Selasa, 17 September 2013

love u pap,mom..

Ketika saya pergi ke sebuah pemberkatan pernikahan, maka momen yang paling menggetarkan hati saya bukanlah ketika pasangan pengantin diberkati oleh pendeta. Tetapi ketika saya melihat pasangan pengantin mendatangi kedua orang tua masing-masing, lalu berlutut dan mencium mereka. ketika momen ini tiba, selalu air mata saya mengalir. Mungkin benar saya bukanlah keluarga dari pasangan yang menikah itu, dan seharusnya tidak ada alasan saya ikut menangis. Tetapi dari situ saya belajar satu hal : kasih dari orang tua tidaklah tergantikan.

Satu ketika saya dan calon istri saya sedang makan di sebuah restoran cepat saji. Saya lalu memesan makanan dan calon istri saya mengambil tempat duduk. Suasana malam itu tidaklah ramai. Lalu di sebelah saya ada seorang ibu yang cukup berumur ikut memesan makanan juga. Sepertinya itu pertama kali dia datang ke tipe restoran seperti ini. ibu ini lalu mulai bertanya ini itu kepada pelayan restoran itu. dia bertanya menu yang ada apa saja, lalu bagaimana cara mendapat hadiah mainan anak-anak yang ada di gambar, dan lainnya. ibu ini bertanya cukup lama. Saya melihat raut muka pelayan mulai menunjukkan ketidaksabaran dengan semua pertanyaan ibu itu. dan hati saya bergetar ketika saya melihat wajah ibu itu. dia bertanya dengan muka yang polos. Suaranya lembut dan tatapannya pun memang menunjukkan ketidaktahuan. Kemudian ibu ini selesai dengan semua pesanannya dan kembali, lalu tiba giliran saya. Ketika saya beres memesan dan menuju kursi dimana calon istri saya berada, saya lihat ibu itu duduk di dekat kami. Bersama dengan seorang pemuda yang menurut saya anaknya. Mungkin dia seusia saya, 20an tahun. Ketika saya melihat hal itu, saya mau menangis. Mengapa pemuda itu membiarkan ibu tua itu yang pergi memesan makanan sedangkan dia duduk manis menunggu ibu itu memesan makanan dan membawanya juga ke tempat duduk? Tidak adakah rasa hormat pada ibu itu dari pemuda itu?

saya tidak begitu ingat kapan saya pertama kali mengirim sebuah kalimat “abang sayang papa dan mama” dalam sebuah SMS. Tetapi yang pasti itu saya lakukan sejak saya tingkat 3 di bangku kuliah, atau saat usia saya kira-kira 20 tahun. Saya hidup di tengah-tengah komunitas yang mengaku mengenal kasih Allah dan parahnya saya tidak pernah berkata “kasih” pada orang tua saya selama 20 tahun! Mungkin saya yang salah dan keras kepala. Tetapi saya semakin mengerti bahwa kasih yang dingin itu dimulai di keluarga masing-masing. Memang keluarga saya kelihatan baik-baik saja. orang tua saya sangat memperhatikan saya. Tetapi saya telat menyadari bahwa kasih saya dingin pada mereka. butuh 20 tahun buat saya mengirim sebuah kalimat sayang pada orang tua, padahal di usia belasan tahun saya sudah berkata sayang pada seorang cewek yang saya sukai. Padahal cewek ini tidaklah memperhatikan saya, tidaklah melahirkan saya, tidaklah ada di sisi saya selama masa-masa sulit saya. Tetapi orang tua saya ada di semua masa-masa sulit dalam hidup saya. Dan iblis telah berhasil menipu saya selama kira-kria 20 tahun.

Saya yang mengaku berada di keluarga baik-baik saja mengalami kasih yang dingin seperti ini. bagaimana dengan orang yang memiliki keluarga yang rusak? Salah satu anak rohani saya memiliki masalah ini. mamanya selingkuh dan dia menangis ketika menceritakan tentang mamanya. Butuh lebih dari 1 tahun buat dia akhirnya dapat memaafkan mamanya. Lalu bagaimana dengan kisah ini? dapatkah dia berkata “sayang” pada mamanya?

Saya bertemu dengan satu orang yang sudah cukup lama pelayanan. Anak rohaninya juga lumayan banyak. Dia aktif juga melayani bersama-sama dengan saya. Tetapi suatu keanehan terjadi. Ketika saya berkata padanya untuk mengirimkan sms “sayang” pada papa mamanya maka dengan senyuman yang manis dia menolak. Dia tidak pernah mengirim sms “sayang” pada orang tuanya sampai usianya sudah mencapai 22 tahun. Padahal kelihatan bahwa keluarganya baik-baik saja. dia dapatkan semuanya dari orang tuanya. Tetapi sebuah bahasa “sayang” tidaklah dapat dia berikan pada orang tuanya. Puji Tuhan, berbagai “paksaan” berhasil membuat dia mengirimkan sms “sayang” itu. tetapi apakah harus dipaksa? Apalagi status kita sebagai orang yang mengenal kasih Bapa?!

Satu ketika di sebuah retret pelayanan kami, saya melayani seorang mahasiswa baru yang tidaklah saya kenal sebelumnya. Dia kelihatan sekali menikmati pujian penyembahan dan sesi yang diadakan. Kemudian ketika saya mendapat waktu untuk konseling dengan dia, saya jadi tahu latar belakangnya seperti apa. Bapak dan ibunya adalah pelayan di sebuah gereja dan mempunyai posisi di gereja tersebut. Kemudian saya bertanya satu hal, “apakah hati bapamu rusak?”. Dan dia berkata tidak. Tetapi Roh Kudus berbicara pada saya bahwa hati bapanya rusak. Lalu ketika saya bertanya padanya apakah kriteria bapa yang tidak baik seperti yang dikotbahkan ada dan pernah dilakukan bapaknya. Dia berkata pernah, tetapi dia berkata itu masih dalam batas kewajaran menurutnya. Kemudian saya sampai kepada pertanyaan pamungkas yang selalu saya utarakan ketika melayani orang di sesi ini : “kalau begitu, beranikah sekarang kamu sms papa mamamu bilang aku sayang sama papa dan mama?” seketika itu juga air matanya mulai mengalir dari kedua matanya. Sambil tersenyum dia menggelengkan kepalanya. Yahh, dia anak pelayan gereja, tetapi dibutakan iblis bahwa kasihnya pada orang tuanya sebenarnya kosong.

Sampai akhirnya saya melihat ayah saya jadi teladan buat saya bagaimana kasih seorang anak yang seharusnya pada orang tuanya. Nenek saya (atau bahasa bataknya opung) sudah berusia 80 tahun. Dia tidak bisa berjalan lagi. Badannya pun sudah sangat kurus dan lemah. Bergerak saya susah. Setiap saat Cuma tidur di tempat tidur. Disitulah “habitat” dari nenek saya ini. di tempat tidur dia makan bahkan sampai buang air besar dan kecil. Dia sudah tidak bisa apa-apa lagi, tinggal tunggu dipanggil Tuhan saja. lalu saya baru tahu ada luka lecet dan nanah di beberapa bagian tubuhnya. Kakinya membengkak karena ada darah dan nanah. Lalu bagian punggung dan pinggangnya juga ada luka yang cukup besar. Sering sekali dia mengeluh dan berkata sakit. Sudah sangat menderita sekali.

Ketika saya berada di rumah di bekasi, saat kami sekeluarga sedang berdoa malam sebelum tidur, ayah saya menangis dengan sangat keras ketika mendoakan tentang nenek saya ini. bahkan doa itu pun terpaksa “diinterupsi” oleh mama saya karena ayah saya terus saja menangis. Dari situ saya tahu bagaimana kasih ayah saya pada nenek saya. Suatu ketika, saat saya berada di bandung datang sms dari ayah saya. Isinya supaya saya berdoa agar nenek saya ini jangan terlalu menderita lagi. Saya langsung menunjukkan isi sms itu calon istri saya yang saat itu sedang bersama-sama saya. Dengan nada sedikit bercanda saya bilang “apa bokap gw minta supaya gw doain nenek gw dipanggil Tuhan segera ya?” tetapi saya semakin tahu bahwa kasih ayah saya sangat besar pada nenek saya. Ketika saya di rumah di bekasi, saya bisa lihat bagaimana ayah saya memperhatikan nenek saya. Sering sekali bangun tiap malam karena erangan nenek saya, lalu menyuapinya makan, memberi minum, membantu mama saya membersihkan dan mengganti pampers dari nenek saya, dan lainnya. pernah disediakan seorang suster untuk merawat nenek saya dan Cuma 1 hari dia bertahan! Jika melihat tubuhnya yang penuh penderitaan dan lukanya ada dimana-mana, maka adalah suatu wajar hal itu terjadi. Tetapi dari manakah kekuatan ayah saya untuk merawat ibu saya?

Pernah suatu kali saya ikut ibadah di gereja dimana ayah saya membawakan firman. Dia menceritakan bagaimana merawat nenek saya yang sudah sekarat ini. saya tidak terlalu ingat lagi bagian firman Tuhan lainnya yang dia bagikan. Tetapi saya Cuma bisa rasakan kasih yang begitu kuat dari ayah saya buat nenek saya. Beberapa kali saya kesal pada ayah saya mengapa ayah saya begitu “memproteksi” saya sedemikian rupa. Dan dia Cuma berkata “begitulah kasih ayah pada anaknya. Kau nanti akan rasakan hal yang sama saat jadi ayah”. Yaa, ayah saya tidaklah sempurna di mata saya. Saya juga tidaklah sempurna menjadi seorang anak. Tetapi saya bisa lihat, ada kasih Allah sedang bekerja di setiap kami dan mengubah kami.

Satu kali Pastor Yonggi Cho sedang melakukan pelayanan ke desa-desa. Dia bertemu dengan seorang ibu (kalau tidak salah) dimana salah satu bagian tubuhnya membengkak besar sekali dan penuh dengan luka nanah. Ketika Dia mendoakan ibu ini, Roh Kudus bicara dengan lembut padanya, “sedot semua nanah itu dengan mulutmu”. Maka sebagai manusia normal, akan ada kejijikan yang luar biasa disana. Tetapi dia menurut. Dia menyedot semua nanah itu sampai habis dengan mulutnya (seperti orang menyedot racun ular, menyedot dengan mulut lalu membuangnya). Dan sejak saat itu, ibu itu sembuh total. Yonggi Cho diajari tentang kasih Allah pada saat itu.

Kawan, mungkin orang tuamu tidak sempurna di matamu. Mereka punya banyak kelemahan dan kesalahan di matamu. Tetapi mengasihi adalah keputusan. Bagaimanakah sikap Allah melihat hidupmu yang penuh dengan dosa dan kejijikan? Apakah Dia menolakmu? Dia datang memelukmu dan membersihkan semua luka, nanah, dan kotoran dalam hidupmu dengan tangan-Nya sendiri, bukan dengan tangan orang lain. Jika kita sudah menerima kasih sempurna dengan gratis, maka marilah kita lakukan kasih dengan gratis pula. Lakukan pada orang tuamu.

Banyak orang menyewakan suster untuk merawat orang tua mereka yang sudah tua. Atau bahkan menitipkan mereka di panti jompo. Tetapi pernahkan ibumu sendiri menitipkan engkau di sebuah panti asuhan ketika engkau kecil? Atau dia menyuruh seorang suster untuk merawatmu? Mungkin banyak yang seperti itu. tetapi saya yakin, dalam hati mereka yang terdalam, para ibu di seluruh dunia ingin merawat anak mereka dengan tangan mereka sendiri. Bahkan jika hal yang paling burk terjadi dalam hidupmu, dimana ayah ibumu tidak mengurusmu sejak kecil, atau ada dari mereka yang berselingkuh, atau orang tuamu bercerai, atau sejuta keburukan orang tuamu, maukah engkau memilih mengasihi mereka? yaa, maukah engkau memilih mengasihi mereka?

Satu ketika Daud menaikkan sebuah nyanyian yang indah di mazmur 27:10 “sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku”. yaa, dia tidak dipedulikan oleh Isai ayahnya. Ketika samuel datang ke kota Betlehem, maka Isai menunjukkan semua anaknya pada Samuel, kecuali Daud yang ditinggal di padang (1 sam 16). Tetapi Daud mengerti, bahwa kasih Allah dapat mengisi semua “kantong” kasih dalam hidupnya.

Anda tahu bagaimana cara supaya usia anda lanjut? Cuma ada 1 kunci supaya anda hidup lanjut, hiduplah dalam kasih Allah. dan alkitab berkata lebih spesifik lagi : hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan kepadamu (keluaran 20:12).

Yesus berkata dengan luar biasa dalam Matius 10:18 “kamu telah memperolehnya dengan Cuma-Cuma, karena itu berikanlah pula dengan Cuma-Cuma”. Apakah orang tuamu mengasihimu dengan pamrih? Jika tidak, maka kasihi mereka tanpa pamrih juga. Lalu dalam Lukas 7:47 “tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih”. Apakah orang tuamu sudah melakukan banyak kesalahan dalam hidupmu? jika engkau sadar bahwa Yesus sudah mengampunimu banyak, maka kasihilah juga orang tuamu dengan luar biasa walaupun kesalahan dan kekurangan mereka banyak.

Siapakah yang tahu kapan orang tua mereka akan dipanggil pulang oleh yang Kuasa? Jangan sampai perpisahan kekal membuat ada dari kita yang menyesali banyak hal. Dan saya akan tutup dengan pertanyaan khas saya : maukah engkau berkata (minimal sms) pada orang tuamu “aku sayang papa dan mama” ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar