Selasa, 07 Juli 2009
in memorial : braven wiragupti kewo
Senin pagi aku menyalakan komputerku dan tentunya langsung membuka browser Mozilla. Lalu terbuka halaman google di depan mataku. Aku lalu beberapa saat mencari gambar untuk aku taruh dalam blog-ku. Kemudian aku membuka blog-ku dan berniat mem-posting tulisanku yang baru. tak lama kemudian aku membuka facebook. Seketika juga aku teringat akan b’bhe. Rasa sedih dan kehilangan langsung menyeruak kembali dalam dada. Aku lalu membuka wall-nya dan aku terkejut. Disana sangat banyak posting yang dibuat untuk mengenang b’bhe. Aku hanya membaca sebagian saja karena jujur saja hatiku tambah sedih melihat itu semua. Aku coba menulis sesuatu di wall-nya, tetapi beberapa kali aku menghapusnya kembali. Aku bingung harus menulis apa disana. Butuh beberapa saat sampai akhirnya aku betul-betul menulis tanpa menghapusnya. Karena banyak sebenarnya yang aku mau tulis disana.
Aku masuk TN tahun 2005. Dan saat itu kami siswa baru harus menjalani PDK selama kurang lebih 3 bulan. Kami lalu diperkenalkan suatu kepanitiaan PDK, dimana ada beberapa seksi pada kepanitiaan ini. mereka adalah seksi orientasi (sie-or), seksi lapangan (sie-lap), dan Pembina graha (PG). dari ketiga seksi ini, yang paling ditakuti oleh siswa baru adalah sie-lap. Itu karena mereka sangat tegas dan tidak sungkan menegur keras jika ada siswa baru yang melakukan kesalahan. Mereka juga selalu pasang tampang seram (peace bagi para eks sie-lap ^^). Aku kenal b’bhe disana. Dia salah satu sie-lap. Aku ingat dia dikenal sebagai salah satu sie-lap yang ditakuti oleh teman-temanku. Pernah waktu sebelum kami masuk kelas, kami anak X-5 diajarkan PG kami untuk laporan pada pamong sebelum dan sesudah pelajaran. Aku ingat disana ada b’bhe. Karena dia ada disana, kami tidak berani terlalu ribut. Aku bertanya dalam hati ngapain harus pake sie-lap segala di kelas, apalagi b’bhe yang terkenal galak. Sampai suatu kali saat latihan, temanku membuat kesalahan dan mengundang tawa seisi kelas. Aku lalu melihat sekilas ke b’bhe dan dia juga ikut tertawa. Wah! Bisa juga sie-lap tertawa di depan siswa baru, pikirku.
Waktu terus berjalan sampai pada suatu saat aku mendengar bahwa ada sie-lap yang di non-aktifkan sebelum tugasnya selesai sampai 3 bulan itu karena suatu hal. Dan aku mendengar bahwa itu b’bhe. Aku biasa saja mendengar hal itu. Beberapa saat kemudian PG-ku mengumpulkan anak kelas X-5 di home base kelas untuk menceritakan tentang X-5. Dia lalu bilang ada nama abang dan kakak absen di balik papan absen. Kami lalu membaliknya untuk mengetahui siapa abang dan kakak absen kami. Abang dan kakak absen adalah seseorang yang seharusnya sangat dekat dengan adik absennya. Mereka kurang lebih menjadi tempat curhat dan ngobrol dan menjadi seperti keluarga sendiri. waktu aku melihatnya, aku kaget setengah mati. Aku lihat nomor absen 8 dan yang tertulis disana adalah : Braven (!). waduh! Ternyata abang absenku sie-lap yaa. Dan dia sudah tidak bertugas lagi.
Lalu beberapa saat kemudian aku mendengar dari PG-ku sendiri bahwa kakak absenku adalah k’citta. Itu setelah aku beberapa kali bertanya padanya siapa yang biasa mengirim makanan kecil saat aku mau ujian. Dia beberapa kali tidak mau bilang. Padahal teman-temanku yang lain tahu siapa yang mengirimi mereka. Akhirnya dia bilang juga. Waduh! Tambah runyam nih! Masa abang dan kakak absenku semuanya panitia PDK. Jadi selama ini aku bisa sangat mudah diawasi mereka berdua. Sejak saat itu aku berusaha bersikap lebih baik lagi di depan mereka. Gak enak lah melakukan kesalahan di depan abang dan kakak absen yang notabene-nya ketemu tiap hari.
PDK selesai dan beberapa kali aku dikunjungi oleh b’bhe (Walaupun sebenarnya intensitasnya masih kalah sama k’citta). Aku ingat di suatu hari minggu setelah pulang dari gereja, aku sedang berlatih untuk persiapan POPDA atletik. bidang spesialisku adalah 100 m. tetapi entah kenapa hari itu p’wid minta aku coba 400 m. buset! Aku belum pernah coba dan pasti capek banget karena harus sprint sekuat tenaga selama 400 m. sesaat sebelum aku lari aku lihat b’bhe datang ke lapangan track. Dia melihat aku disana. Kami berbincang sejenak lalu kemudian dia bilang aku pasti bisa menyelesaikan 400 m ini. waduh! Aku bayangin aja paling kuat 250 m ditambah sekarang ada abang absen lagi yang lihat. Kalau aku gak kuat bisa malu aku, pikirku waktu itu. akhirnya waktunya tiba. Aku ditemani satu temanku berlari. Aku mulai tancap gas dan aku mendengar suara teriakan b’bhe menyemangatiku. Akhirnya aku bisa menyelesaikannya dalam waktu 56 detik. Wah! Hebat juga pikirku. Walaupun habis berlari aku harus menjatuhkan diri di lapangan saking capeknya. Sesaat setelah aku beristirahat aku masuk ke GOR dan sempat bertemu dengan b’bhe lalu dia katakan aku hebat. Wah! Aku bangga dipuji abangku.
sampai aku naik ke kelas XI, Aku sudah mulai jarang bertemu b’bhe dan berbicara dengannya. Itu karena aku lebih memilih bergaul dengan teman-teman dekatku satu angkatan (Teman-teman seperjuangan). Kami seperti membentuk satu komunitas bersama. Memang sejak masuk komunitas ini aku mulai jarang bergaul dengan teman-temanku yang lain. Bahkan dengan teman-teman satu graha. Aku paling hanya ada di graha sore hari saat harus mencuci baju lalu tidur siang. Selebihnya berada bersama komunitasku ini. bahkan kalau pulang ke graha sudah larut malam. Mungkin ini salah satu penyebab aku mulai jarang bertemu dengan b’bhe dan bergaul dengan teman-temanku yang lain. Aku mengakui sekarang aku kurang pandai membagi waktu bergaul dengan teman-temanku saat itu, bahkan dengan abang absen dan adik absen. Pernah suatu kali bertemu b’bhe dan kami bercerita cukup lama. Dia lalu bilang dia mau melanjutkan studinya ke India mengambil kedokteran. Aku sempat heran ngapain kedokteran harus ke India. Dia lalu menjelaskan alasannya. Aku juga baru tahu saat itu dari b’bhe bahwa “bahan baku praktek” bagi calon dokter yaitu mayat sangat mudah di dapat disana. Bahkan mayat untuk praktek kedokteran di Indonesia di-impor dari sana. Waduh! Kemudian dia lulus dan saat PA kami sempat berbicara sejenak. Lalu sejak itu aku mendengar bahwa dia masuk ITB jurusan mesin. Tetapi komunikasi kami terputus.
Kami mulai berkomunikasi lagi sejak aku masuk ITB. Dia termasuk kelompok orang pertama yang aku hubungi saat INKM untuk meminjam alat-alat INKM, termasuk juga di dalamnya k’citta. Wah! Tidak kusangka kami bertiga bisa bersama lagi di ITB. Disaat aku butuh beberapa buku juga b’bhe adalah salah satu orang pertama yang aku tanyai apakah aku bisa meminjam bukunya atau tidak. Kami lalu sempat beberapa kali ketemu dan bertegur sapa. Disaat aku mau ujian b’bhe menyemangatiku. Itu terjadi beberapa kali. Walaupun jujur saja aku mulai perlahan seperti meninggalkan komunitas alumni TN yang ada di bandung. Aku jarang ikut kumpul ikastara bandung. Tapi nih abang masih saja perhatian sama aku, walaupun aku sering menghilang saat kumpul ikastara (aku bangga padamu, bang!). lalu beberapa saat yang lalu saat ada kegiatan outbond ikastara bandung dimana b’bhe jadi ketuanya, aku dimintanya untuk jadi “penghubung” ke anak FMIPA yang lain. Aku bilang “ya”, walaupun aku sebenarnya sudah cukup yakin tidak ikut. Lalu kami juga sempat ketemu di parkiran motor saat aku mau UAS. Aku lupa mata kuliah apa saat itu. dia juga menyemangatiku. Itu saat terakhir aku melihatnya dalam kondisi sehat.
Kemudian awal juli saat aku mau pulang ke rumah, salah satu sahabatku memberitahuku bahwa b’bhe kecelakaan. Dia menceritakan bagaimana buruknya keadaan b’bhe waktu itu. aku ingin menjenguknya. Tetapi aku sudah harus pulang karena papaku juga dalam kondisi tidak sehat. Pagi-pagi sebelum aku pulang aku mencoba mengajak temanku untuk menjenguk b’bhe di rumah sakit. Tetapi dia bilang sedang ada urusan. Akhirnya aku pulang ke rumah dan tidak jadi menjenguk b’bhe. Sampai kemudian aku mendengar bahwa b’bhe dipindah ke Jakarta. Karena aku di bekasi, maka jarak tidak menjadi masalah. Aku pergi bersama sahabatku kesana. Aku bisa melihat sendiri bagaimana buruknya keadaannya waktu itu. ditambah lagi penjelasan mamanya yang berkata bahwa sulit bagi b’bhe untuk bertahan lama. Saat aku masuk ke ICU, kondisinya sangat lemah walaupun dia masih bisa melihat aku. Kalimat pertama yang aku ucapkan waktu itu adalah aku minta maaf padanya karena baru bisa menjenguknya sekarang. Aku juga minta maaf karena aku tidak bisa jadi adik yang kurang perhatian selama ini. setelah itu kami berdoa bersama dan sempat berkomunikasi beberapa saat. Lalu aku pulang. Sejak saat itu doaku makin kuat untuk b’bhe. Beberapa hari kemudian aku sempat sms-an dengan k’citta dimana dia bilang kondisi b’bhe mulai sedikit membaik. Lalu sempat teman-temanku mengajak membuat semisal buku untuk b’bhe dari teman-temannya yang berisi semangat dan dukungan. Aku setuju dengan hal itu.
Sampai kemudian hari kamis (2-07-09) aku mendapat banyak sms yang mengatakan bahwa kondisi b’bhe sangat buruk. Bahkan bukan tidak mungkin akan segera pergi dari dunia ini. aku kaget. Malamnya aku berdoa kuat untuk b’bhe. aku hampir menangis saat itu. aku bertahan tetap doa mungkin sekitar 1/2 jam. Sampai akhirnya aku minta pada Tuhan untuk membuat b’bhe bertahan sampai hari sabtu. Karena aku ingin menjenguk dia hari sabtu. Hari jumat aku tidak bisa menjenguknya. Orang tuaku juga berkata mereka ingin menemani menjenguk b’bhe. aku berniat berdoa untuk b’bhe saat itu. aku sangat yakin Tuhan akan menjawab doaku jika aku datang menjenguk b’bhe hari sabtu.
Sampai akhirnya hari sabtu tiba. Dengan tiba-tiba aku aku kedatangan 2 saudaraku ke Jakarta. Dan orang tuaku mengajak aku bertemu mereka. Aku sangat mengenal orang tuaku. Mereka tidak mungkin membiarkan aku pergi meninggalkan acara keluarga. Kami satu keluarga besar yang ada di Jakarta berkumpul bersama. akhirnya tidak jadilah aku menjenguk b’bhe. malamnya karena saking capeknya, aku langsung tidur dan lupa berdoa untuk b’bhe.
Minggu pagi aku dibangunkan dengan sms yang membuat hatiku sedih. B’bhe telah pergi minggu pagi beberapa saat yang lalu. Aku sangat sedih. Ingin aku tidak berangkat ke gereja pagi itu untuk menenangkan hatiku. Tetapi tidak mungkin aku bilang pada orang tuaku aku tidak mau pergi ke gereja. Aku ke gereja dengan perasaan berat. Hatiku terasa seperti ada sesuatu yang hilang. Aku sangat menyesal tidak menjenguknya dan tidak mendoakannya hari sabtu kemarin. Padahal sudah sangat jelas aku minta pada Tuhan membuat b’bhe bertahan sampai hari sabtu agar aku bisa melihatnya langsung dan mendoakannya. Tetapi aku tidak jadi pergi kesana. Oh, God! Aku sangat menyesal sampai saat ini.
Ingin rasanya aku mengulang kembali waktu itu. aku mau bertemu kembali dengan b’bhe dan berusaha menjadi adik yang baik dan perhatian. Tetapi semua sudah berlalu. Aku memilih semua terjadi seperti ini dan aku hanya bisa menyesalinya sekarang. Aku sangat menyesal kurang memperhatikannya saat waktu hidupnya tidak lama lagi. Sejak hari minggu lalu, beberapa kali keluar kata minta maaf dan penyesalan dari mulutku. Aku masih tidak bisa melupakan b’bhe dan semua perlakuanku padanya. Aku kurang memperhatikannya. Itu salahku. Padahal aku baru saja membaca girman Tuhan beberapa hari yang lalu bahwa mengasihi adalah bukan dengan perkataan, tetapi dengan perbuatan. Memang aku selalu mendoakannya, tetapi aku kurang memperhatikannya secara langsung. Ini jadi pelajaran yang tidak akan aku lupakan sepanjang hidupku. Suatu pelajaran yang harus dibayar dengan kepergian abang yang sangat aku sayangi, hormati, kagumi, dan teladani. Saat ini aku sangat sering bertanya pada Tuhan, mengapa aku baru bisa sadar pelajaran berharga itu setelah aku kehilangan abang. Aku masih tidak terima sampai sekarang.
Sekali lagi bang, aku mau minta maaf karena menjadi adik yang kurang baik dan kurang perhatian. Walaupun sampai saat ini aku masih tidak bisa memaafkan kesalahanku itu. Aku berjanji akan merubah sikapku ini. aku sangat menyayangi abang. Terima kasih untuk apa yang telah abang lakukan untukku. Itu tidak akan pernah hilang dalam ingatanku. Aku sangat kehilangan abang. Tetapi dari semua rasa kehilanganku itu, aku sangat yakin abang sekarang ada bersama Tuhan Yesus di surga.
Selamat jalan abangku, Braven wiragupti kewo.
Dari adikmu yang sangat menyayangimu (walaupun aku sadar sikapku selama ini tidak menunjukkan hal itu, tetapi aku berjanji akan berubah, bang) : Daniel sihombing
gogetglory.co.cc
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sy lg isenk googgling ttg braven dan menemukan blog ini
BalasHapusNice post
Turut berduka cita atas kepergian braven
Saya iqbal, temennya k'citta dan juga kakak tingkatnya di mesin.
Citta sering cerita ttg braven dan sy tau betapa khwatirnya citta ktika braven mengalami kclakaan pada hr kcelakaanny hingga hari kpergiannya.
Sy jd terharu dgn persaudaraan adik-kakak absen di TN.
Keep contact yg dgn citta dan adik absenmu yah...