Minggu, 16 April 2017

Sebuah komitmen untuk berdoa

Hari Senin kemarin menjadi hari yang tidak biasa dalam kehidupan doa saya..

Semua cerita diawali ketika saya makan siang bersama dengan rekan sekerja. Biasa kami makan jam 1.15 di kantin untuk menghindari keramaian mahasiswa yang makan siang biasa sekitar jam 12.30. tapi senin kemarin menjadi makan siang yang panjang. Kami bercerita cukup lama sampai sekitar jam 2.30 padahal biasa jam 2 kami sudah selesai.

Saya mempunyai kebiasaan baru di tahun 2017, yaitu meluangkan waktu sejenak berdoa kurang lebih 15 menit sekitar pukul 3.30 – 4 sore. Tahukah anda tempat terbaik berdoa di kantor? Jawabannya adalah WC alias toilet. Hehe.. Puji Tuhan WC di tempat saya terjamin kebersihannya. Tidak ada bau kotoran karena setiap 10 atau 15 menit parfum akan otomatis menyemprot. Maklum, anak WC, jadi saya sudah hapal jadwalnya. (saya juga tahu kalau lampu akan otomatis mati jika tidak ada gerakan selama 15 menit) Hehe.. kebiasaan itu terus saya lakukan sampai hari ini.

Tetapi Senin kemarin sedikit berbeda. Karena makan siang cukup lama, lalu tiba-tiba saya dapat jurnal yang sangat bagus jadi saya habiskan waktu untuk membacanya dari laptop saya. Singkat cerita, saya melobi Tuhan untuk berdoa nanti-nanti saja karena saya pikir bahwa toh yang penting tetap berdoa.

Tetapi tepat jam 5, mata saya tiba-tiba dialihkan oleh sebuah whatsup yang masuk dari grup komsel saya:

“Shalom! Sesibuk apa pun kita bekerja jangan pernah melupakan jam-jam doa. Senantiasalah melibatkan Tuhan di setiap pekerjaan dan usaha kita, pastilah Tuhan akan memberkatiNya. TETAP SEMANGAT. (Ulangan 8:17-18, Mazmur 127:1 (Alkitab bhs. Ind/Nl). "Have a Blessed Monday" Ps Victor, Ps Vivie”

Saya terkejut lihat isi pesan itu. Selang beberapa detik tiba-tiba muncul warning dari laptop saya yang mengatakan bahwa batere nya sudah mau habis dan harus di isi*. Ow ow! Saya langsung sadar Roh Kudus suruh saya berdoa. Segera saya matikan laptop dan menuju WC.

Hal itu sangat berkesan buat saya. Saya bisa lihat bahwa adalah kerinduan Tuhan bersekutu dengan anak-anak-Nya. Tiba-tiba saya berpikir: bukan saya yang ingin saya berdoa tetapi Tuhan yang ingin saya berdoa. Doa yang tidak cuma dinaikkan karena ingin meminta sesuatu, tetapi doa yang dinaikkan karena ingin mendengar Tuhan berbicara. Pada dasarnya Tuhan tahu kebutuhan kita bahkan sebelum kita berdoa (mazmur 139:4). Tetapi kita tidak akan tahu apa mau Tuhan jika kita tidak berdoa! itu kenyataannya.

Salah satu pelajaran istimewa tentang doa yang menempel erat di pikiran saya adalah bahwa doa merubah pendoanya pertama kali. Dia tidak akan merubah orang lain pertama kali, bahkan tidak akan merubah posisi Allah (karena pada dasarnya semua yang Allah mau adalah sangat sangat baik). Tetapi doa merubah sikap hati pendoa, merubah pikiran pendoa, merubah ketakutan pendoa menjadi sebuah keberanian, mengingatkan pendoa bahwa mungkin dia melakukan kesalahan, dan sebagainya.

Bagian selanjutnya yang menarik dari doa adalah doa mempersiapkan “jalan” untuk hal-hal besar. Jika anda seorang petani, anda tidak mungkin menabur padi jika tanahnya keras. Silakan anda lakukan dan padi tidak akan tumbuh. Tetapi anda perlu membajak tanahnya dan menyiraminya dengan air sehingga menjadi gembur lalu anda taburkan benih padi.

Begitulah doa. Tuhan mau lakukan hal-hal besar dan oleh karena itu Dia suruh orang berdoa untuk mempersiapkan segala sesuatu: atmosfer rohani, hati orang-orang lain, dan tentu saja doa mempersiapkan hati pada pendoanya pertama kali. Mustahil anda berkata akan melihat hal besar terjadi dari Allah jika kegairahan berdoa pun tidak ada.

Pentakosta diawali oleh murid-murid yang berdoa (Kisah 1-2). Bahkan penyaliban Kristus pun diawali oleh Yesus yang berdoa di taman getsemani (Mat 26:36-46). Seketika saya sadar mengapa Yesus menyuruh para murid berdoa di taman itu. Akan ada hal besar terjadi: Yesus akan disiksa, disalib, mati, dan bangkit untuk menebus umat manusia. Tetapi para murid memilih tidur. Mereka tidak mempersiapkan “hati” mereka untuk melihat hal-hal besar itu. Mungkin itu alasan petrus memotong telinga seseorang karena dia tidak siap. Mungkin itu alasan orang-orang terdekat Yesus melihat Yesus dari jauh pada waktu disalib (Luk 23:49). Bagi mereka saat itu, kematian Yesus adalah kekalahan besar dan sangat memalukan. Itu bisa jadi karena mereka lalaikan waktu doa sebelum detik-detik hal besar itu terjadi. Mereka tidak siap karena mereka tidak berdoa.

Kebiasaan berdoa tidak hanya mempersiapkan hati kita untuk suatu hal besar tetapi jika melatih telinga kita untuk lebih peka terhadap suara Tuhan. Banyak orang bertanya bagaimana cara mengetahui panggilan hidup. Saya percaya, hal-hal penting seperti ini tidak dalam sekejap menjadi jelas dan pikiran kita terang-benderang. Tetapi yang saya percaya, Tuhan berbicara berkali-kali tentang hal itu. Tetapi pertanyaannya, apakah saya sedang sadar bahwa Tuhan sedang berbicara tentang panggilan hidup saya atau tidak. Tuhan bisa berbicara, tetapi jika saya tidak sadar maka semua itu akan sia-sia.

Mungkin ketika saya berdoa, tidak ada pewahyuan spesifik atau mujizat supranatural langsung terjadi saat itu. Tetapi doa saya saat itu sedang mempersiapkan sebuah pondasi untuk jawaban doa atau kehendak Allah itu terjadi di masa depan. Atau bahkan 1 menit sesudah saya selesai berdoa! Siapa yang tahu?! Pondasi hati kita sedang dibuat atau dikokohkan ketika kita berdoa.

Karena pekerjaan saya banyak di depan laptop, maka bisa lebih dari 10 jam saya habiskan di depan laptop. Saya bisa membuka apa saja. Dunia berusaha mengakses pikiran saya lebih dalam. Tetapi saya tidak punya pilihan. Jika saya tidak membaca banyak artikel, maka saya tidak akan tahu apa-apa. Lalu apa yang bisa saya lakukan supaya dunia tidak merasuki saya lebih dalam? Waktu doa saya naikkan untuk dengar suara Tuhan lebih banyak dari sebelumnya. Itu pilihan yang lebih baik, bukan?

Apa yang bisa saya sarankan? Ambil waktu doa lebih banyak. Komitmenkan waktu-waktu tertentu untuk berdoa setiap hari. Biarkan Tuhan berbicara lebih banyak. Biarkan juga doamu lebih banyak lagi menjangkau rekan-rekanmu, keluargamu, atau bahkan orang-orang yang terhilang.

Saya berikan saran pada mahasiswa di tingkat 3 atau umur sekitar 20-21 tahun untuk lebih banyak berdoa. Karena 22 tahun adalah waktu yang sangat menentukan. Pada umur 22 biasanya mahasiswa akan diwisuda. Jika anda tidak tahu panggilan hidup anda, maka sisa-sisa waktu anda ke depan akan sangat sia-sia. Percayalah. Dan pastikan saat anda diwisuda pada waktu umur 22 tahun, anda sudah tahu mau kemana dan melakukan apa. Panggilan hidup, teman hidup, dan pekerjaan adalah sebuah keputusan penting dalam hidup manusia. Dan keputusan itu ditentukan oleh sebuah kebiasaan kecil yang dilakukan secara rutin dari jauh-jauh hari sebelumnya, yaitu berdoa.

Berkat mungkin berada di level terbawah dari apa yang Yesus tebus. Hal paling berharga yang Tuhan tebus lewat pengorbanannya di kayu salib buat saya adalah hubungan. Saya bisa hubungi Dia kapan saja dan dimana saja (bahkan di WC!). Jangan sia-siakan itu. FIN.

-Hombz-

*fyi, laptop saya akan mengeluarkan bunyi kipas yang cukup besar pada waktu di-charger sesudah saya update ke windows 10. Walaupun masih bisa ditolerir sih. Tapi karena saya suka ketenangan jadi cukup ganggu. Sehingga biasa saya memilih mematikan laptop pada waktu di-charge daripada mengeluarkan suara cukup besar. lalu biasa membaca dari kertas atau buku atau pindah ke PC yang ada di meja saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar