Senin, 06 Juli 2009

Berbagi hidup dalam pemuridan


Sebentar lagi mahasiswa baru akan datang ke kampus itb. Angkatan 2009 akan segera masuk dan mengisi almamater itb. Dari sekian banyak mahasiswa baru itu, tentu saja ada mahasiswa Kristen yang juga akan menjadi bagian dari kampus itb. Panitia PMB dan INKM sudah dibentuk. Mereka akan melakukan berbagai hal untuk menyambut mahasiswa baru. para mahasiswa Kristen yang diwadahi PMK pun tidak ketinggalan untuk “menuai” mahasiswa baru ini. bagaimanapun juga, ini adalah suatu “ladang” yang sudah menguning dan siap dituai bagi kerajaan Allah. Panitia PMB PMK 2009 pun sudah dibentuk.

Ayat tema untuk pmb pmk itb 2009 diambil dari 1 tes 2:8 yang berbunyi : “Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi. “ ayat ini sangat dalam jika kita perhatikan. Ini adalah pengertian dasar dari istilah pemuridan. Pemuridan tidak hanya berkisah tentang sekelompok anak Tuhan yang terikat dalam suatu kelompok pendalaman Alkitab, dimana ada yang berfungsi sebagai bapa rohani dan yang lainnya sebagai anak rohani. arti pemuridan lebih dalam dari sekedar arti diatas. Pemuridan mempunyai pengertian dasar berbagi hidup. Lho, kok bisa??? Lalu dimana pendalaman Alkitabnya??? Pelan-pelan.

Kita mulai dari ayat tema pmb pmk 2009 diatas. Disana dikatakan bahwa karena kasih Paulus yang begitu besar pada jemaat Tesalonika, dia tidak hanya datang dan memberitakan Firman Tuhan pada mereka, melainkan juga membagikan hidupnya pada mereka. Berbagi hidup mempunyai pengertian antara lain menjalani hidup bersama-sama dalam suka dan duka. Ada saling mengisi kehidupan, saling memberi nasihat, bahkan mungkin pertengkaran. Tetapi karena kita bicara tentang kasih, maka kita kesampingkan masalah pertengkaran. Dalam berbagi hidup ini, kasih dan keterbukaan harus menjadi dasar. Kenapa bisa begitu? Karena ayat diatas dikatakan dasar Paulus membagi hidup adalah kasih. Lalu mengapa keterbukaan? Karena tidak mungkin kita saling berbagi hidup jika kita menutup diri dari orang lain sehingga mereka tidak melihat diri kita yang sebenarnya. Jika tidak terbuka, maka bukan menjadi berbagi hidup, tetapi hanya berbagi kesenangan dan kelebihan kita saja. Disatu sisi keterbukaan adalah sesuatu yang berat. Tetapi disinilah “seni” dari berbagi hidup.
Lalu apa yang harus dibagikan dari hidup kita??? Rasul Yohanes menuliskan dalam I Yoh 1: 1-3 mengenai hal ini (ayatnya harap dibaca sendiri, karena panjang kalau dimuat disini ^^). Disana dikatakan bahwa Yohanes membagikan apa yang telah didengarnya, dilihatnya, dan disaksikannya sendiri, yaitu tentang Firman Tuhan. Kita tidak perlu membahas apa saja yang dibagikan dari Firman Tuhan dalam pemuridan. Yang jelas, pemuridan harus ada pembagian Firman Tuhan. Karena ini hal yang sangat esensial.

Rasul paulus juga menuliskan contoh yang baik dalam hal ini. dalam Roma 15:18 yang berbunyi : “Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan,” Pada ayat diatas dikatakan bahwa Paulus hanya akan membagikan apa yang telah Kristus lakukan dalam hidupnya. Dia tidak akan membagikan ambisi pribadinya, mimpi pribadinya yang tidak berasal dari Tuhan, atau hal apapun juga yang berasal dari keinginan dunia. Apa yang telah Kristus lakukan dalam hidupmu??? Banyak bukan. Mulai dari menenun dari dalam kandungan ibu kita sampai saat ini kita masih bisa bernapas. Bagikan itu. lalu apakah hal-hal yang buruk dalam hidup kita dan saat-saat dimana kita jatuh dalam dosa juga harus kita bagikan? ya, harus! Mengapa begitu?

Memang tepat bahwa saat-saat buruk dalam hidup kita dan saat kita jatuh dalam dosa bukan karena dibuat oleh Allah. Hal ini bisa dibaca sendiri dalam Yak 1:13. Tetapi bukankah kita dapat bangkit kembali karena apa telah yang dikerjakan oleh Allah dalam hidup kita? Ya, semua itu tentu karya Allah. Jadi ceritakanlah semua itu! ceritakan bagaimana engkau bisa bangkit kembali dari semua hal-hal buruk dan semua dosa yang telah membelenggu kita. Itu sangat penting agar anak murid kita tidak melakukan hal yang sama. Ibrani 2: 18 mengatakan hal ini : “Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.” Jadi Tuhan Yesus dicobai agar kita bisa ditolong-Nya keluar dari pencobaan itu. tetapi ingat, walaupun Tuhan Yesus dicobai, tetapi Ia tidak berbuat dosa ( Ibr 4:15). Sama halnya dengan kita. Seberapa burukpun kita dicobai, itu semua terjadi agar kesaksian hidup kita itu (arti lain : pengalaman) bisa memberkati orang lain yang mungkin juga telah jatuh ke pencobaan yang sama. Mungkin ini maksud dari Roma 5:20b yang mengatakan : “dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah,”

Lalu hal lainnya yang harus dibagikan dalam pemuridan terdapat dalam 2 Tim 3:10 yang berbunyi : “Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku.” Jadi apa saja yang harus dibagikan? Ajaran (bicara tentang Firman Tuhan), cara hidup, pendirian, iman, kesabaran, kasih, dan ketekunan. Soal ajaran telah dibagikan diatas. Begitu juga tentang cara hidup. Tentang kesabaran, kasih, dan ketekunan mungkin tidak jauh berbeda dari cara hidup. Lalu pendirian dan iman bagaimana? Pendirian sebenarnya tidak jauh berbeda dengan ajaran. Hal ini karena pendirian kita atau hal yang kita pegang teguh biasanya didapat dari Firman Tuhan yang juga termasuk ajaran. Pendirian satu orang tentu bisa berbeda dengan hal lainnya. Ini tergantung ajaran yang telah dia dapat. Lalu sekarang iman. Yang aku tangkap dari iman ini adalah soal mimpi atau visi. Jadi harus ada impartasi mimpi atau visi dari bapak ke anak rohani dalam suatu pemuridan. Contoh yang paling nyata adalah elia dan elisa. Juga Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya tentang amanat agung. Jadi sebagai bapak rohani, kita harus bagikan apa visi dan mimpi kita pada anak rohani kita. Karena bukan tidak mungkin anak rohani kita lah yang akan menggenapi visi dan mimpi ini.

Mungkin tidak perlu dibahas terlalu dalam soal cara-cara praktis memuridkan yang baik. Cara memuridkan semua orang berbeda. Tetapi kita akan coba lihat cara memuridkan versi Tuhan Yesus. Dia memuridkan tidak banyak orang, Cuma 12. Dan 1 harus gugur di tengah jalan. Jadi jumlah murid tidak melambangkan kualitas dari komsel tersebut. Memuridkan juga mengandung resiko gagal. Dimana mungkin ada kalanya anak rohani kita mundur dari komsel. Hal lainnya adalah soal intensitas pertemuan. Tuhan Yesus memang hanya memuridkan selama kurang lebih 3 tahun. Tetapi hampir kemana saja Dia pergi, Dia selalu bersama murid-murid-Nya. Jadi ke-12 murid bisa melihat langsung bagaimana “kinerja” Tuhan Yesus di lapangan. Mereka juga bisa saling mengenal baik dan akrab. Ini sangat penting. Lalu Tuhan Yesus membagikan hal-hal yang “special” hanya kepada murid-murid-Nya. Hal ini bisa kita lihat dari Markus 4:11 yang berbunyi : “jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan,” Tuhan Yesus juga membagikan visi-Nya pada murid-murid-Nya. Yaitu soal amanat agung. Dan ada banyak hal lainnya yang bisa kita contoh.

Ada paradigma yang mengatakan bahwa memuridkan hanya cocok bagi orang yang sudah betul-betul lama ikut Tuhan dan tidak jatuh-bangun dalam dosa lagi. Jadi kurang lebih hidup kita harus “perfect” dulu lah baru memuridkan atau kita harus siap dulu secara mental atau apalah. Aku kurang setuju dengan hal ini. salah satu seniorku di pelayanan pernah berkata bahwa kalau bicara siap tidak siap, semua orang pada dasarnya tidak siap untuk memuridkan. Karena tidak ada orang yang sudah sempurna pengenalannya akan Tuhan di dunia ini dan hidupnya tidak jatuh bangun dalam dosa lagi. Justru dengan memuridkan maka antar bapak dan anak rohani bisa saling menajamkan. Sebagaimana yang ditulis oleh Salomo dalam amsal 27:17 : “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” Jadi tidak ada istilah tidak siap untuk memuridkan. Menurutku istilah tidak siap berarti menolak kehendak Allah dalam dirinya. Karena sudah jelas dalam amanat agung bahwa Tuhan ingin kita memuridkan. Jika kita tidak memuridkan hanya karena alasan tidak siap, maka kita tidak jauh berbeda dengan ahli-ahli taurat. Dalam Luk 7:30 dikatakan : “Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap diri mereka, karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes.” Wow! Sangat ekstrim contohnya. (aku harap setelah membaca hal ini, banyak anak Tuhan yang memilih memuridkan, amin!)

Banyak orang yang walaupun sudah mengetahui hal ini tetapi tetap enggan untuk memuridkan. Mungkin kita bisa menasihati mereka dan mendoakan mereka. Atau mungkin juga ada faktor lain yang mencegah dia untuk mau dimuridkan atau memuridkan. Kita bisa selidiki bersama. dan ini bisa dijadikan pelajaran berharga.

Atau ada juga yang ingin memuridkan tetapi harus terkekang dalam berbagai hal yang membuatnya sulit untuk melaksanakan kehendak Tuhan ini. ada kalanya hal yang mengekangnya ini berasal dari dirinya sendiri, misalnya jadwalnya sibuk, banyak kerjaan, atau hal lainnya. Tetapi semua ini bisa selesai jika ada komitmen yang kuat dari orang tersebut. Jika semua direncanakan dengan baik, pasti dia akan sempat melakukan pemuridan. Disini diperlukan komitmen untuk tetap menjalankan pemuridan. Memang sulit, tetapi bukankah dengan komitmen dan perencanaan yang baik kita dapat melakukan banyak hal yang luar biasa sekaligus?! Ini bukan bicara soal “kehebatan” orang tersebut. Ini bicara soal bagaimana cara menjalankan kehendak Allah. Tetapi silakan pilih sendiri, mengikuti kehendak Tuhan atau tidak.

Atau ada kalanya “pengekangan” ini berasal bukan dari dirinya sendiri, tetapi dari orang lain. Ini sedikit lebih complicated masalahnya. Disaat ada orang yang berkomitmen untuk memuridkan dengan segala tantangan, lalu disaat bersamaan ada hal dari luar yang tidak mengijinkannya melakukan hal itu. ini masalah sulit. Mari kita cermati dulu permasalahannya. Jika mungkin tidak boleh memuridkan karena kesalahan yang telah diperbuat orang tersebut di masa lalu, mungkin boleh-boleh saja. Tetapi jika dia menunjukkan perubahan positif, tentu kita jangan melarangnya. Yang jadi masalah jika kita melarang seseorang memurid hanya karena trauma masa lalu yang terjadi atau peristiwa buruk yang terjadi di masa lalu pada orang tertentu (dimana peristiwa ini tidak dialami oleh orang yang kita larang memuridkan tersebut) lalu kita takut peristiwa yang sama terulang kembali, apalagi jika orang yang kita larang tersebut menunjukkan perilaku yang positif. aku kurang setuju dengan hal ini. orang yang telah menunjukkan perilaku positif pantas diberikan kepercayaan lebih, termasuk soal pemuridan ini. soal kesalahan atau trauma masa lalu yang terjadi, ini sebenarnya tidak bisa dijadikan alasan untuk mengekangnya tidak memuridkan. Karena Tuhan kita sangat kreatif, maka belum tentu apa yang terjadi di masa lalu akan kembali terjadi di waktu yang akan datang. Tetapi jika terancam terulang lagi??? Mudah saja, tanya pada Tuhan yang kreatif tadi. Maka Dia akan menaruh hal-hal kreatif untuk mencegah kita melakukan kesalahan di masa lalu. Jadi menurutku tidak ada alasan trauma masa lalu mencegah orang untuk memuridkan, apalagi orang tersebut tidak mengalaminya dan dia sudah berkomitmen untuk memuridkan. Ketakutan bahwa hal buruk akan terulang kembali hanya menunjukkan bahwa kita mengandalkan kekuatan diri sendiri dan bukan Tuhan. Lalu jika ternyata semua jenis “pengekangan” ini tidak bisa dihilangkan, kita ngapain? Mungkin kita bisa pasrah dan menerima semuanya begitu rupa. Tetapi setahuku, orang yang berkomitmen akan melakukan cara-cara kreatif agar tujuannya tercapai, tentu harus sesuai kehendak Tuhan. Bagaimana caranya? Tentu yang pertama bisa berdoa. Tuhan pasti akan beri jawaban jika hati kita murni.
Terakhir, ada ayat yang sangat bagus dari 2 Tim 4:2a: “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya”. Kalau aku menangkap maknanya seperti ini : Bagaimana buruknya keadaan, tetap ambil komitmen untuk memuridkan dan lakukanlah itu, karena itu kehendak Tuhan Yesus, bukan kehendak manusia. Go get glory!

Gogetglory.co.cc

2 komentar:

  1. jadi mau punya anak pa berapa dek? :)

    aku lihat ga ada error kok. seharusnya memang tidak ada error klo cuma nambah gambar.

    GBU

    BalasHapus
  2. aku mau 2 bang. tp hrs doa kuat nih n kuat jg penjangkauannya. soale aku mungkin g bs jd mentor.
    btw, tp aku setelah posting yg baru sering error y. posting yg muncul selalu yg gambar bayi itu. tp wkt aku liat di edit post, smua baik2 aja. heran jg aku.
    GBU 2!

    BalasHapus