Sabtu, 05 Agustus 2017

substantial root: akar yang besar, kuat, dan real

Sebuah kata yang terngiang di kepala selama minggu lalu adalah “akar”. Saya coba mencari tahu apa yang Roh Kudus mau agar saya mengerti. Lalu tiba-tiba pikiran saya berlari kepada perumpamaan seorang penabur yang sangat tersohor itu. Btw, Ini perumpamaan favorit saya. Hehe..

Amplified bible mencatat sebuah kalimat yang tidak ada dalam alkitab versi Bahasa Indonesia, yaitu “listen carefully” alias “dengarkan baik-baik”. Sebuah kalimat sederhana yang bermakna keseriusan. Saya tidak akan berkata seperti itu jika saya tidak benar-benar serius dengan kalimat-kalimat saya. Lalu perumpamaan ini begitu kaya makna. Saya tidak pernah bosan jika menggali lagi tentang perumpamaan ini. Hehe..

Ada 4 tipe tanah yang disebutkan Yesus (Mat 13;1-23). Dan kebetulan, tipe tanah kedua mengandung kata “akar”. Disana dikatakan bahwa sebagian benih jatuh di tanah berbatu-batu dan tidak banyak tanahnya. Benih itu SEGERA (dengan penekanan; I love this word!) tumbuh, tetapi kemudian layu dan mati ketika ada matahari karena dia tidak berakar.

Apa arti dari bagian ini? Yesus menjelaskan bahwa itu adalah tipe orang yang dengar Firman dan SEGERA menerima dengan gembira. Tetapi kemudian karena ia tidak berakar, maka ia cuma tahan sebentar saja lalu murtad karena ada pencobaan.

Saya tidak akan bahas soal faktor tanahnya yang tipis karena saya cuma mau bahas “akar” sekarang. Itu jadi topik selanjutnya lah. Hehe..

apa yang membuat seseorang menjadi pengikut Kristus yang kuat? Salah satu jawaban utamanya adalah karena dia berakar yang dalam dan kuat di dalam Kristus. Sebuah tanaman tidak akan mudah dicabut jika akarnya dalam dan kuat. Tanaman tidak akan kering dan mati di musim kemarau jika akar-akarnya begitu dalam dan mencapai lapisan confined aquifer dan tidak cuma shallow groundwater (ada guna juga pernah belajar hydrology, wkwk).

Anda tahu seberapa dalam lapisan confined aquifer? Beda-beda tiap wilayah tetapi umumnya sangat dalam, bahkan bisa ratusan meter. Confined aquifer umumnya memiliki kualitas air yang sangat bersih (sedikit yang terkontaminasi, misal oleh arsenic) dan juga abadi, alias tidak pernah (susah) habis. Di sisi lain, shallow ground water mudah didapat tetapi umumnya tercemar karena dekat dengan permukaan tanah dan mudah kering. Effort untuk mendapat confined aquifer jauh lebih besar daripada shallow groundwater. Tetapi jika bicara jangka panjang, maka confined aquifer perlu untuk diperjuangkan.

#Cukup dengan kuliah singkat hydrology*..

Begitu juga dengan akar rohani. Effort untuk membuat akar rohani menjadi lebih dalam harusnya menjadi prioritas utama dibanding effort untuk “naik ke atas”. Banyak orang ingin cepat “pelayanan di atas” dan lupa membuat akarnya lebih dalam. Dan jika anda merasa kering rohani, bisa jadi akar anda ada di level shallow groundwater dan perlu anda buat lebih dalam.

Orang yang berakar sangat dalam juga susah sekali diombang-ambingkan oleh angin-angin pengajaran yang palsu, sama seperti confined aquifer yang sangat bersih itu. Dia juga tidak mudah kering karena airnya selalu ada bahkan dalam musim kemarau sekalipun. Lalu apakah dia mudah dicabut? Tentu saja tidak! #Ehh sebentar,,

Saya baru sadar kalau Matius 13:21 ternyata membahas orang yang (bahkan) tidak punya akar! Bentar, bentar, saya jadi bingung. Bagaimana bisa tumbuhan tumbuh kalau tidak punya akar? Padahal di ayat 5 dibilang tumbuhan itu sempat tumbuh sebentar. Selidik demi selidik, Amplified bible memakai frasa “substantial root” disana yang secara harafiah (menurut google) berarti akar yang besar atau kuat atau akar yang real alias bukan akar palsu (ya iyalah, real kan lawannya palsu atau imitasi). Nah, sekarang tidak kontradiksi dengan ayat sebelumnya.

#Kembali ke jalur,,

Apa yang mau saya tekankan? Kualitas “akar” menentukan kehidupan rohani jangka panjang seseorang (menurut saya). Bagaimana cara menguji kualitas akar itu? Matius 13:21 (juga Markus 4:17) bicara penindasan dan penganiayaan. Tetapi saya lebih suka pakai versi Lukas 8:13 yang memakai kata “masa pencobaan”. Pencobaan tidak cuma berarti penindasan dan penganiayaan (kondisi negatif), tetapi juga bicara masa-masa kemakmuran dan keberhasilan (kondisi positif). Apakah dalam masa-masa penuh air mata dan penuh tawa (baca: penuh berkat) itu saya masih mencari Tuhan atau tidak. Hal-hal itu akan menguji apakah akar rohani saya palsu (pura-pura), tidak dalam, dan tidak besar atau akar rohani saya real (benar-benar dibangun di dalam kasih Kristus (Efe 3:17; Kol 2:7), dalam (sampai ke lapisan confined aquifer), dan besar (sehingga bisa menyerap air dan sari makanan dengan banyak sesuai kebutuhan).

#selingan bentar,,

Saya baru sadar google translate* memberikan arti yang keren abis untuk substantial , yaitu besar, kuat, berwujud (real, concrete, nyata). Mungkin kriteria orang yang seperti ini adalah orang yang sangat heboh di awal tetapi kemudian meredup dan padam pada akhirnya (Mat 13:20). Dia pakai sukacita palsu, kesaksian hidup yang palsu, dan hal-hal rohani palsu lainnya yang kelihatan berasal dari hubungan dengan Tuhan tetapi ternyata itu semua imitasi. Lalu apa guna akar yang kuat? Itu agar dia tidak mudah tercabut dari tanah. Mau ada badai atau banjir bandang tidak akan membuat tanaman itu tercabut dari tanah. Dia akan tetap berdiri disana karena akarnya kuat. Lalu untuk apa akar yang besar? Jika tanaman makin besar maka dia butuh air lebih banyak. Jika akarnya besar dan banyak (yeaa, ternyata google juga mengartikan substantial sebagai “banyak”), maka akarnya akan bisa membawa air lebih banyak pada pohon. Jika akarnya kecil dan sedikit, maka pohonnya tidak akan tumbuh besar alias akan kurus dan pendek. Sampai disini sepertinya mudah dipahami. Hehe..

#balik lagi ke jalur utama..

Sama seperti mencari air dari lapisan confined aquifer yang membutuhkan usaha besar, begitu juga usaha yang harus kita lakukan agar mendapat akar rohani yang dalam. Saya ingat ketika saya ingin menjadi seorang pekerja di pelayanan Sion Ministry (love this community so much), kami wajib (wajib!) selesai baca Yesaya dan Kisah Para Rasul selama kurang lebih 2 bulan. Kalau ga habis nanti kena hukuman. Yang kasian kalau dihukum kan vwxyz (#censored, wkwk). Yesaya ada 66 pasal dan KPR ada 28 pasal. Artinya kurang lebih harus baca 1,5 pasal per hari. Sebenarnya ga ribet-ribet amat dibanding disuruh baca buku kalkulus (reality: ada juga yang ga bisa habiskan 2 kitab itu dalam 2 bulan; ayo berubah!). Itu sarana saya memperdalam akar saya sebelum saya membimbing orang lain dan melayani lebih jauh lagi.

Disamping effort pribadi untuk memperdalam akar rohaninya, Rasul Paulus menuliskan dengan sangat indah di Efesus 3:14-17, “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, … dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih”. Wow! Di balik anak-anak rohani yang kuat, ada bapak-ibu rohani yang berlutut berdoa membela kehidupan anak-anak rohaninya. Bukan cuma doa agar hidup mereka penuh keberhasilan, tetapi doa agar mereka berakar (besar, kuat, dan real) dalam kasih Kristus. Doa agar mereka mengenal Kristus lebih dalam. Doa agar semua benih-benih Firman yang ditaburkan tidak mati dan terus dapat bertumbuh dan berbuah. Hai kawan, masihkah doa-doa syafaat itu rutin dinaikkan setiap hari?

Akhir cerita, akar rohani yang besar, kuat, dan real akan membuat orang itu tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah … (Yer 17:7-8)

FIN!

-Hombz-

Catatan kaki:

*Kalau mau tahu lebih dalam hydrology silakan hubungi partner kerja saya bernama Ipin Chun, pendiri aliran Chun-Helps, saingan Wing-chun. Cari di FB atau tanya saya. Tapi kalau tidak ketemu, jangan hubungi pos polisi terdekat, dia bukan orang hilang atau maling. Hahaha..

*ga percaya sama arti substantial? Silakan ketik sendiri di google translate. Dia pintar kok.. wkwk..

Rabu, 24 Mei 2017

Badai membuat saya tidur lebih nyenyak

Beberapa waktu lalu kisah “angin rebut diredakan” mengiang-ngiang di kepala saya. Lalu saya putuskan untuk membaca dengan cukup seksama apa yang dikatakan disana. Karena tiga kitab injil menceritakan hal itu, saya coba bandingkan ketiganya untuk mendapat gambaran kisah itu secara lengkap. Dan seperti biasa (ya, seperti biasa!), pasti ada hal istimewa yang Roh Kudus siapkan jika Dia “mengalihkan duniaku” kepada dunia-Nya.

Setelah saya perhatikan dengan seksama, Mar 4:35-41 menjelaskan dengan lebih lengkap dibanding dengan dua kitab injil lain. Jadi saya putuskan saya akan memakai kitab ini.

Saya cukup sering mendengar banyak kotbah memakai cerita ini. Salah satu kesimpulan yang sering dibagikan dari kisah ini adalah: jangan biarkan Yesus tertidur dalam hidupmu. Tetapi saat saya renungkan kisah ini, maka saya simpulkan bahwa Yesus seharusnya dibiarkan tidur! Mengapa?

Jawaban pertama adalah karena Dia capek habis kotbah. Silakan lihat ayat-ayat sebelumnya. Yesus kotbah kepada banyak orang. Wajar jika Dia lelah dan tertidur. Kok murid-murid malah banguni Dia?! Pantas mungkin Yesus bangun lalu langsung menghardik angin itu. Ya, mungkin karena Dia ingin tidur lagi. Hehe.. Okay, ini bukan jawaban yang anda mau bukan? Hehe.. sekarang kita lebih serius.

Kisah ini dibuka dengan kalimat yang dahsyat abis dari Yesus: marilah kita bertolak ke seberang”. Kalimat ini begitu jelas! Yesus “suruh” murid-murid untuk berlayar bersama ke seberang (dengan penekanan pada kata “suruh”). Jika Yesus sudah suruh ke seberang, maka apa yang perlu dikuatirkan ?! wong Yesus sudah jelas-jelas suruh pergi ke seberang. Wajar jika anda takut melangkah karena belum dengar suara Tuhan untuk pergi. Nah jika jelas dengar suara Tuhan untuk pergi atau lakukan sesuatu, maka mengapa perlu kuatir? Jika Dia suruh ke seberang, maka pasti akan sampai seberang, tidak peduli apapun yang terjadi di tengah jalan. Ayub 42:2 “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal”.

Dan ternyata Yesus tertidur dengan nyenyak! Saya bisa bilang nyenyak karena badai itu tidak bisa membangunkan dia (sekarang jelas kan mengapa saya bilang Yesus lelah banget, badai aja ga bisa banguni Dia, wkwk). Apa alasan lain mengapa Yesus bisa tidur nyenyak dengan mimpi indah dan kedamaian walaupun ada badai? Karena Dia yakin bahwa badai pun tidak bisa halangi Dia untuk sampai ke seberang! “Ya bodo amat ada badai, ada gempa, ada gunung meletus, Gw pasti sampai ke seberang”, kata Yesus dalam mimpi (ceritanya). Orang-orang kalang kabut karena ada “badai” dalam hidup. Tetapi yok tiru Yesus yang bisa tidur nyenyak walaupun ada badai. Tidak ada satu hal pun yang bisa memisahkan kita dari kasih Tuhan (Roma 8:39).

Murid-murid mulai ketakutan. Beberapa murid yang berlatar belakang nelayan pun mulai ambil ancang-ancang kalau kapal terbalik (ceritanya). Murid yang tidak bisa berenang mulai cari pelampung. Ehh tidak ada! Ya jelas lah, belum ada badan sejenis K3L di zaman itu (keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja dan lingkungan). Belum ada prosedur keamanan jadi ga ada pelampung. Setelah melihat pelampung yang tidak ada, mulai mereka bilang “cilaka, kita binasa” (Mark 4:38). Mereka mulai berkata-kata negatif terhadap diri sendiri. Mereka lupa bahwa “hidup dan mati dikuasai lidah” (Ams 18:21).

Mereka lalu banguni Yesus dan mulai nuduh-nuduh, “guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”. Ini biasa dipakai sama banyak orang jika ada masalah besar datang, mulai nuduh-nuduh Tuhan. Bilang ini lah, bilang itu lah, bilang apa saja untuk menyalahkan Tuhan. “Nah itu kan, gara-gara Tuhan suruh ini jadi saya gagal”, atau “Tuhan, tidakkah Engkau peduli?”. Ya jelas Yesus peduli! Karena kalau kapal itu tenggelam, Dia juga bisa KO! Dia bukan Tuhan yang berkuasa kalau mereka tenggelam disana. Ga mungkin lah Dia biarkan firman-Nya gagal. Ga mungkin. Dia perduli dan sangat perduli. Bukan saja karena Dia mengasihi kita, tetapi lebih karena sifat-Nya yang tidak pernah gagal. Dia harus “bela” sifat-Nya ini, kalau tidak maka Dia bukan Tuhan yang Maha besar.

Nah, akhirnya sampai ke bagian yang saya suka. Yesus berkata “mengapa kami begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Yesus yang menyuruh mereka ke seberang, dan iman mereka goyah karena ada badai. Badai itu membuat mereka lupa bahwa Yesus yang suruh mereka ke seberang. Dan juga bahwa Yesus ada bersama mereka! Wajarkah anda merasa takut, walaupun ada badai sekalipun, jika Yesus yang suruh anda melakukan sesuatu dan anda bisa lihat (atau rasakan) bahwa Yesus ada disana bersama anda. NO! Saya seketika melihat alasan lain mengapa Yesus tertidur saat itu. Dia ingin para murid belajar untuk tetap beriman dan mem-praktekkan apa yang sudah mereka pelajari selama ini. Jika apa-apa harus Yesus yang turun tangan, maka mereka belum menjadi seorang yang dewasa. Gambaran sederhananya, jika apa-apa saya cepat sekali minta tolong pada pembimbing rohani, maka saya belum lah cukup dewasa untuk mempraktekkan semua “ilmu” yang sudah saya pelajari. Yesus sedang memberi kesempatan para murid, lewat badai itu, untuk mempraktekkan iman mereka tetapi mereka malah gagal dan takut!

Apa yang bisa saya simpulkan? Pertama, anda pasti akan sampai ke “seberang” jika Tuhan suruh anda pergi (atau lakukan sesuatu). Kedua, “badai” adalah sebuah kesempatan untuk “promosi” rohani, jangan lewatkan kesempatan emas itu. Ketiga (dan paling penting), jika anda mendengar suara Tuhan untuk “pergi ke seberang” (atau melakukan sesuatu), maka badai sekalipun tidak akan bisa menghalangi anda untuk “tidur nyenyak" (karena kenyataannya banyak orang tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkan masalah, wkwk), bahkan akan membuat anda tidur lebih nyenyak karena tahu bahwa ada mujizat segera datang. Selamat malam (waktu disini) dan selamat tidur nyenyak!

Gogetglory.blogspot.com