Seperti biasa saat malam, sesaat sebelum pergantian hari: kamar dibereskan sejenak, berpikir apa lagi yang harus dikerjakan, dan secuil pikiran dan pekerjaan lain. Dan, yahh, semua sudah beres. Lalu kemudian rutinitas kegaduhan tiap malam akan kembali dijalankan. keluarkan gitar dari sarungnya dan mulai beraksi. Kamarku berada di lantai 2 rumah, dan hebatnya ada teras luas yang akan menyajikan pertunjukan angkasa di malam hari. Tapi tentunya adalah hal yang gila jika aku bermain gitar di udara luar. Apalagi badanku baru saja dipanggang oleh panasnya suhu badanku selama beberapa hari ini. Akhirnya lokasi “konser” tetap berjalan indoor seperti biasa.
Seperti “konserku” biasanya, lampu kumatikan, kacamata kulepas, hanya ada kelap-kelip nyala laptop dan mouse yang menemaniku. Mungkin ini alasan kenapa aku sangat begitu menyarankan kalau ibadah persekutuanku di kampus meniru konsep “konser” tiap malamku. Lebih terasa hikmat dan tenang, tentu juga lebih terasa romantis. Hehe..
Tidak ada lagu yang stagnan di setiap “konserku”. Ada bisa banyak lagu yang dapat kunyanyikan dan kumainkan. Flow in the spirit, inilah konsep lagu setiap konserku. Haha.. apa saja yang digerakkan yaa keluarkan.
Sesaat kunci gitar G kumainkan, penyembahan mulai dinaikkan. Belum ada lagu yang keluar dipikiran. Dan akhirnya sebuah lagu lama teringat..
Ya Tuhanku, aku hendak bermazmur bagi-Mu selama ku hidup
Ya Allahku, aku hendak bernyanyi bagi-Mu selagi ku ada
Begitu romantisnya lirik lagu ini, pikirku. Tiba-tiba Roh Kudus berkata dengan lembut, “adalah suatu kebahagiaan tak terkira, bisa setia sampai akhir”. Suasana mellow pun datang. Perkataan yang sederhana tetapi sangat berarti. Air mata pun hampir keluar.
Teringat semua pewahyuan dan pengalaman kelimpahan keuangan selama 2 tahun ini, dan aku Cuma bisa berkata : pewahyuan dan pengalaman ini pun bisa membuat aku jauh dari Tuhan. siapakah aku sehingga bisa bertahan terhadap uang? Teringat wajah wanita yang kuidamkan : apakah aku yakin kalau dia tidak membuatku jauh dari Tuhan? teringat posisi terhormat di bangsa-bangsa yang kuimani adalah panggilanku : apakah posisi dan jabatan tidak menggodaku untuk jauh dari Tuhan? lalu apa lagi? Maka sejuta godaan bisa membuatku rentan untuk jauh dari Tuhan.
Siapakah aku ini Tuhan? jadi biji mata-Mu?
Mengapa Dia mau memilih saya yang rentan jatuh? Mengapa Dia masih terus mempercayai saya yang sudah terbukti ratusan kali, atau bahkan ribuan kali, mengecewakan-Nya?
Dan akhirnya Roh Kudus pun menjawab : supaya Dia membuktikan kasih setia-Nya. Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya, begitu pesan paulus pada timotius. Jika saya cukup kuat untuk bertahan sampai akhir, maka apalah arti kasih setia Tuhan? tetapi karena saya rentan jatuh maka bukankan kasih setia Tuhan begitu terasa berharga.
Suatu ketika petrus bertanya harus sampai berapa kalikah mengampuni orang yang bersalah pada kita? Maka Yesus berkata 70 kali 7 kali. Apa arti 7 menurut alkitab? 7 berarti sempurna. Artinya Yesus menyuruh kita (yang manusia) mengampuni seorang saudara kita yang sudah melakukan suatu dosa sempurna di mata kita sebanyak 70 kali. Itu standar manusia, tentu standar Tuhan lebih tinggi. Jika kita bertanya seberapa banyak Tuhan ampuni dosa sempurna saya? Maka Dia akan menjawab: sesempurna kamu melakukan dosa, sesempurna itu Aku mengampunimu. Sesering kamu berbuat dosa, sesering itu juga Aku ampuni dosamu. Sebab 7 kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali. Sesempurna itu kita jatuh, sesempurna itu kita bisa dan akan bangkit kembali.
Kemudian suatu bayangan masa depan terlintas di pikiran. Sesaat sebelum menghadap Sang Raja segala raja di kekekalan, semua keluarga besarku berada disekelilingku. Ada istriku yang juga sudah tua, anak-anakku, menantu-menantuku, cucu-cucuku, dan orang-orang yang dekat denganku. Kuceritakan semua kegagalan sempurna yang pernah kualami, dimana pada akhirnya kasih setia Tuhan menjadi pembeda. Bukan semua kebaikan dan kesuksesanku yang kuceritakan, tetapi semua kegagalanku. Supaya terbukti, Cuma karena kasih setia Tuhan orang super gagal sepertiku bisa berhasil.
Kemudian ada lagu ini yang terselip sesaat aku akan menutup mata untuk selama-lamanya di bumi :
Sampai memutih rambutku, Kau putuskan aku menutup usiaku,
ku kan s’lalu menyembah-Mu, Oh Yesus Tuhanku,
kumilik-Mu, s’lamanya bagi-Mu
Rabu, 13 Juni 2012
Minggu, 03 Juni 2012
kelimpahan bangsa-bangsa (bag. 2)
Ada resiko kalau taburan kita akan habis semuanya dan kita sama sekali tidak menuai! Saya katakan ini sejak awal supaya tidak ada yang kecewa dari kita. Yang menyediakan tuaian adalah Tuhan, bagian kita adalah menabur. Mungkin ini kelihatan bertolak belakang dengan prinsip kasih karunia, dimana Tuhan sudah lakukan semua dan bagian kita menerima semua kelimpahan. Tetapi akses kepada kasih karunia adalah iman. dan iman adalah mengambil resiko! Apakah ada resiko kalau abraham tidak dapat anak? Ada! Padahal dia katanya memiliki iman dan diberikan kasih karunia. Apakah ada resiko kalau sadrakh, mesakh, abednego mati di perapian yang menyala-nyala? Ada! Tetapi lihat hidup mereka. Mereka tau ada peluang mereka gagal dan mati, tetapi apa yang mereka lakukan? Ambil resiko! orang yang beriman adalah orang yang ambil resiko! Cuma satu yang kita tau, Tuhan kita setia. Itu saja dan bagian kita juga harus setia. Ketika di jaman ishak terjadi kelaparan, maka dia ambil resiko untuk terus menabur. dan hasilnya?? Dia mendapat hasil 100 kali lipat! karena dia diberkati Tuhan (kej 26:12). Ishak ambil resiko gagal dan dia mendapat hasil luar biasa karena status dia sebagai orang yang diberkati! Mau ambil resiko??!! Mana nyali anda?!
Perhatikan hakim-hakim 20. Tolong baca perikop ini baik-baik. Orang israel mau berperang dengan suku benyamin dan mereka bertanya pada Tuhan. Tuhan suruh suku yehuda yang maju, dan hasilnya? Suku yehuda kalah. Sampai 2 kali lagi kalahnya! Padahal mereka sudah tanya Tuhan lho dan ikut tepat seperti apa yang Tuhan suruh. Baru yang ketiga mereka bisa menang. Apakah Tuhan mau mempermainkan suku-suku israel? Tidak tahu. Tapi yang pasti, Tuhan kreatif, kawan! Jalan cerita Tuhan tidak selalu sama. Tapi intinya cuma satu, yang setia sampai akhir yang akan menang. Tujuan akhir kita kan bukan cuma sampai kita alami kelimpahan di kampus saja, tetapi sampai kelimpahan bangsa-bangsa datang ke kita. Jadi kalau kesempatan pertama kita belum tuai, maka terus lah menabur! Kalau belum lagi menuai, maka terus menabur! Sampai kapan? Sampai kita menuai! Karena Tuhan pasti akan memberimu tuaian! Dia setia dan menyelidiki hatimu dan lebih mengerti hidupmu bahkan lebih dari dirimu sendiri! Mungkin sekarang anda blm menuai HP baru (misal), tapi Tuhan lebih mengerti kalau tuaian yang terbaik untuk mu adalah motor baru pada 2 bulan lagi. WOW! Ini dahsyat! Kita pasti menuai!
Memang waktu kita menabur kita kehilangan apa yang kita punya saat itu. ada resiko hilang semua, dan ada resiko tuaian 100 kali lipat. iman mengambil resiko kawan. Tetapi ini bukan perjudian lho.
Banyak kebutuhan kita kawan. Tapi jangan pikirkan tuaian! Pikirkan mana rotimu dan mana benihmu! baca 2 korintus 9:6-12. Mari mulai berdoa soal ini. Aku mau kita menabur. Ada resiko gagal, tapi ada resiko menuai 100 kali lipat. Tuhan yang sediakan benihanya untuk kita. Banyak tuaian adalah hak Tuhan, tetapi kita boleh beriman juga kok mau tuai berapa. Aku berdoa kita semua mengalami kemurahan hati seperti ayat 11, sehingga syukur bertambah-tambah pada Tuhan.
Hosea 10:12a bicara : menaburlah bagimu sesuai dengan keadilan, menuailah menurut kasih setia. Kasih setia siapa? Tentu kasih setia Tuhan. seperti apa tuaian yang sesuai dengan kasih setia Tuhan? Lukas 5:38 bicara : berilah dan kamu akan diberi; suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncangkan dan yang tumpah keluar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Anda mengerti maksud ayat ini? “bejana” tuaian akan penuh, padat, bahkan sampai meluap-luap. Bahkan tidak akan ada satu kecil rongga pun buat udara bisa tinggal. Hehe.. atau supaya mudah, seperti apa kasih karunia Tuhan? lihat pengorbanan Dia di salib yang kelihatan “boros” dan “gila” di kayu salib buat sampah seperti saya dan anda (sebelum diselamatkan). Dia selalu memberi dengan boros dan berlebihan untuk saya dan anda. So, pikirkan tuaian tidak apa-apa, tetapi jangan focus disitu. Karena Tuhan sangat pasti terlebih tahu apa yang kita perlukan.
Aku berdoa Roh Kudus sendiri yang berkata-kata pada anda semua. Saya tidak mau setelah kita 10 tahun ikut Tuhan baru kita alami kelimpahan dan menuai. Kita menuai yaa sejak di kampus! Maka kita juga harus menabur di kampus. Ini salah satu kesempatan anda mengalami tuaian 100 kali lipat (dan ada resiko gagal). Mari ambil resiko ini.
Faith, pray, n serve!
Perhatikan hakim-hakim 20. Tolong baca perikop ini baik-baik. Orang israel mau berperang dengan suku benyamin dan mereka bertanya pada Tuhan. Tuhan suruh suku yehuda yang maju, dan hasilnya? Suku yehuda kalah. Sampai 2 kali lagi kalahnya! Padahal mereka sudah tanya Tuhan lho dan ikut tepat seperti apa yang Tuhan suruh. Baru yang ketiga mereka bisa menang. Apakah Tuhan mau mempermainkan suku-suku israel? Tidak tahu. Tapi yang pasti, Tuhan kreatif, kawan! Jalan cerita Tuhan tidak selalu sama. Tapi intinya cuma satu, yang setia sampai akhir yang akan menang. Tujuan akhir kita kan bukan cuma sampai kita alami kelimpahan di kampus saja, tetapi sampai kelimpahan bangsa-bangsa datang ke kita. Jadi kalau kesempatan pertama kita belum tuai, maka terus lah menabur! Kalau belum lagi menuai, maka terus menabur! Sampai kapan? Sampai kita menuai! Karena Tuhan pasti akan memberimu tuaian! Dia setia dan menyelidiki hatimu dan lebih mengerti hidupmu bahkan lebih dari dirimu sendiri! Mungkin sekarang anda blm menuai HP baru (misal), tapi Tuhan lebih mengerti kalau tuaian yang terbaik untuk mu adalah motor baru pada 2 bulan lagi. WOW! Ini dahsyat! Kita pasti menuai!
Memang waktu kita menabur kita kehilangan apa yang kita punya saat itu. ada resiko hilang semua, dan ada resiko tuaian 100 kali lipat. iman mengambil resiko kawan. Tetapi ini bukan perjudian lho.
Banyak kebutuhan kita kawan. Tapi jangan pikirkan tuaian! Pikirkan mana rotimu dan mana benihmu! baca 2 korintus 9:6-12. Mari mulai berdoa soal ini. Aku mau kita menabur. Ada resiko gagal, tapi ada resiko menuai 100 kali lipat. Tuhan yang sediakan benihanya untuk kita. Banyak tuaian adalah hak Tuhan, tetapi kita boleh beriman juga kok mau tuai berapa. Aku berdoa kita semua mengalami kemurahan hati seperti ayat 11, sehingga syukur bertambah-tambah pada Tuhan.
Hosea 10:12a bicara : menaburlah bagimu sesuai dengan keadilan, menuailah menurut kasih setia. Kasih setia siapa? Tentu kasih setia Tuhan. seperti apa tuaian yang sesuai dengan kasih setia Tuhan? Lukas 5:38 bicara : berilah dan kamu akan diberi; suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncangkan dan yang tumpah keluar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Anda mengerti maksud ayat ini? “bejana” tuaian akan penuh, padat, bahkan sampai meluap-luap. Bahkan tidak akan ada satu kecil rongga pun buat udara bisa tinggal. Hehe.. atau supaya mudah, seperti apa kasih karunia Tuhan? lihat pengorbanan Dia di salib yang kelihatan “boros” dan “gila” di kayu salib buat sampah seperti saya dan anda (sebelum diselamatkan). Dia selalu memberi dengan boros dan berlebihan untuk saya dan anda. So, pikirkan tuaian tidak apa-apa, tetapi jangan focus disitu. Karena Tuhan sangat pasti terlebih tahu apa yang kita perlukan.
Aku berdoa Roh Kudus sendiri yang berkata-kata pada anda semua. Saya tidak mau setelah kita 10 tahun ikut Tuhan baru kita alami kelimpahan dan menuai. Kita menuai yaa sejak di kampus! Maka kita juga harus menabur di kampus. Ini salah satu kesempatan anda mengalami tuaian 100 kali lipat (dan ada resiko gagal). Mari ambil resiko ini.
Faith, pray, n serve!
kelimpahan bangsa-bangsa (bag. 1)
dengan iman aku melangkah maju,
dengan doa aku klaim segala sesuatu,
dan dengan melayani aku kerjakan panggilan itu..
Assalamu’alaikum Wr.Wb, shalom aleichem…
Aku kembali dibukakan soal kelimpahan yang menjadi bagian Sion. Dan aku percaya, kelimpahan adalah bagian kita juga secara perseorangan. Tuhan br saja wahyukan beberapa hal ke aku soal kelimpahan kembali.
Mari kita baca sejenak di yesaya 60. Ini janji Tuhan soal Sion. Coba baca baik-baik ayat 5, 6, 9, 11, 13, 16, dan 17 (total ada 7 ayat, angka sempurna!). perhatikan baik-baik ayat itu. Semua itu bicara tentang kelimpahan. Tapi perhatikan sumber dari kelimpahan itu. Sumberny bukan berasal dari orang percaya. Tapi dari orang fasik! Dari orang-orang yang belum kenal Tuhan. Amsal 13:22 bicara tentang : kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar. Jadi sumber kelimpahan sion adalah dari orang fasik. Jadi sumber pemasukan utama kita adalah dari orang-orang dunia ini! Aku berpikir ada hal yang salah di banyak pelayanan. Kita mulai berpikir para alumni pelayanan itulah yang mensupport dana pelayanan itu, tetapi itu tidak alkitabiah. Yang benar adalah orang-orang fasik yang akan mensupport kita. Tuhan “tidak cukup” dimuliakan jika pelayanan mengalami kelimpahan karena alumni yang kaya. Missal ada orang bertanya pada pelayanan anda darimana semua sumber uang pelayanan ini, lalu jawab anda ini berasal dari para alumni yang kaya atau anggota pelayanan yang kaya. Ya wajar jika kita kaya karena ada alumni yang nabur. Tetapi bayangkan sekarang, klu kita di tanya hal yang sama dan jawaban kita spt ini : sumber dana kami berasal dari konsorsium pengusaha arab saudi dan dubai lho. Wow! Mereka akan terheran-heran akan pekerjaan Tuhan menggerakkan orang kedar sendiri untuk berkati kita. Ini baru alkitabiah. Nama Tuhan “lebih” dimuliakan. Bayangkan saat kita pergi misi dan sumber dana dari para pengusaha muslim, ini baru alkitabiah. Tetapi bukan berarti adalah hal yang buruk jika para alumni dan anggota pelayanan adalah orang yang kaya dan suka menabur. Ini baik, bahkan sangat baik, tetapi ini bukan gol akhirnya.
Tetapi bukan maksud aku tidak ada bagian dari orang percaya sendiri. Ada level-level kelimpahan yang harus kita alami. Tuhan memang sudah janjikan kekayaan bangsa-bangsa akan datang ke sion, tetapi gimana cara mengalaminya? Ada “pintu” yang harus kita buka, dan kuncinya bernama : menabur. Keluaran 35 : 4-29 bicara tentang taburan orang israel untuk pembangunan rumah Tuhan. Inilah awal dari kelimpahan Israel: menabur.
Level pertama dari kelimpahan adalah merelakan dari kita untuk menabur bg pekerjaan Tuhan. Baru level kedua bicara tentang kekayaan bangsa-bangsa yang akan datang ke kita. Lalu level terakhir adalah kita menjadi jawaban soal kebutuhan keuangan orang lain atau pelayanan lain di luar pelayanan kita sendiri (tentang jemaat makedonia yang menabur untuk pelayanan lain). Ada langkah-langkah yang harus kita ambil.
Saingan utama Tuhan adalah mamon (uang). Dia sendiri akui itu. Kenapa sangat banyak alumni pelayanan kampus yang setelah lulus langsung cari kerja di kota-kota besar dan tidak mau “meresikokan” dirinya untuk melayani Tuhan. Ini karena tidak ada kemenangan soal uang selama mereka di kampus. Kita selama ini sering bicara tentang jiwa-jiwa, pemuridan, suku-suku bangsa. Tetapi perhatikan baik-baik, kemana anda setelah lulus dari kampus? Apakah orientasi anda sudah menjadi masa depan dan uang? Atau masih tetap jiwa-jiwa seperti di kampus? Tidak ada yang bisa menjamin kita semua akan tetapi memiliki hati yang sama saat kita lulus dari pelayanan kampus. Uang dapat membutakan kita, kawan. Siapa yang berani melepas karirnya di perusahaan X, saat sudah bergaji diatas 50 juta misal, jika suatu saat Tuhan menyuruh berhenti lalu jadi seorang fulltimer? Maka dalam sekejap uang membutakan mata kita dan semua kenangan air mata yang pernah kita keluarkan di kampus untuk jiwa-jiwa hilang tanpa bekas. Uang dapat dengan mudah membutakan kita. Siapa yang berani menolak tawaran kerja di perusahaan Y dengan gaji awal 10 juta, dan disaat yang bersamaan daerah misi membutuhkan pekerja dan tanpa tawaran gaji yang jelas. Saya berdoa kita semua tetapi bisa memilih daerah misi. Tetapi siapa yang menjaminmu akan memilih daerah misi dibanding tawaran gaji besar??? Saya sendiri tidak bisa menjamin diri saya sendiri. Semua karena kasih karunia dan bagian saya sekarang adalah berdoa saya masih bisa tetapi ikuti apa yang Tuhan suruh.
Lalu apa efek hukum tabur tuai dalam hal ini? Lihat ayub 42:5 : hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Ketika kekuatiran tentang keuangan datang dan mulai menghampirimu, maka pengalaman kelimpahan dengan Tuhan lah yang membuat kita tetapi bisa bertahan dari semua godaan dunia ini. Kita bisa dengan mudah menolak tawaran perusahaan X (dengan tawaran gaji awal 20 juta) karena kita sudah pernah rasakan menuai 100 kali lipat! Kita bisa dengan mudah “membuang” surat tawaran kerja di PT. Y dan melihat tawaran dari kerajaan surga lebih berharga jika kita sudah merasakan Tuhan sendiri yang menyediakan tuaian 100 kali lipat. saya sudah rasakan Tuhan saya memberi saya kelimpahan maka saya tolak tawaran perusahaan itu (contoh). Kita tidak cari berkat, kawan. Saya harap anda menangkap apa yang saya maksud. Pengalaman kelimpahan dengan Tuhan itu penting. Tetapi bukan berarti orang yang bekerja di perusahaan selalu khawatir tentang uang, jangan salah artikan maksud saya. Semua pada dasarnya baik jika sesuai dengan apa yang Tuhan suruh untuk kita kerjakan.
dengan doa aku klaim segala sesuatu,
dan dengan melayani aku kerjakan panggilan itu..
Assalamu’alaikum Wr.Wb, shalom aleichem…
Aku kembali dibukakan soal kelimpahan yang menjadi bagian Sion. Dan aku percaya, kelimpahan adalah bagian kita juga secara perseorangan. Tuhan br saja wahyukan beberapa hal ke aku soal kelimpahan kembali.
Mari kita baca sejenak di yesaya 60. Ini janji Tuhan soal Sion. Coba baca baik-baik ayat 5, 6, 9, 11, 13, 16, dan 17 (total ada 7 ayat, angka sempurna!). perhatikan baik-baik ayat itu. Semua itu bicara tentang kelimpahan. Tapi perhatikan sumber dari kelimpahan itu. Sumberny bukan berasal dari orang percaya. Tapi dari orang fasik! Dari orang-orang yang belum kenal Tuhan. Amsal 13:22 bicara tentang : kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar. Jadi sumber kelimpahan sion adalah dari orang fasik. Jadi sumber pemasukan utama kita adalah dari orang-orang dunia ini! Aku berpikir ada hal yang salah di banyak pelayanan. Kita mulai berpikir para alumni pelayanan itulah yang mensupport dana pelayanan itu, tetapi itu tidak alkitabiah. Yang benar adalah orang-orang fasik yang akan mensupport kita. Tuhan “tidak cukup” dimuliakan jika pelayanan mengalami kelimpahan karena alumni yang kaya. Missal ada orang bertanya pada pelayanan anda darimana semua sumber uang pelayanan ini, lalu jawab anda ini berasal dari para alumni yang kaya atau anggota pelayanan yang kaya. Ya wajar jika kita kaya karena ada alumni yang nabur. Tetapi bayangkan sekarang, klu kita di tanya hal yang sama dan jawaban kita spt ini : sumber dana kami berasal dari konsorsium pengusaha arab saudi dan dubai lho. Wow! Mereka akan terheran-heran akan pekerjaan Tuhan menggerakkan orang kedar sendiri untuk berkati kita. Ini baru alkitabiah. Nama Tuhan “lebih” dimuliakan. Bayangkan saat kita pergi misi dan sumber dana dari para pengusaha muslim, ini baru alkitabiah. Tetapi bukan berarti adalah hal yang buruk jika para alumni dan anggota pelayanan adalah orang yang kaya dan suka menabur. Ini baik, bahkan sangat baik, tetapi ini bukan gol akhirnya.
Tetapi bukan maksud aku tidak ada bagian dari orang percaya sendiri. Ada level-level kelimpahan yang harus kita alami. Tuhan memang sudah janjikan kekayaan bangsa-bangsa akan datang ke sion, tetapi gimana cara mengalaminya? Ada “pintu” yang harus kita buka, dan kuncinya bernama : menabur. Keluaran 35 : 4-29 bicara tentang taburan orang israel untuk pembangunan rumah Tuhan. Inilah awal dari kelimpahan Israel: menabur.
Level pertama dari kelimpahan adalah merelakan dari kita untuk menabur bg pekerjaan Tuhan. Baru level kedua bicara tentang kekayaan bangsa-bangsa yang akan datang ke kita. Lalu level terakhir adalah kita menjadi jawaban soal kebutuhan keuangan orang lain atau pelayanan lain di luar pelayanan kita sendiri (tentang jemaat makedonia yang menabur untuk pelayanan lain). Ada langkah-langkah yang harus kita ambil.
Saingan utama Tuhan adalah mamon (uang). Dia sendiri akui itu. Kenapa sangat banyak alumni pelayanan kampus yang setelah lulus langsung cari kerja di kota-kota besar dan tidak mau “meresikokan” dirinya untuk melayani Tuhan. Ini karena tidak ada kemenangan soal uang selama mereka di kampus. Kita selama ini sering bicara tentang jiwa-jiwa, pemuridan, suku-suku bangsa. Tetapi perhatikan baik-baik, kemana anda setelah lulus dari kampus? Apakah orientasi anda sudah menjadi masa depan dan uang? Atau masih tetap jiwa-jiwa seperti di kampus? Tidak ada yang bisa menjamin kita semua akan tetapi memiliki hati yang sama saat kita lulus dari pelayanan kampus. Uang dapat membutakan kita, kawan. Siapa yang berani melepas karirnya di perusahaan X, saat sudah bergaji diatas 50 juta misal, jika suatu saat Tuhan menyuruh berhenti lalu jadi seorang fulltimer? Maka dalam sekejap uang membutakan mata kita dan semua kenangan air mata yang pernah kita keluarkan di kampus untuk jiwa-jiwa hilang tanpa bekas. Uang dapat dengan mudah membutakan kita. Siapa yang berani menolak tawaran kerja di perusahaan Y dengan gaji awal 10 juta, dan disaat yang bersamaan daerah misi membutuhkan pekerja dan tanpa tawaran gaji yang jelas. Saya berdoa kita semua tetapi bisa memilih daerah misi. Tetapi siapa yang menjaminmu akan memilih daerah misi dibanding tawaran gaji besar??? Saya sendiri tidak bisa menjamin diri saya sendiri. Semua karena kasih karunia dan bagian saya sekarang adalah berdoa saya masih bisa tetapi ikuti apa yang Tuhan suruh.
Lalu apa efek hukum tabur tuai dalam hal ini? Lihat ayub 42:5 : hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Ketika kekuatiran tentang keuangan datang dan mulai menghampirimu, maka pengalaman kelimpahan dengan Tuhan lah yang membuat kita tetapi bisa bertahan dari semua godaan dunia ini. Kita bisa dengan mudah menolak tawaran perusahaan X (dengan tawaran gaji awal 20 juta) karena kita sudah pernah rasakan menuai 100 kali lipat! Kita bisa dengan mudah “membuang” surat tawaran kerja di PT. Y dan melihat tawaran dari kerajaan surga lebih berharga jika kita sudah merasakan Tuhan sendiri yang menyediakan tuaian 100 kali lipat. saya sudah rasakan Tuhan saya memberi saya kelimpahan maka saya tolak tawaran perusahaan itu (contoh). Kita tidak cari berkat, kawan. Saya harap anda menangkap apa yang saya maksud. Pengalaman kelimpahan dengan Tuhan itu penting. Tetapi bukan berarti orang yang bekerja di perusahaan selalu khawatir tentang uang, jangan salah artikan maksud saya. Semua pada dasarnya baik jika sesuai dengan apa yang Tuhan suruh untuk kita kerjakan.
Langganan:
Postingan (Atom)