Sabtu, 05 Agustus 2017

substantial root: akar yang besar, kuat, dan real

Sebuah kata yang terngiang di kepala selama minggu lalu adalah “akar”. Saya coba mencari tahu apa yang Roh Kudus mau agar saya mengerti. Lalu tiba-tiba pikiran saya berlari kepada perumpamaan seorang penabur yang sangat tersohor itu. Btw, Ini perumpamaan favorit saya. Hehe..

Amplified bible mencatat sebuah kalimat yang tidak ada dalam alkitab versi Bahasa Indonesia, yaitu “listen carefully” alias “dengarkan baik-baik”. Sebuah kalimat sederhana yang bermakna keseriusan. Saya tidak akan berkata seperti itu jika saya tidak benar-benar serius dengan kalimat-kalimat saya. Lalu perumpamaan ini begitu kaya makna. Saya tidak pernah bosan jika menggali lagi tentang perumpamaan ini. Hehe..

Ada 4 tipe tanah yang disebutkan Yesus (Mat 13;1-23). Dan kebetulan, tipe tanah kedua mengandung kata “akar”. Disana dikatakan bahwa sebagian benih jatuh di tanah berbatu-batu dan tidak banyak tanahnya. Benih itu SEGERA (dengan penekanan; I love this word!) tumbuh, tetapi kemudian layu dan mati ketika ada matahari karena dia tidak berakar.

Apa arti dari bagian ini? Yesus menjelaskan bahwa itu adalah tipe orang yang dengar Firman dan SEGERA menerima dengan gembira. Tetapi kemudian karena ia tidak berakar, maka ia cuma tahan sebentar saja lalu murtad karena ada pencobaan.

Saya tidak akan bahas soal faktor tanahnya yang tipis karena saya cuma mau bahas “akar” sekarang. Itu jadi topik selanjutnya lah. Hehe..

apa yang membuat seseorang menjadi pengikut Kristus yang kuat? Salah satu jawaban utamanya adalah karena dia berakar yang dalam dan kuat di dalam Kristus. Sebuah tanaman tidak akan mudah dicabut jika akarnya dalam dan kuat. Tanaman tidak akan kering dan mati di musim kemarau jika akar-akarnya begitu dalam dan mencapai lapisan confined aquifer dan tidak cuma shallow groundwater (ada guna juga pernah belajar hydrology, wkwk).

Anda tahu seberapa dalam lapisan confined aquifer? Beda-beda tiap wilayah tetapi umumnya sangat dalam, bahkan bisa ratusan meter. Confined aquifer umumnya memiliki kualitas air yang sangat bersih (sedikit yang terkontaminasi, misal oleh arsenic) dan juga abadi, alias tidak pernah (susah) habis. Di sisi lain, shallow ground water mudah didapat tetapi umumnya tercemar karena dekat dengan permukaan tanah dan mudah kering. Effort untuk mendapat confined aquifer jauh lebih besar daripada shallow groundwater. Tetapi jika bicara jangka panjang, maka confined aquifer perlu untuk diperjuangkan.

#Cukup dengan kuliah singkat hydrology*..

Begitu juga dengan akar rohani. Effort untuk membuat akar rohani menjadi lebih dalam harusnya menjadi prioritas utama dibanding effort untuk “naik ke atas”. Banyak orang ingin cepat “pelayanan di atas” dan lupa membuat akarnya lebih dalam. Dan jika anda merasa kering rohani, bisa jadi akar anda ada di level shallow groundwater dan perlu anda buat lebih dalam.

Orang yang berakar sangat dalam juga susah sekali diombang-ambingkan oleh angin-angin pengajaran yang palsu, sama seperti confined aquifer yang sangat bersih itu. Dia juga tidak mudah kering karena airnya selalu ada bahkan dalam musim kemarau sekalipun. Lalu apakah dia mudah dicabut? Tentu saja tidak! #Ehh sebentar,,

Saya baru sadar kalau Matius 13:21 ternyata membahas orang yang (bahkan) tidak punya akar! Bentar, bentar, saya jadi bingung. Bagaimana bisa tumbuhan tumbuh kalau tidak punya akar? Padahal di ayat 5 dibilang tumbuhan itu sempat tumbuh sebentar. Selidik demi selidik, Amplified bible memakai frasa “substantial root” disana yang secara harafiah (menurut google) berarti akar yang besar atau kuat atau akar yang real alias bukan akar palsu (ya iyalah, real kan lawannya palsu atau imitasi). Nah, sekarang tidak kontradiksi dengan ayat sebelumnya.

#Kembali ke jalur,,

Apa yang mau saya tekankan? Kualitas “akar” menentukan kehidupan rohani jangka panjang seseorang (menurut saya). Bagaimana cara menguji kualitas akar itu? Matius 13:21 (juga Markus 4:17) bicara penindasan dan penganiayaan. Tetapi saya lebih suka pakai versi Lukas 8:13 yang memakai kata “masa pencobaan”. Pencobaan tidak cuma berarti penindasan dan penganiayaan (kondisi negatif), tetapi juga bicara masa-masa kemakmuran dan keberhasilan (kondisi positif). Apakah dalam masa-masa penuh air mata dan penuh tawa (baca: penuh berkat) itu saya masih mencari Tuhan atau tidak. Hal-hal itu akan menguji apakah akar rohani saya palsu (pura-pura), tidak dalam, dan tidak besar atau akar rohani saya real (benar-benar dibangun di dalam kasih Kristus (Efe 3:17; Kol 2:7), dalam (sampai ke lapisan confined aquifer), dan besar (sehingga bisa menyerap air dan sari makanan dengan banyak sesuai kebutuhan).

#selingan bentar,,

Saya baru sadar google translate* memberikan arti yang keren abis untuk substantial , yaitu besar, kuat, berwujud (real, concrete, nyata). Mungkin kriteria orang yang seperti ini adalah orang yang sangat heboh di awal tetapi kemudian meredup dan padam pada akhirnya (Mat 13:20). Dia pakai sukacita palsu, kesaksian hidup yang palsu, dan hal-hal rohani palsu lainnya yang kelihatan berasal dari hubungan dengan Tuhan tetapi ternyata itu semua imitasi. Lalu apa guna akar yang kuat? Itu agar dia tidak mudah tercabut dari tanah. Mau ada badai atau banjir bandang tidak akan membuat tanaman itu tercabut dari tanah. Dia akan tetap berdiri disana karena akarnya kuat. Lalu untuk apa akar yang besar? Jika tanaman makin besar maka dia butuh air lebih banyak. Jika akarnya besar dan banyak (yeaa, ternyata google juga mengartikan substantial sebagai “banyak”), maka akarnya akan bisa membawa air lebih banyak pada pohon. Jika akarnya kecil dan sedikit, maka pohonnya tidak akan tumbuh besar alias akan kurus dan pendek. Sampai disini sepertinya mudah dipahami. Hehe..

#balik lagi ke jalur utama..

Sama seperti mencari air dari lapisan confined aquifer yang membutuhkan usaha besar, begitu juga usaha yang harus kita lakukan agar mendapat akar rohani yang dalam. Saya ingat ketika saya ingin menjadi seorang pekerja di pelayanan Sion Ministry (love this community so much), kami wajib (wajib!) selesai baca Yesaya dan Kisah Para Rasul selama kurang lebih 2 bulan. Kalau ga habis nanti kena hukuman. Yang kasian kalau dihukum kan vwxyz (#censored, wkwk). Yesaya ada 66 pasal dan KPR ada 28 pasal. Artinya kurang lebih harus baca 1,5 pasal per hari. Sebenarnya ga ribet-ribet amat dibanding disuruh baca buku kalkulus (reality: ada juga yang ga bisa habiskan 2 kitab itu dalam 2 bulan; ayo berubah!). Itu sarana saya memperdalam akar saya sebelum saya membimbing orang lain dan melayani lebih jauh lagi.

Disamping effort pribadi untuk memperdalam akar rohaninya, Rasul Paulus menuliskan dengan sangat indah di Efesus 3:14-17, “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, … dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih”. Wow! Di balik anak-anak rohani yang kuat, ada bapak-ibu rohani yang berlutut berdoa membela kehidupan anak-anak rohaninya. Bukan cuma doa agar hidup mereka penuh keberhasilan, tetapi doa agar mereka berakar (besar, kuat, dan real) dalam kasih Kristus. Doa agar mereka mengenal Kristus lebih dalam. Doa agar semua benih-benih Firman yang ditaburkan tidak mati dan terus dapat bertumbuh dan berbuah. Hai kawan, masihkah doa-doa syafaat itu rutin dinaikkan setiap hari?

Akhir cerita, akar rohani yang besar, kuat, dan real akan membuat orang itu tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah … (Yer 17:7-8)

FIN!

-Hombz-

Catatan kaki:

*Kalau mau tahu lebih dalam hydrology silakan hubungi partner kerja saya bernama Ipin Chun, pendiri aliran Chun-Helps, saingan Wing-chun. Cari di FB atau tanya saya. Tapi kalau tidak ketemu, jangan hubungi pos polisi terdekat, dia bukan orang hilang atau maling. Hahaha..

*ga percaya sama arti substantial? Silakan ketik sendiri di google translate. Dia pintar kok.. wkwk..

Rabu, 24 Mei 2017

Badai membuat saya tidur lebih nyenyak

Beberapa waktu lalu kisah “angin rebut diredakan” mengiang-ngiang di kepala saya. Lalu saya putuskan untuk membaca dengan cukup seksama apa yang dikatakan disana. Karena tiga kitab injil menceritakan hal itu, saya coba bandingkan ketiganya untuk mendapat gambaran kisah itu secara lengkap. Dan seperti biasa (ya, seperti biasa!), pasti ada hal istimewa yang Roh Kudus siapkan jika Dia “mengalihkan duniaku” kepada dunia-Nya.

Setelah saya perhatikan dengan seksama, Mar 4:35-41 menjelaskan dengan lebih lengkap dibanding dengan dua kitab injil lain. Jadi saya putuskan saya akan memakai kitab ini.

Saya cukup sering mendengar banyak kotbah memakai cerita ini. Salah satu kesimpulan yang sering dibagikan dari kisah ini adalah: jangan biarkan Yesus tertidur dalam hidupmu. Tetapi saat saya renungkan kisah ini, maka saya simpulkan bahwa Yesus seharusnya dibiarkan tidur! Mengapa?

Jawaban pertama adalah karena Dia capek habis kotbah. Silakan lihat ayat-ayat sebelumnya. Yesus kotbah kepada banyak orang. Wajar jika Dia lelah dan tertidur. Kok murid-murid malah banguni Dia?! Pantas mungkin Yesus bangun lalu langsung menghardik angin itu. Ya, mungkin karena Dia ingin tidur lagi. Hehe.. Okay, ini bukan jawaban yang anda mau bukan? Hehe.. sekarang kita lebih serius.

Kisah ini dibuka dengan kalimat yang dahsyat abis dari Yesus: marilah kita bertolak ke seberang”. Kalimat ini begitu jelas! Yesus “suruh” murid-murid untuk berlayar bersama ke seberang (dengan penekanan pada kata “suruh”). Jika Yesus sudah suruh ke seberang, maka apa yang perlu dikuatirkan ?! wong Yesus sudah jelas-jelas suruh pergi ke seberang. Wajar jika anda takut melangkah karena belum dengar suara Tuhan untuk pergi. Nah jika jelas dengar suara Tuhan untuk pergi atau lakukan sesuatu, maka mengapa perlu kuatir? Jika Dia suruh ke seberang, maka pasti akan sampai seberang, tidak peduli apapun yang terjadi di tengah jalan. Ayub 42:2 “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal”.

Dan ternyata Yesus tertidur dengan nyenyak! Saya bisa bilang nyenyak karena badai itu tidak bisa membangunkan dia (sekarang jelas kan mengapa saya bilang Yesus lelah banget, badai aja ga bisa banguni Dia, wkwk). Apa alasan lain mengapa Yesus bisa tidur nyenyak dengan mimpi indah dan kedamaian walaupun ada badai? Karena Dia yakin bahwa badai pun tidak bisa halangi Dia untuk sampai ke seberang! “Ya bodo amat ada badai, ada gempa, ada gunung meletus, Gw pasti sampai ke seberang”, kata Yesus dalam mimpi (ceritanya). Orang-orang kalang kabut karena ada “badai” dalam hidup. Tetapi yok tiru Yesus yang bisa tidur nyenyak walaupun ada badai. Tidak ada satu hal pun yang bisa memisahkan kita dari kasih Tuhan (Roma 8:39).

Murid-murid mulai ketakutan. Beberapa murid yang berlatar belakang nelayan pun mulai ambil ancang-ancang kalau kapal terbalik (ceritanya). Murid yang tidak bisa berenang mulai cari pelampung. Ehh tidak ada! Ya jelas lah, belum ada badan sejenis K3L di zaman itu (keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja dan lingkungan). Belum ada prosedur keamanan jadi ga ada pelampung. Setelah melihat pelampung yang tidak ada, mulai mereka bilang “cilaka, kita binasa” (Mark 4:38). Mereka mulai berkata-kata negatif terhadap diri sendiri. Mereka lupa bahwa “hidup dan mati dikuasai lidah” (Ams 18:21).

Mereka lalu banguni Yesus dan mulai nuduh-nuduh, “guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”. Ini biasa dipakai sama banyak orang jika ada masalah besar datang, mulai nuduh-nuduh Tuhan. Bilang ini lah, bilang itu lah, bilang apa saja untuk menyalahkan Tuhan. “Nah itu kan, gara-gara Tuhan suruh ini jadi saya gagal”, atau “Tuhan, tidakkah Engkau peduli?”. Ya jelas Yesus peduli! Karena kalau kapal itu tenggelam, Dia juga bisa KO! Dia bukan Tuhan yang berkuasa kalau mereka tenggelam disana. Ga mungkin lah Dia biarkan firman-Nya gagal. Ga mungkin. Dia perduli dan sangat perduli. Bukan saja karena Dia mengasihi kita, tetapi lebih karena sifat-Nya yang tidak pernah gagal. Dia harus “bela” sifat-Nya ini, kalau tidak maka Dia bukan Tuhan yang Maha besar.

Nah, akhirnya sampai ke bagian yang saya suka. Yesus berkata “mengapa kami begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Yesus yang menyuruh mereka ke seberang, dan iman mereka goyah karena ada badai. Badai itu membuat mereka lupa bahwa Yesus yang suruh mereka ke seberang. Dan juga bahwa Yesus ada bersama mereka! Wajarkah anda merasa takut, walaupun ada badai sekalipun, jika Yesus yang suruh anda melakukan sesuatu dan anda bisa lihat (atau rasakan) bahwa Yesus ada disana bersama anda. NO! Saya seketika melihat alasan lain mengapa Yesus tertidur saat itu. Dia ingin para murid belajar untuk tetap beriman dan mem-praktekkan apa yang sudah mereka pelajari selama ini. Jika apa-apa harus Yesus yang turun tangan, maka mereka belum menjadi seorang yang dewasa. Gambaran sederhananya, jika apa-apa saya cepat sekali minta tolong pada pembimbing rohani, maka saya belum lah cukup dewasa untuk mempraktekkan semua “ilmu” yang sudah saya pelajari. Yesus sedang memberi kesempatan para murid, lewat badai itu, untuk mempraktekkan iman mereka tetapi mereka malah gagal dan takut!

Apa yang bisa saya simpulkan? Pertama, anda pasti akan sampai ke “seberang” jika Tuhan suruh anda pergi (atau lakukan sesuatu). Kedua, “badai” adalah sebuah kesempatan untuk “promosi” rohani, jangan lewatkan kesempatan emas itu. Ketiga (dan paling penting), jika anda mendengar suara Tuhan untuk “pergi ke seberang” (atau melakukan sesuatu), maka badai sekalipun tidak akan bisa menghalangi anda untuk “tidur nyenyak" (karena kenyataannya banyak orang tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkan masalah, wkwk), bahkan akan membuat anda tidur lebih nyenyak karena tahu bahwa ada mujizat segera datang. Selamat malam (waktu disini) dan selamat tidur nyenyak!

Gogetglory.blogspot.com

Minggu, 14 Mei 2017

The selfish God

Perbendaharaan bahasa Inggris saya tidak lah cukup banyak. Saya tidak punya kosakata/istilah yang tepat untuk melukiskan Tuhan dan Abraham pada kisah di kejadian 22 selain "crazy" (or insane). Permintaan Tuhan yang "mematikan" lewat kombinasi frasa "tunggal" dan "yang sangat dikasihi" dan respon Abraham yang juga "gila dan bodoh" benar-benar tidak bisa dilukiskan dengan sebuah istilah yang pas di hati (monggo baca tulisan saya sebelumnya: "satu-satunya dan sangat dikasihi").

Banyak orang berkata bahwa Tuhan meminta Ishak karena Dia ingin melihat siapa yang paling Abraham kasihi: Ishak ataukah Tuhan. Ketika begitu banyak orang memuja Tuhan sebagai pribadi yang sangat baik, tetapi bukankah kejadian 22 bicara mengenai Tuhan yang "egois"? Tuhan tidak suka akan adanya "pesaing" lain yang mengakibatkan cemburu Tuhan. Dia cuma ingin menjadi "satu-satunya dan yang paling dikasihi". Cukup kuatkah argumen saya bahwa Dia adalah Tuhan yang egois?

Egois identik dengan konotasi negatif. Tetapi hebatnya, ketika saya sematkan kata "egois" kepada Tuhan, konotasi nya berbalik menjadi sesuatu yang positif. Mengapa? Sudah bertahun-tahun saya ikut Tuhan yang katanya egois itu dan tidak pernah saya dirugikan dalam hidup saya. Yaa, that's absolutely true!

Jika anda berkata si A adalah orang egois, maka ada pasti pernah merasa dirugikan oleh si A. Tetapi berbeda dengan Tuhan. Saya sebut Dia egois, tetapi saya tidak punya satu celah pun untuk berkata saya dirugikan. Aneh bukan? Tetapi itu sungguh benar.

Mungkin ada orang yang berkata "saya dikecewakan Tuhan" saat kegagalan datang. Tetapi dalam hidup saya, saya gagal bukan karena Tuhan mau mengecewakan saya. Tetapi bisa saja karena saya cukup "ngeyel" untuk tidak mau ikuti arahan Tuhan saat itu. Mungkin sebenarnya yang dikecewakan adalah Tuhan karena Dia sudah bicara tetapi saya "ngeyel".

Mari kembali ke topik semula. Dalam "keegoisan" Tuhan itu, tidak pernah saya merasa dirugikan dalam hidup saya. Seolah mungkin saya kehilangan segalanya saat saya mengikut Kristus, tetapi justru saya dapatkan segalanya. Saya dapatkan hidup saya yang sesungguhnya dalam Kristus yang "egois" itu.

Saya mencoba menggali isi logika saya. Bagaimana bisa istilah "egois" yang berkonotasi negatif berubah menjadi konotasi positif jika disematkan pada Tuhan? Saya pun tidak tahu kenapa.

Saya akan coba "memperberat" dakwaan "egois" itu pada Tuhan. Tahukah anda bahwa Tuhan tidak suka yang setengah-setengah dari hidup anda? Tuhan cuma mau yang terbaik (atau istilah sebenarnya "sempurna"). Dia tidak suka anda memberikan nominal uang seadanya dalam persembahan ibadah, dia suka anda memberikan yang terbaik dari uang anda.

Huff, cukup! biarkan saya memetik gitalele ini sejenak sebelum pikiran saya mentok, sementok-mentoknya. Hohoho..

Newton berpikir mengapa apel bisa jatuh ke bawah. Lalu keluarlah persamaan gravitasi yang terkenal itu. Tidak ada satupun yang bisa menggugat persamaan gravitasi itu. Itu ada disana. Anda bisa bilang di luar angkasa tidak ada gravitasi, tetapi bukankah gravitasi dari matahari yang membuat susunan 9 (atau 8) planet itu tetap pada orbitnya? Hukum gravitasi itu ada disana dan jangan tanyakan "kenapa". Cukup terima saja faktanya.

Begitu juga dengan Tuhan yang saya sebut egois itu. Ketika saya bilang konotasi negatif "egois" berubah menjadi positif ketika disematkan pada Tuhan, maka ya sudah. Saya terima saja seperti saya menerima mentah-mentah hukum gravitasi.

Ckckck,, sampai paragraf ini, pikiran saya masih belum bisa lari dari istilah "selfish God". Saya masih belum ketemu istilah lain yang cocok dengan itu dan saya masih bertanya kenapa istilah itu bermakna positif ketika disematkan pada Tuhan. Hahaha.. OK! Enough! jika anda punya istilah yang lebih baik, tolong berikan pada saya. Hahaha..

Ketika saya menulis ini, seolah saya rasakan Tuhan tertawa pada saya. Dia berkata dengan PD nya "iya, gw Tuhan yang egois, ente ada masalah?" Hahaha..

Cepat-cepat saya balas " sejauh ini masih lancar jaya Tuhan dan sepertinya ga akan ada masalah. Lanjutkan saja keegoisan-Mu. Semakin baik malah jika Engkau semakin egois". Hahaha..

Mata, telinga, ataupun perasaan bisa berkata bahwa adalah sebuah kehilangan besar, jika saya memilih ikut Tuhan yang egois itu. Tetapi waktu dan pengalaman membuktikan, justru "keegoisan" Tuhan lah yang memberikan hidup yang sesungguhnya.

La la la.. jrengg., #gitalele dimainkan

Bersambung (semoga,, hahaha)

Satu-satunya dan yang sangat di kasihi

Kejadian 22:2 Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."

Saya berhenti sejenak saat membaca bagian di atas pada saat teduh saya beberapa hari lalu. Kombinasi kata/frasa "tunggal" dan "yang engkau kasihi" berhasil menyita perhatian saya. Kemudian saya buka versi NLT dan dia membuat kombinasi itu menjadi lebih menawan.

Genesis 22:2 " Take your son, your only son--yes, Isaac, whom you love so much... " [NLT]

Penambahan frasa "so much" memperdalam makna "whom you love". Saya bisa berkata saya mengasihi seseorang/sesuatu, tetapi bisa saja tidak "so much". "So much" mengartikan bahwa saya SANGAT mengasihi seseorang/sesuatu itu.

Mari kembali ke konteks awal. Kombinasi frasa "tunggal" dan "yang (sangat) engkau kasihi" adalah sebuah kombinasi frasa yang saling melengkapi dan sempurna. Kombinasi 2 frasa itu membuat permintaan Tuhan pada Abraham menjadi SANGAT GILA!

Saya bisa saja mempunyai sesuatu yang satu-satunya, tetapi ternyata barang itu tidak saya cintai. Jika orang meminta sesuatu itu pada saya, maka saya bisa berikan karena saya berpikir saya tidak mencintai sesuatu itu.

Atau saya bisa mencintai sesuatu tetapi bukan barang satu-satunya. Jika saya harus kehilangan barang itu, saya bisa saja sedih tetapi saya berpikir "toh saya masih punya yang lainnya".

Tetapi di depan kombinasi frasa "tunggal" dan "sangat engkau kasihi", tidak ada zona abu-abu, either you choose 0 or 1. Tidak ada pilihan 0.5 atau di tengah-tengah. Pilihan angka antara 0 dan 1 cuma tersedia jika tidak ada kombinasi kedua frasa itu.

Sejenak pikiran saya berkata Tuhan itu "gila" dan "sangat egois". Kenapa Tuhan harus berikan pilihan "mematikan" seperti itu. Cukup lama saya merenung hal itu dan logika saya tidak bisa mendekati jalan pikiran Tuhan saat itu. Dan lebih gila lagi saat melanjutkan bacaan ke ayat 3.

Kejadian 22:3 "KEESOKAN HARINYA PAGI-PAGI bangunlah Abraham, ... memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ... lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya"

Hey, come on!! This is so unbelievable! Abraham got up .... EARLY in the morning (AMP). He is totally insane!! Kenapa dia tidak berlambat-lambat tetapi malah bangun SANGAT PAGI seolah dia bersemangat menjawab permintaan Tuhan. Dan kenapa Abraham tidak melakukan tawar-menawar dulu dengan Tuhan. Ini bukan soal kehilangan 1 milyar dollar, tetapi ini adalah kehilangan SEGALANYA.

Abraham punya segala nya, tetapi ketidakadaan anak membuat hidupnya tidak sempurna. Dia bisa hasilkan semua kekayaan dalam sekejap mata tetapi dia menanti 25 tahun untuk Ishak lahir. Tuhan berjanji bahwa keturunan dari Ishak lah yang akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa dan bukan dari ismail (Kej 17:19-21). Kehilangan Ishak berarti kehilangan SEGALANYA, termasuk semua janji Tuhan itu. Abraham terlihat sangat gila dan bodoh!

Lalu apa yang bisa saya katakan tentang permintaan Tuhan yang "mematikan" itu dan respon Abraham yang "gila dan bodoh" itu?

Ahh, saya harus istirahatkan sejenak pikiran saya disini. No comment lah buat mereka berdua (Tuhan dan Abraham), karena memang tidak bisa saya comment dengan logika saya. Bye and fijne weekend!

# biarkan sebuah caffe latte cappuccino menyegarkan tenggorokan saya. Akhir tulisan ini bisa ngambang, tapi kasih Yesus tidak lah ngambang padaku dan padamu,, eeaaa!!

Bersambung.. (I hope)

Minggu, 16 April 2017

Sebuah komitmen untuk berdoa

Hari Senin kemarin menjadi hari yang tidak biasa dalam kehidupan doa saya..

Semua cerita diawali ketika saya makan siang bersama dengan rekan sekerja. Biasa kami makan jam 1.15 di kantin untuk menghindari keramaian mahasiswa yang makan siang biasa sekitar jam 12.30. tapi senin kemarin menjadi makan siang yang panjang. Kami bercerita cukup lama sampai sekitar jam 2.30 padahal biasa jam 2 kami sudah selesai.

Saya mempunyai kebiasaan baru di tahun 2017, yaitu meluangkan waktu sejenak berdoa kurang lebih 15 menit sekitar pukul 3.30 – 4 sore. Tahukah anda tempat terbaik berdoa di kantor? Jawabannya adalah WC alias toilet. Hehe.. Puji Tuhan WC di tempat saya terjamin kebersihannya. Tidak ada bau kotoran karena setiap 10 atau 15 menit parfum akan otomatis menyemprot. Maklum, anak WC, jadi saya sudah hapal jadwalnya. (saya juga tahu kalau lampu akan otomatis mati jika tidak ada gerakan selama 15 menit) Hehe.. kebiasaan itu terus saya lakukan sampai hari ini.

Tetapi Senin kemarin sedikit berbeda. Karena makan siang cukup lama, lalu tiba-tiba saya dapat jurnal yang sangat bagus jadi saya habiskan waktu untuk membacanya dari laptop saya. Singkat cerita, saya melobi Tuhan untuk berdoa nanti-nanti saja karena saya pikir bahwa toh yang penting tetap berdoa.

Tetapi tepat jam 5, mata saya tiba-tiba dialihkan oleh sebuah whatsup yang masuk dari grup komsel saya:

“Shalom! Sesibuk apa pun kita bekerja jangan pernah melupakan jam-jam doa. Senantiasalah melibatkan Tuhan di setiap pekerjaan dan usaha kita, pastilah Tuhan akan memberkatiNya. TETAP SEMANGAT. (Ulangan 8:17-18, Mazmur 127:1 (Alkitab bhs. Ind/Nl). "Have a Blessed Monday" Ps Victor, Ps Vivie”

Saya terkejut lihat isi pesan itu. Selang beberapa detik tiba-tiba muncul warning dari laptop saya yang mengatakan bahwa batere nya sudah mau habis dan harus di isi*. Ow ow! Saya langsung sadar Roh Kudus suruh saya berdoa. Segera saya matikan laptop dan menuju WC.

Hal itu sangat berkesan buat saya. Saya bisa lihat bahwa adalah kerinduan Tuhan bersekutu dengan anak-anak-Nya. Tiba-tiba saya berpikir: bukan saya yang ingin saya berdoa tetapi Tuhan yang ingin saya berdoa. Doa yang tidak cuma dinaikkan karena ingin meminta sesuatu, tetapi doa yang dinaikkan karena ingin mendengar Tuhan berbicara. Pada dasarnya Tuhan tahu kebutuhan kita bahkan sebelum kita berdoa (mazmur 139:4). Tetapi kita tidak akan tahu apa mau Tuhan jika kita tidak berdoa! itu kenyataannya.

Salah satu pelajaran istimewa tentang doa yang menempel erat di pikiran saya adalah bahwa doa merubah pendoanya pertama kali. Dia tidak akan merubah orang lain pertama kali, bahkan tidak akan merubah posisi Allah (karena pada dasarnya semua yang Allah mau adalah sangat sangat baik). Tetapi doa merubah sikap hati pendoa, merubah pikiran pendoa, merubah ketakutan pendoa menjadi sebuah keberanian, mengingatkan pendoa bahwa mungkin dia melakukan kesalahan, dan sebagainya.

Bagian selanjutnya yang menarik dari doa adalah doa mempersiapkan “jalan” untuk hal-hal besar. Jika anda seorang petani, anda tidak mungkin menabur padi jika tanahnya keras. Silakan anda lakukan dan padi tidak akan tumbuh. Tetapi anda perlu membajak tanahnya dan menyiraminya dengan air sehingga menjadi gembur lalu anda taburkan benih padi.

Begitulah doa. Tuhan mau lakukan hal-hal besar dan oleh karena itu Dia suruh orang berdoa untuk mempersiapkan segala sesuatu: atmosfer rohani, hati orang-orang lain, dan tentu saja doa mempersiapkan hati pada pendoanya pertama kali. Mustahil anda berkata akan melihat hal besar terjadi dari Allah jika kegairahan berdoa pun tidak ada.

Pentakosta diawali oleh murid-murid yang berdoa (Kisah 1-2). Bahkan penyaliban Kristus pun diawali oleh Yesus yang berdoa di taman getsemani (Mat 26:36-46). Seketika saya sadar mengapa Yesus menyuruh para murid berdoa di taman itu. Akan ada hal besar terjadi: Yesus akan disiksa, disalib, mati, dan bangkit untuk menebus umat manusia. Tetapi para murid memilih tidur. Mereka tidak mempersiapkan “hati” mereka untuk melihat hal-hal besar itu. Mungkin itu alasan petrus memotong telinga seseorang karena dia tidak siap. Mungkin itu alasan orang-orang terdekat Yesus melihat Yesus dari jauh pada waktu disalib (Luk 23:49). Bagi mereka saat itu, kematian Yesus adalah kekalahan besar dan sangat memalukan. Itu bisa jadi karena mereka lalaikan waktu doa sebelum detik-detik hal besar itu terjadi. Mereka tidak siap karena mereka tidak berdoa.

Kebiasaan berdoa tidak hanya mempersiapkan hati kita untuk suatu hal besar tetapi jika melatih telinga kita untuk lebih peka terhadap suara Tuhan. Banyak orang bertanya bagaimana cara mengetahui panggilan hidup. Saya percaya, hal-hal penting seperti ini tidak dalam sekejap menjadi jelas dan pikiran kita terang-benderang. Tetapi yang saya percaya, Tuhan berbicara berkali-kali tentang hal itu. Tetapi pertanyaannya, apakah saya sedang sadar bahwa Tuhan sedang berbicara tentang panggilan hidup saya atau tidak. Tuhan bisa berbicara, tetapi jika saya tidak sadar maka semua itu akan sia-sia.

Mungkin ketika saya berdoa, tidak ada pewahyuan spesifik atau mujizat supranatural langsung terjadi saat itu. Tetapi doa saya saat itu sedang mempersiapkan sebuah pondasi untuk jawaban doa atau kehendak Allah itu terjadi di masa depan. Atau bahkan 1 menit sesudah saya selesai berdoa! Siapa yang tahu?! Pondasi hati kita sedang dibuat atau dikokohkan ketika kita berdoa.

Karena pekerjaan saya banyak di depan laptop, maka bisa lebih dari 10 jam saya habiskan di depan laptop. Saya bisa membuka apa saja. Dunia berusaha mengakses pikiran saya lebih dalam. Tetapi saya tidak punya pilihan. Jika saya tidak membaca banyak artikel, maka saya tidak akan tahu apa-apa. Lalu apa yang bisa saya lakukan supaya dunia tidak merasuki saya lebih dalam? Waktu doa saya naikkan untuk dengar suara Tuhan lebih banyak dari sebelumnya. Itu pilihan yang lebih baik, bukan?

Apa yang bisa saya sarankan? Ambil waktu doa lebih banyak. Komitmenkan waktu-waktu tertentu untuk berdoa setiap hari. Biarkan Tuhan berbicara lebih banyak. Biarkan juga doamu lebih banyak lagi menjangkau rekan-rekanmu, keluargamu, atau bahkan orang-orang yang terhilang.

Saya berikan saran pada mahasiswa di tingkat 3 atau umur sekitar 20-21 tahun untuk lebih banyak berdoa. Karena 22 tahun adalah waktu yang sangat menentukan. Pada umur 22 biasanya mahasiswa akan diwisuda. Jika anda tidak tahu panggilan hidup anda, maka sisa-sisa waktu anda ke depan akan sangat sia-sia. Percayalah. Dan pastikan saat anda diwisuda pada waktu umur 22 tahun, anda sudah tahu mau kemana dan melakukan apa. Panggilan hidup, teman hidup, dan pekerjaan adalah sebuah keputusan penting dalam hidup manusia. Dan keputusan itu ditentukan oleh sebuah kebiasaan kecil yang dilakukan secara rutin dari jauh-jauh hari sebelumnya, yaitu berdoa.

Berkat mungkin berada di level terbawah dari apa yang Yesus tebus. Hal paling berharga yang Tuhan tebus lewat pengorbanannya di kayu salib buat saya adalah hubungan. Saya bisa hubungi Dia kapan saja dan dimana saja (bahkan di WC!). Jangan sia-siakan itu. FIN.

-Hombz-

*fyi, laptop saya akan mengeluarkan bunyi kipas yang cukup besar pada waktu di-charger sesudah saya update ke windows 10. Walaupun masih bisa ditolerir sih. Tapi karena saya suka ketenangan jadi cukup ganggu. Sehingga biasa saya memilih mematikan laptop pada waktu di-charge daripada mengeluarkan suara cukup besar. lalu biasa membaca dari kertas atau buku atau pindah ke PC yang ada di meja saya.