Kamis, 15 September 2016

Kesatuan tubuh Kristus menghasilkan pelipatgandaan

Kis 2:47 -> ... dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Salah satu hal yang harus dipastikan petani agar dia bisa menikmati hasil panen berlimpah adalah mengecek apakah ada bolong dalam lumbungnya atau tidak. Jika ada bolong, dia boleh panen banyak, tetapi akan ada banyak kerusakan juga pada hasil panen karena ada tikus yang bisa masuk lumbung dan merusak hasil panen. Hal yang sama juga dilakukan oleh nelayan saat mengecek jala nya.

Kita boleh lakukan PI banyak, IC cukup sering, dan sebagainya. Tetapi mengapa banyak yang terhilang kembali alias lumbung kita bocor atau jala kita robek? Ada banyak alasan tentunya. Dan salah satunya adalah kurangnya kesatuan dan kesehatian pekerja.

Di kis 2:47 bicara tentang Tuhan sendiri yang "berniat" dan "aktif" menambahkan jumlah yang percaya. Ini sebuah kalimat yang luar biasa. Saat mungkin kita "sibuk" menambah jumlah kita dan hasilnya mungkin tidak signifikan dibanding kerja yang dilakukan, maka di jemaat mula-mula, Tuhan yang sibuk menambahkan jumlah mereka. Apa rahasianya?

Hal utama yang membuat Tuhan jatuh hati pada jemaat mula-mula adalah soal kesatuan dan kesehatian dari intern jemaat. Ada beberapa kata kunci di ayat-ayat sebelumnya yang menggambarkan kesatuan dan kesehatian jemaat : persekutuan, selalu berkumpul, tetap bersatu, kepunyaan bersama, membagi-bagikannya, kepada semua orang, dengan sehati, secara bergilir, dengan gembira dan tulus hati (Bahkan kita bisa buat kalimat tersendiri dengan kata-kata kunci itu).

Bayangkan anda seorang bapak. Mungkinkah anda mempercayakan anak anda yang tercinta pada sekumpulan orang yang tidak sehati dan penuh problem di antara mereka? Tentu tidak. Tetapi anda akan dengan senang hati "menitipkan" anak anda pada keluarga yang sangat mengasihi, saling memperhatikan, tulus hati, dll. Bukankah ini sangat logis?

Mazmur 133 : 1-3 menceritakan dengan indah sebuah persatuan. Disana dikatakan bahwa Tuhan perintahkan berkat kehidupan selama-lamanya pada komunitas yang rukun. Jika saya cerna pasal ini, maka saya bilang bahwa yang perlu saya kejar bukanlah berkat Tuhan, tetapi kerukunan dengan saudara-seiman. Tuhanlah yang akan sibuk memberkati orang-orang yang rukun.

Roma 12:18 -> sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung kepadamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang. Kita tidak bisa paksa orang lain memaafkan kita, tetapi kita bisa "memaksa" diri kita untuk memaafkan orang lain. Setiap orang akan mempertanggungjawabkan perbuatan masing-masing di depan tahta Anak domba. Dia cuma bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan tidak atas diri orang lain. Oleh karena itu, penyelidikan terhadap hati sendiri adalah penting. Apakah saya masih tidak suka pada saudara saya atau mungkin abang/kakak Pa saya. Atau mungkinkah ada iri hati dalam diri saya pada saudara saya di pelayanan. Hati kita yang tahu. Tetapi jika kita yang memegang "bolanya", maka Paulus berkata hiduplah dalam perdamaian dengan setiap orang.

Dalam 1 kor 11: 23-32 mengenai perjamuan kudus, disana dikatakan bahwa "barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya sendiri". Sekilas mungkin kita berpikir bahwa tubuh disini mengarah kepada Tuhan Yesus. Tetapi itu jauh lebih dalam dari tubuh Yesus.

1 kor 12:27 bicara bahwa "kamu adalah tubuh Kristus". Jadi tidak mengakui saudaramu (marah, dendam, iri, masih simpan kesalahannya, tidak mau memaafkan, ketidaktundukan, pikiran negatif, dll) dalam pelayanan akan mengakibatkan hukuman pada saat anda melakukan perjamuan suci. Itu mengapa Paulus berkata agar tiap orang menguji dirinya sendiri sebelum melakukan perjamuan suci.

Ada banyak hal yang memang harus kita benahi dalam pelayanan ini. Saya sangat setuju jika bang Parlin senior berkata bahwa Sion ini adalah pelayanan yang masih sangat muda. Kita dicetuskan tahun 80an tetapi baru benar-benar berkembang di tahun 2011. Kita masih perlu banyak belajar. Termasuk dalam hal membereskan hati kita terhadap orang lain.

Saya teringat satu pernyataan bahwa "cuma orang yang kuatlah yang bisa memaafkan orang lain". Semakin kuat pelayanan ini, maka semakin tulus para pekerjanya, semakin mudah memaafkan dan mengasihi di antara pekerjanya, semakin saling menolong satu dengan yang lain, semakin menghormati, dan pada akhirnya, Tuhan menambahkan jumlah orang percaya kedalam pelayanan.

1 komentar: