Selasa, 12 Mei 2009

Jangan asal menyembah

Aku berasal dari lingkungan gereja kharismatik. Dimana pada aliran ini biasanya sangat kental dengan suguhan praise and worship yang fullband. Ibadahnya menggunakan alat-alat music “berat”, ada lompatan dan tarian, juga ada sorakan dan lainnya. Dan biasanya pada sesi worship, ada kalanya WL (worship leader) memberi kesempatan pada jemaat untuk menaikkan pujiannya secara pribadi pada Tuhan. Ada yang mulai berbahasa lidah, atau ada juga yang menaikkan mazmur bagi Tuhan.
Aku menyukai sesi praise and worship dalam suatu ibadah. Aku tipe orang yang suka “berekspresi” dan “tidak bisa diam” dalam ibadah. Tanganku akan terangkat otomatis pada saat pujian penyembahan dinaikkan, kakiku juga mulai ikut bergerak, pokoknya aku gak bisa diam. Aku paling gak nyaman kalau ibadah dan badanku kaku tidak berekspresi apalagi kalau lagu yang dinyanyikan “mendukung” untuk bergerak. Aku juga suka menaikkan mazmur secara pribadi pada Tuhan pada sesi ini. Mulutku mulai mengeluarkan kata-kata yang memuji Tuhan. Aku mulai berkreasi dalam menaikkan pujian baru bagi Tuhan. Misalnya bilang Tuhan baik, ajaib, perbuatan-Nya besar, Dia kudus, bersyukur untuk kasih karunia Tuhan, minta kemuliaan Tuhan turun, dan banyak lagi dah. Tapi baru-baru ini Roh Kudus mengingatkanku tentang hal menaikkan mazmur dan pujian baru bagi Tuhan. Roh Kudus sudah pernah membukakan ini pada semester 1 aku di ITB. Dan Dia mengingatkan aku lagi baru-baru ini.
Daud adalah salah satu pemazmur terbesar yang pernah ada. Aku sempat berpikir darimana Daud mendapat inspirasi untuk membuat itu semua. Mustahil daud membuat banyak mazmur tanpa ada inspirasi yang jelas. Daud tidak sedang asal membuat mazmur bagi Tuhan. Aku mulai berpikir. Dan akhirnya aku dapat jawabannya. Mazmur yang ditulis oleh Daud adalah hasil pergaulannya sendiri dengan Tuhan. Bukan dibuat-buat atau Daud mereka-reka siapa Tuhan. Jika Daud mengatakan bahwa Tuhan adalah gunung batunya, itu karena Daud merasakan sendiri bahwa Tuhan lah gunung batunya. Jika Daud berkata bahwa jika ia berseru pada Tuhan dan Tuhan menjawabnya, itu juga sudah dialaminya. Jika Daud berkata bahwa Tuhan adalah pahlawan perang, itu karena Daud sendiri sudah merasakan bahwa Tuhan yang berperang bagi dia. Daud lalu menyebut Tuhan adalah hakim yang adil, itu juga karena dia sudah merasakan keadilan Tuhan. Banyak dari mazmur yang ditulis oleh Daud pada ayat sesudah judul ada sedikit cerita atau latar belakang mengapa mazmur tersebut dibuat. Itu artinya semua yang dirasakan oleh Daud digubahnya menjadi sebuah lantunan mazmur yang indah. Daud sedang tidak mendengar bahwa dekat Tuhan itu ada tenang dan damai lalu dia buat mazmur 62. Tapi dia sudah merasakannya sendiri.
Lalu kesimpulan apa yang kita dapat???
Ada baiknya mazmur dan pujian baru yang kita naikkan pada Tuhan sudah pernah kita alami sendiri. jika kita berkata bahwa Tuhan itu adalah sumber kekuatan, maka itu karena kita sudah merasakan sendiri bahwa dalam kondisi susah, Tuhan adalah sumber kekuatan kita. Bukannya karena hanya ingin memperdengarkan mazmur kita saja atau hanya sekedar memuji, atau bahkan hanya mendengar dari kesaksian orang lain. Saya beri ilustrasi, jika saya mempunyai seorang pacar dan ternyata pacar saya itu sangat pelit. Tetapi supaya kedengaran pada orang lain bahwa pacar saya itu orangnya tidak pelit, saya mulai berkata pada teman saya bahwa saya baru dibelikan sebuah jam tangan baru dan bermerek oleh pacar saya. Menurut anda, apakah saya sedang berkata benar saat itu? Hanya untuk menjaga image kita, maka kita mulai berkata sesuatu yang tidak sesuai kenyataan atau belum pernah kita alami sendiri. begitu halnya dengan mazmur kita pada Tuhan. Kita merasa belum pernah merasakan keadilan Tuhan bahkan mempertanyakan tentang keadilan Tuhan lalu kita bermazmur bahwa Tuhan itu adil. Ohh! Itu suatu penipuan kawan! Kita bermazmur bahwa Tuhan itu adalah penyembuh tetapi kemarin kita baru saja “menggugat” tentang “kredibilitas” Tuhan dalam hal menyembuhkan sakit kita saat kita sakit dan berdoa minta disembuhkan lalu Tuhan “baru” menyembuhkan setelah 3 hari dan setelah kita merasakan sakit yang luar biasa. Hmm! Kita baru saja “menjilat ludah sendiri” (sorry).
So, jangan asal menyembah Tuhan. Biarlah kita sendiri sudah mengalaminya sendiri dulu. Aku tidak melarang, tetapi alangkah baiknya jika kita sudah mengalami Tuhan terlebih dahulu. Hmm, lagi-lagi soal pengenalan akan Tuhan. Jangan kita menipu diri sendiri saat sedang menyembah Tuhan. Katakan saja apa yang sudah pernah kita alami dan rasakan sendiri. hal ini justru akan membuat kita lebih termotivasi untuk mengenal Tuhan lebih dalam lagi. Selamat bermazmur!
Hos 6:6 Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.

GO GET GLORY!

1 komentar:

  1. hmm, jadi teringat dengan bahan komsel pujian dan penyembahan yg kubagikan dulu.. hehehe...

    penyembahan berbicara tentang sikap hati... dan penyerahan penuh kepada Tuhan sehingga kita perlu lagi merasa malu menyampaikan isi hati kita padaNYA

    BalasHapus