Minggu, 29 November 2015

Padang gurun, pintu masuk api pemurnian (panggilan hidup – 11)

Beberapa bulan lalu saya sangat bersemangat. Hal itu karena saya yakin sekali Tuhan panggil saya untuk lakukan hal ini. Saya dengar Tuhan berbicara banyak tentang hal ini. Dia nyatakan janji-janji-Nya. Saya pun melihat pintu mulai terbuka. Beberapa rekan mendukung langkah saya ini. Saya bersemangat sekali untuk menjalani perjalanan ini bersama dengan Tuhan.

Tetapi sekarang apa yang terjadi? Pintu yang saya rasa Tuhan bukakan untuk saya tertutup. Rekan-rekan yang berkata akan mendukung saya mulai menjauh karena berbagai alasan. Orang-orang terdekat saya mulai menentang langkah saya ini. Saya terus berdoa tetapi seolah jalan di depan semakin suram. Saya lakukan ini itu untuk mencari Tuhan tetapi saya tetap merasa kering. Saya mulai putus asa dan kuatir. Mengapa kondisi sekarang berbeda dengan beberapa bulan lalu?

Pernahkan anda mencapai tahap ini dalam perjalanan iman melakukan panggilan hidup anda? Jika pernah atau mungkin sedang anda alami sekarang, maka anda sedang memasuki sebuah zona baru bernama : Padang gurun (Wilderness).

Mau tidak mau, setiap orang akan memasuki masa padang gurun ini. Padang gurun secara rohani adalah salah satu masa terberat dalam melakukan panggilan hidup. Ini adalah masa dimana cobaan silih berganti datang, kondisi rohani terasa kering walaupun saat teduh dan doa tetap dilakukan, Tuhan seolah tidak menjawab apa-apa terhadap doa kita, rekan-rekan tidak ada yang menolong, dan puncaknya adalah saat kita ingin sekali berkata “menyerah”.

Masa padang gurun bisa datang kapan saja. Elia, sang nabi luar biasa, pernah merasakan saat ini. Dalam 1 raja-raja 19: 4 dikatakan bahwa Elia meminta agar dia mati saja. Padahal dia baru saja menyembelih iman-iman baal dan melakukan mujizat yang luar biasa. Ayub merasakan padang gurun ini saat dia sedang berada dalam puncak karir hidupnya. Tidak pernah ada yang tahu kapan padang gurun itu datang.

Banyak orang menghindari padang gurun ini dalam perjalanan imannya. Tetapi tahukah kita bahwa Tuhan sebenarnya inginkan dan ijinkan kita masuk dalam level ini? Ada orang yang menang melewati padang gurun ini seperti Yosua, Kaleb, Elia, Ayub, Yohanes Pembaptis, sampai kepada Tuhan kita Yesus. Ada orang yang hampir melewatinya seperti Musa. Tetapi ada orang yang gagal seperti orang Israel dan Saul.

Ulangan 8 berkata dengan indahnya mengenai maksud padang gurun itu. Ulangan 8:2 berkata bahwa maksud Tuhan membawa orang Israel ke padang gurun adalah untuk merendahkan hati mereka dan mencobai mereka untuk mengetahui apa yang ada dalam hati mereka.

Ayub bisa memenangkan padang gurun cobaannya setelah dia merendahkan hatinya di depan Tuhan (Ayub 42). Merendahkan hati adalah kunci pemulihan. Dalam merendahkan hati kita menaruh kepercayaan sepenuhnya pada Tuhan. Panggilan hidup yang kita kerjakan adalah datang dari Tuhan, dikerjakan oleh Tuhan dalam kita, dan untuk kemuliaan Tuhan. Seringkali kita yakini bagian pertama saja dan mulai mengerjakan itu dengan kekuatan kita dan bahkan untuk kemuliaan kita. Tuhan ingin koreksi setiap hati lewat padang gurun ini. Tuhan ingin menjadikan Abraham sebagai bapak banyak bangsa tetapi dia tidak punya anak. Abraham mencoba dengan caranya sendiri sehingga lahirlah Ishak. Ini adalah bentuk kesombongan dan pengandalan diri sendiri. Tuhan tidak ingin Dia diintervensi. Celalakah orang yang mengandalkan manusia dan kekuatannya sendiri, tetapi diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan (Yeremia 17:5-8).

Yeremia 17:9-10 berkata bahwa hati manusia adalah licik dan Tuhan menyelidiki hati setiap orang. Itu mengapa padang gurun adalah sarana paling ampuh untuk memurnikan hati kita. Yakobus 1:14 berkata bahwa setiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri. Cobaan itu akan menunjukkan seperti apa sebenarnya hati kita. Di padang gurun lah kelihatan bahwa sebenarnya orang Israel menyukai kehidupan lama mereka di mesir (Keluaran 16:2). Jika kita bawa konteks ini ke kehidupan sehari-hari, padang gurun akan menunjukkan kedalaman hati kita yang sebenarnya masih menyukai dosa-dosa dan gaya hidup yang lama sebelum bertobat. Mari lihat pencobaan Tuhan Yesus dalam Matius 4. Sebenarnya iblis berusaha mencobai Yesus lewat sesuatu yang sangat diingini setiap manusia. Iblis mencobai lewat roti yang adalah lambang materi dan kabar buruknya adalah Yesus saat itu sedang lapar. Bagian kedua iblis mencobai tentang ketundukan kepada otoritas Allah dimana pada dasarnya manusia tidak mau tunduk kepada otoritas di atasnya. Bagian ketiga iblis mencobai lewat kekuasaan dan kabar buruknya bahwa setiap orang di dunia pada dasarnya ingin kekuasaan. Jadi pencobaan itu membuat kita mengerti bagaiman sebenarnya dasar hati kita sebagai manusia.

Begitu banyak orang menyerah di tengah jalan saat masuk ke padang gurun ini. Mereka memutar jalan dan berkata sepertinya ini bukan jalan yang Tuhan ingini. Mereka mulai berpikir sepertinya salah mendengar suara Tuhan. Mereka pun menyerah dan mulai hidup bagi dunia lama mereka. Mereka menyerah kepada panggilan hidup yang luar biasa itu. Dan paling buruknya adalah mereka durhaka pada Tuhan dan meninggalkan Dia.

Tetapi tahukan anda bahwa banyak orang juga yang berhasil melewatinya? Yesus dibawa ke padang gurun dan dicobai dan Dia menang! Setelah Dia dicobai oleh setiap keinginan daging manusia, Dia tetap menang. Dikatakan bahwa Yesus telah dicobai tetapi Dia tidak berbuat dosa (Ibrani 4:15). Mungkin kita berpikir tidak relevan menyamakan kita dengan Yesus karena Dia adalah Tuhan dan jelas pasti bahwa Dia tidak berdosa dan dapat menang. Tetapi puji Tuhan, ada contoh-contoh di alkitab yang menceritakan orang-orang biasa seperti kita yang memasuki padang gurun dan pada akhirnya dia menang walaupun mungkin dia sempat melakukan kesalahan dan mau menyerah, seperti Abraham, Yosua, Kaleb, Elia, Ayub, Yohanes Pembaptis.

Ada masa-masa dimana Abraham seharusnya menyerah. Selama 25 tahun Tuhan seolah berfungsi sebagai PHP : Pemberi Harapan Palsu. Dia terus berjanji tetapi selama 25 tahun tidak digenapi. Abraham lalu jatuh dan menyerah sehingga dia menikahi Hagar. Tetapi pada akhirnya dia dapatkan apa yang Tuhan janjikan lewat kelahiran Ishak.

Yosua dan Kaleb adalah contoh orang yang sebenarnya hampir gagal di padang gurun. Mengapa? Karena usia mereka sudah sangatlah tua saat masuk ke Kanaan. Mereka berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun. Mereka jauh lebih lama dari Abraham menunggu janji Tuhan. Mereka menjadi saksi pekerjaan Tuhan di Mesir dan mereka sendiri mendengar Tuhan berjanji membawa mereka ke Kanaan. Dan semua tahu kisah akhirnya, mereka akhirnya masuk ke Kanaan setelah berjalan 40 tahun!

Bisakah anda lihat teladan dari hidup mereka? Hal yang sangat saya sukai adalah bahwa mereka tetap bertahan walaupun mereka tidak tahu kapan janji itu digenapi. Jika anda masuk ke padang gurun, maka anda tidak akan pernah bisa melihat ujungnya. Anda pun tidak tahu mana ujungnya. Itulah padang gurun rohani, tidak pernah diketahui kapan berakhinya. Tuhan tidak pernah memberitahu Abraham bahwa dia harus menunggu 25 tahun. Begitu juga dengan Yosua dan Kaleb. Sehingga kita bisa simpulkan bahwa kunci pertama untuk melewati padang gurun adalah tetap berjalan dan tetap percaya pada Tuhan walaupun ujungnya masih belum terlihat (Roma 4:18-21). “Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepada-Nya” – Ibrani 10:38.

Lalu apa yang bisa membuat kita bertahan di padang gurun rohani? Cuma ada 1 hal yang membuat kita bertahan, yaitu IMAN. Iman membuat kita bertahan. Iman membuat kita mampu melihat sampai ke ujung perjalanan kita. Iman membuat kita beroleh kekuatan dalam kelemahan (Ibrani 11:34). Iman yang diperlukan adalah iman Abraham yang walaupun tidak melihat tetapi tetap percaya dan bukan iman tomas yang harus melihat baru percaya. Karena di padang gurun, semua tidak kelihatan baik.

Langkah iman pertama yang bisa dilakukan untuk menang di padang gurun rohani adalah mengucapkan syukur. Kidung Agung 3:6 berkata “Apakah itu yang membubung dari padang gurun seperti gumpalan-gumpalan asap tersaput dengan harum mur dan kemenyan dan bau segala macam serbuk wangi dari pedagang?” gumpalan asap adalah lambang dari korban persembahan. Asap ini bukan asap biasa karena berasal dari padang gurun yang terkenal tandus dan asap ini penuh dengan aroma yang sangat harum. Persembahan terbaik dan menyenangkan hati Tuhan yang bisa dilakukan di padang gurun adalah bersyukur. Mengapa? Karena bersyukur adalah sesuatu yang sangat sangat sukar dilakukan di tengah berbagai persoalan dan seolah tidak ada jawaban dari Tuhan.

Mari lihat kisah Ayub. Yang iblis harapkan dari hidup Ayub adalah agar dia mengutuki Allah ketika dia diterpa berbagai masalah (Ayub 2:5). Salah satu dosa terbesar orang Israel selama di padang gurun adalah bersungut-sungut (Keluaran 17:3). Iblis menghendaki kita tidak bersyukur dan bersungut-sungut di padang gurun, tetapi Allah sebaliknya. Mari lihat iman Tuhan dalam kisah itu. Tuhan sangat begitu beriman bahwa Ayub akan tetap percaya kepada-Nya walaupun di tengah persoalan besar (Ayub 2:5). “Love is ever ready to believe the best of every person” – kasih siap untuk percaya yang terbaik dari setiap orang (I kor 13:7 amp. Bible). Itulah Allah. Jadi di satu sisi iblis ingin kita mengutuki Allah dan kondisi kita dan tidak bersyukur. Tetapi di sisi lain Allah percaya bahwa di tengah padang gurun sekalipun kita akan tetap bersyukur. Jadi kawan, Allah saja percaya anda mampu melewati padang gurun itu dengan kemenangan. Lalu bagaimana dengan anda?

Hal selanjutnya yang harus dilakukan agar kita segera meninggalkan padang gurun dan masuk ke tanah perjanjian adalah bertobat dari semua dosa dan pemberontakan kita. Mengapa orang Israel perlu mengembara selama 40 tahun di padang gurun? Karena Tuhan harus membinasakan habis semua orang yang membangkang kepada-Nya (Bilangan 32:13). Orang Israel memang sudah keluar dari Mesir, tetapi Mesir belumlah keluar dari pikiran mereka. Itu mengapa perlu waktu selama 40 tahun. Masih ada orang-orang yang mendambakan kembali ke Mesir dan hidup dalam penjajahan. Tuhan ingin agar orang yang memasuki tanah perjanjian adalah orang-orang yang membenci manusia lama mereka dan percaya sepenuhnya pada Tuhan. Jadi, semakin lama kita bertobat, semakin lama pula kita akan berputar-putar di padang gurun. Pertobatan adalah kunci memasuki tanah perjanjian dan menang.

Salah satu alasan mengapa ada orang-orang gagal di alkitab adalah agar kita bisa belajar dari hidup mereka dan tidak mengulangi kesalahan mereka. Mari kita belajar dari hidup Saul, seseorang yang tidak bisa masuk ke “tanah perjanjiannya” dan “mati” di padang gurun.

Sesaat sesudah Samuel mengurapi Saul sebagai raja, Samuel menyuruh Saul menunggunya 7 hari agar Samuel mempersembahkan korban pada Tuhan (1 Sam 10:8). Tetapi Saul tidaklah sabar menunggu lalu akhirnya membakar korban bakaran mendahului Samuel (1 Sam 13:8). Akibatnya Tuhan pun menolak Saul sebagai raja. Kesalahan Saul adalah dia tidak sabar menantikan proses Tuhan selama 7 hari itu. Memang dikatakan bahwa rakyat mulai meninggalkan dia karena takut kepada filistin (1 Sam 13:11). Tetapi waktu Tuhan tidaklah boleh dilanggar. Perbuatan Saul adalah bukti ketidaktaatan dan pemberontakan pada Tuhan. Itu juga bukti ketidakadaan iman dalam hidup Saul ketika masalah datang. Dan tidak ada daya tahan menanti waktu Tuhan digenapi.

Lalu apakah Tuhan benar-benar membiarkan kita sendiri di padang gurun? Tentu saja tidak. Dia tidak pernah tinggalkan kita. Cuma seolah-olah Dia diam, tetapi sebenarnya tidak. Allah mampu berbicara kepada Yohanes pembaptis di padang gurun (Lukas 3:2). Allah mampu menyediakan air kepada orang Israel di padang gurun (Keluaran 17:6). Allah juga memberikan kemenangan pertempuran di padang gurun (Keluaran 17:13). Dia mampu lakukan mujizatnya di padang gurun. Tetapi masih maukah anda bertahan?

Kawan, jika anda berada di padang gurun rohani, tetaplah berjalan. Iblis menghendakimu berhenti dan menyerah. Tetapi sadarlah bahwa ada tanah perjanjian yang menantimu. Walaupun kondisi kelihatan buruk, ketidakjelasan kapan masalah itu akan selesai, kondiri rohani yang kering, dan sebagainya, tetaplah berjalan dan percaya. Mengucap syukur adalah kunci awal dari kemenangan di padang gurun, pertobatan akan membuat proses lebih cepat, dan iman adalah dasar kemenangan kita. Teruslah maju dan jangan menyerah meraih tanah perjanjianmu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar