusan penting mengenai masa depan anda. Sesudah lulus, anda diberi kebebasan untuk memilih jalan hidup anda. Bagi saya, panggilan hidup “sejatinya” dimulai sejak saya lulus.

Semua pengalaman rohani anda selama di kampus diuji dalam masa ini. Modal berharga untuk masuk ke fase ini adalah aktivitas saat teduh yang mendarah daging. Jika selama di kampus, dalam saat teduh anda berlatih mendengar dan taat suara Tuhan untuk hal-hal sepele, maka anda akan dalam kondisi siap tempur masuk ke dalam fasa ini.

Lukas 16:10 berkata jelas sekali, “barangsiapa setia dalam perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar”. Itu mengapa pelajaran saat teduh adalah hal yang sangat penting diajarkan. Saya pribadi melakukan ini dalam kehidupan saya sehari-hari dan saya ajarkan pada anak rohani saya. Umumnya, PA pertama adalah bertema saat teduh. Saya coba disiplinkan mereka setiap hari wajib membaca alkitab. Saya suruh mencatat ayat yang me-rhema setiap hari. Lalu minggu depannya saya lihat catatan mereka. Maksudnya jelas, supaya mereka belajar mendengan suara Tuhan.

Efesus 2:10 -> Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Prinsip pertama dalam hal panggilan hidup adalah pada Efesus 2:10 diatas, yaitu panggilan hidup kita sudah ditetapkan sejak semua oleh Tuhan. Jalan-jalan hidup kita sudah ditulis dalam kitab Tuhan bahkan sejak dalam kandungan (mazmur 139:16). Hal ini mengajarkan kita untuk bertanya pada Tuhan tentang panggilan hidup kita. Jangan pernah mencoba merancangkan sendiri jalan hidupmu. Karena “rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku (Yes 55:8)”. 2 Kor 5:17 juga berbicara jelas sekali ”Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”. Jelas sekali bahwa anda yang lahir baru haruslah hidup bagi Kristus, yaitu bagi rancangan yang sudah dia tetapkan untuk hidup anda sejak semula.

Hal lainnya yang bisa dipelajari dari Efesus 2:10 adalah Tuhan mau supaya kita hidup dalam rancangan itu. Manusia diberi kebebasan memilih dalam hidupnya. Itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan. Anda bisa memilih mengikuti rancangan Tuhan atau rancangan diri anda sendiri. Ingatlah bahwa “setiap orang diantara kita akan memberi pertanggung jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah” (roma 14:12). anda tidak ingin disebut sebagai “hamba yang malas dan jahat” (mat 25:26), bukan?