Abraham dikenal sebagai “bapak orang beriman” (roma 4:11). Mengapa disebut demikian? Karena dikatakan bahwa ia tetap percaya pada Tuhan mengenai kuturunannya akan menjadi banyak walaupun kondisinya sendiri tidak memungkinkan untuk melahirkan anak (roma 4:18). Tetapi jika kita lebih teliti, Abraham sebenarnya menunjukkan banyak ketidakpercayaan dalam dirinya.
Dalam kejadian 15:2-3 dikatakan disana bagaimana Abram frustasi akan janji Tuhan dalam hidupnya. Bahkan dia men-judge Tuhan dengan berkata bahwa “Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku (ayat 3)”. Lalu dalam Kejadian 16:2 juga dikatakan bagaimana Abram mendengar perkataan Sarai agak dia mengambil hagar menjadi istrinya supaya mereka mempunyai anak. Lalu pada Kejadian 17:18 dikatakan bahwa Abramham sendiri menertawakan janji Tuhan itu dan meminta Tuhan memilih ismail sebagai pewarisnya kelak. 3 hal itu menunjukkan bahwa sebenarnya Abram tidaklah percaya akan janji Tuhan mengenai masa depannya.
Lalu apa respon Tuhan? Dia bisa saja menyerah dan meninggalkan Abram karena Abram sendiri sudah menyerah. Tuhan bisa saja membatalkan janjinya pada Abram. Tetapi mari lihat respon unik Tuhan mengenai ini.
Dalam kejadian 15, sesudah Abram menunjukkan ketidakpercayaannya pada Tuhan, Tuhan membawa dia keluar dari tendanya (ayat 5). Tuhan memvisualisasikan dengan indah bagaimana nanti banyaknya keturunannya kelak. Sesudah Dia berkata pertama kali mengenai janji itu pada Kejadian 12, disini Dia kembali mengingatkan Abram mengenai janji itu.
Lalu ketika Abram melakukan “kesalahan” dengan mengambil hagar menjadi istri pada kejadian 16, Tuhan lagi-lagi mengingatkan Abram akan janjinya itu. Dalam Kejadian 17 ketika Abram sudah berumur 99 tahun, Tuhan mengingatkannya akan janji-Nya itu. Abram sudah menanti selama 24 tahun. Dalam ayat 19 dikatakan bahwa Abram akan mempunyai anak pewaris dari Sara dan bukan dari Hagar.
Apakah sudah cukup? Belum! Dalam kejadian 18:10 dikatakan kembali bagaimana Abraham akan mempunyai anak dari Sara. Dan kali ini Sara yang tidak percaya (ayat 12). So, ini adalah sebuah paket ketidakpercayaan yang komplit dari sepasang suami-istri akan janji Tuhan.
Abraham dan Sara tidaklah percaya. Tetapi Tuhan tidak pernah berbohong. Dia setia akan janji-Nya. 3 kali Dia ingatkan mereka mengenai janji-Nya itu. Disaat situasi sulit dan ketidakmustahilan menjadi semakin nyata, suatu hal yang wajar dari manusia adalah melepas kepercayaannya pada Tuhan.
Ada 2 hal yang menarik disini,
Pertama, Tuhan ingin sekali melihat janji-Nya digenapi dalam hidup setiap kita. Itu mengapa Dia berusaha keras meyakinkan Abram mengenai janji-Nya itu. Seolah Abram dan Sara melepas kepercayaan mereka dan sudah menyerah. Tetapi Tuhan tidak menyerah. Secara logis bisa saja Tuhan juga melepas janji itu. Tetapi Dia tidak bisa. Dia semata-mata ingin janji itu digenapi karena Dia tidak bisa mengingkari diri-Nya yang adalah Allah yang setia (2 Tim 2:13).
Kedua, disaat Abram dan Sara tidak percaya, Dia ingatkan mereka akan janji-Nya berulang-ulang. Mazmur 119:154 berkata “hidupkanlah aku sesuai dengan janji-Mu”.
Panggilan hidup adalah sebuah perjalanan yang panjang. Itu mengandung janji yang besar pula. Itu mengapa perlu sebuah peneguhan berulang-ulang akan janji itu. Disaat masalah datang, maka janji itu yang akan segarkan kita kembali. Bahkan disaat anda galau dan berada di momen memilih antara 2 hal yang berbeda dalam hidupmu, maka peneguhan berulang-ulang mengenai janji itu akan membuatmu lebih yakin dalam menentukan arah hidupmu.
Ingatlah bahwa Tuhan sendiri yang ingin kita berada di track itu. Itu mengapa Dia ingatkan kita berulang-ulang. Coba perhatikan hidupmu akhir-akhir ini. Adakah suatu janji yang Tuhan ingatkan berulang-ulang dalam hidupmu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar