Kamis, 15 September 2016

"Etika" dalam berbahasa roh

Ketika saya membaca 1 kor 14, maka Paulus digambarkan sebagai pribadi yang "balance". Dia pribadi yang "addicted" terhadap BR, tetapi dia juga orang yang berkata lebih baik bernubuat dalam jemaat.

Sikap dia yang balance juga bisa terlihat dalam ayat berikut : 1 Korintus 14:39 Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh.

Jika anda melihat ini, maka mungkin anda bisa dilanda kebingungan. Tetapi satu yang saya lihat dari tulisan Paulus ini adalah bahwa dia menghendaki orang-orang percaya menjadi dewasa dalam hal karakter. Dia berkata bahwa "ini dan itu boleh, tetapi jangan penganut ini bersikap superior dari penganut itu, dan sebaliknya". Hendaklah penganut masing-masing kubu jangan merasa diri paling benar ataupun mulai menghakimi penganut paham lainnya.

Hal lain yang Paulus inginkan adalah biarlah Roh Kudus yang memimpin kita dalam bersikap ketika situasi tertentu datang. Misal dalam pertemuan ibadah, keputusan seseorang berbahasa roh atau tidak adalah karena tuntunan Roh Kudus. Ini membuat kita akan semakin bergantung pada-Nya. Sehingga hikmat yang kita dapatkan bukanlah hikmat manusia, tetapi hikmat Allah.

Jika boleh jujur, ada begitu banyak cara ber-BR tanpa merusak hubungan dalam tubuh Kristus sendiri. Misalkan orang yang ber-BR bisa mengecilkan suaranya ataupun orang yang tidak ber-BR jangan menghakimi saudara yang ber-BR. Semua bisa diselesaikan dengan komunikasi yang baik. Tetapi jika semua dilakukan dengan emosi, maka semua tentu menjadi rusak.

Akhir kata, Paulus menutup 1 korintus 14 dengan sebuah ayat yang indah : "Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar