Sabtu, 06 April 2013

ignore me..

Beberapa waktu lalu aku mendengar akan dilakukan perjamuan kudus di gerejaku. Aku sangat excited mendengar hal itu. Sudah cukup lama aku tidak melakukan perjamuan kudus di gerejaku ini. dengan hati penuh kerinduan, aku datang ke gereja saat itu. Lalu seperti biasa, prosesi perjamuan kudus dilakukan. Saat anggur dan roti sudah di tangan, Roh Kudus dengan lembut berkata : “engkau sedang mengabaikan Aku”. aku cuma bisa merespon dan berkata maaf pada Dia saat itu atas semua perlakuanku itu. Lalu aku ambil sikap untuk berubah dan mau lebih dekat pada Dia. Semua berjalan seperti normal-normal saja, sampai akhirnya aku mengerti apa arti dari “diabaikan”.

Beberapa hari sesudah itu, sesuatu terjadi dalam hidupku. Entah mengapa, aku merasa diabaikan oleh seseorang yang aku kasihi. Aku berharap pertolongannya datang dengan segera, tetapi entah mengapa dia mengabaikanku begitu saja. Hubungan kami begitu sangat dekat dalam beberapa bulan ini. itu mungkin yang menyebabkan ada rasa kesal timbul dalam hatiku. tetapi kemudian dengan lembut Dia berkata :”begitulah rasanya diabaikan”.

Mari kita lihat sejenak hidup kita dalam Tuhan. Ketika saya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, maka Dia “memilih” tinggal dalam hati saya. Dia selalu ada karena Dia berfirman : “Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (ibr 13:3). Ini firman yang luar biasa. Perjanjian yang Dia dan saya buat bukan dimeteraikan dengan sesuatu yang murah, tapi oleh darah Kristus dan kematian-Nya di kayu salib. Ini materai yang tidak ternilai harganya. Dan dengan materai itu, Dia berjanji akan selalu bersama kita. Bagi Dia, karena Dia setia, maka Dia akan tepati janji-Nya. Lalu bagaimana dengan sisi kita? Apakah janji yang kita buat akan berjalan bersama Tuhan akan kita tepati?

Jika dilihat dari sisi manusia, maka ibrani 13:3 akan berdampak luar biasa. Tetapi mari lihat sejenak dari sisi Dia. Ketika saya jatuh dalam dosa, maka Dia terus ada bersama dengan saya. Mungkin Dia menangis melihat saya melakukan dosa. Ketika saya memilih mengikuti keinginan saya sendiri, maka Dia terus ada disamping saya. Saat saya sedang menonton film porno, maka Dia menangis untuk saya. Saat saya sedang menyimpan dendam orang lain, maka Dia terus ada bersama saya. Saat saya merokok dan memakai narkoba dan merusak tubuh ini, Dia ada disamping saya dan menangis untuk saya. Dan saat saya mengatakan dengan mulut :”kucinta Kau Tuhan lebih dari yang lain”, padahal hati saya jauh dari Dia, maka tetap ada disamping saya. Saat nyanyian gombal dan palsu keluar dari mulut saya di gereja, maka Dia terus mendengar dan ada disamping saya. Saat saya memilih mempersingkat doa saya karena kesibukan yang lain, maka Dia tetap “fine” dan berkata “up to you”. Saat saya berkata “aku mencintai-Mu Tuhan” tetapi menunda-nunda melakukan yang terbaik dan memberikan sesuatu yang menyenangkan hati-Nya, maka Dia terus menunggu dan berkata “I’m fine about it”.

Kemudian saat saya membutuhkan pertolongan, Dia yang pertama datang menolong saya. Padahal beberapa menit sebelumnya Dia baru saja menangis melihat hidup saya yang penuh dosa. Ketika saya sedang menangis menyesali hidup saya, Dia yang pertama memeluk dan menyeka air mata saya, sambil berkata dalam hati “nak, Aku sudah mengingatkanmu sebelumnya untuk tidak lakukan ini”. ketika saya sudah habiskan semua berkat yang saya terima untuk melakukan berbagai dosa, dan kemudian memutuskan kembali pada Bapa karena saya sudah jatuh miskin melarat, maka Dia yang pertama menyambut saya. Tidak cuma dengan pelukan hangat, Dia sediakan pesta untuk menyambut saya, si penghabis berkat untuk melakukan dosa. Ketika saya melakukan segudang dosa dan menyalibkan Dia untuk kedua kalinya, maka Dia tetap memilih bersama dengan saya.

Berulang kali saya abaikan Dia, dan untuk kesekian kalinya Dia terus bersama dengan saya. Dia terus disakiti, diabaikan, dan dianggap tidak ada oleh saya, tetapi Dia memilih ada bersama dengan saya. Bukan karena saya hebat, tetapi karena Dia berkata akan selalu menyertai saya sampai pada akhir jaman.

Sampai kemudian keluar pernyataan lembut dari Bapa padaku :”abaikan saja Aku terus, tetapi supaya engkau tahu anak-Ku, Aku memilih untuk mencintaimu dan tidak akan mengabaikanmu sekalipun engkau terus mengabaikan-Ku”. Air mata ini mulai mendesak keluar. Tidak pernah ada kalimat yang begitu lembut dan “merelakan” diri untuk diabaikan seperti Dia. Bukan maksud saya supaya kita memilih hidup dalam dosa dan mengabaikan Dia. Tetapi supaya kita tahu, Dia memberikan kasih sejati yang jauh lebih mempesona daripada dunia ini dan orang yang sangat engkau sayangi. Jika orang mengasihimu dari apa yang bisa engkau berikan, maka Dia mengasihiku dari apa yang telah Dia berikan. Mungkin pemberianmu pada seseorang membuat Engkau layak dikasihi orang itu. Tetapi beda dengan Yesus, karena saya diberi sesuatu oleh Yesus, maka saya layak dikasihi oleh Dia. Mengapa Dia mau memperhatikan saya yang sangat sering membuatnya kecewa? Sebagai seorang yang manusiawi dan kasihan pada-Nya terus jadi korban sakit hati oleh dosa-dosa saya, maka saya berkata :”Tuhan, abaikan saja hidup saya. Perhatikanlah hidup orang yang lebih kudus hidupnya daripada saya. Tidakkah Engkau capek melihat dosa-dosa saya? Sudah berapa gulungan tissue Engkau habiskan untuk menangisi hidup saya? Tidakkan Engkau menyesal sudah memperhatikan saya.” Dan apa jawaban Bapa? “Aku tidak akan pernah meninggalkanmu”

Mungkin Dia sudah tahu kapan-kapan saja kita akan jatuh dalam dosa. Atau mungkin Dia sudah sediakan tissue buat menyeka air mata-Nya saat-saat menjelang kita jatuh dalam dosa. Dan memilih ada disana, saat semua dosa itu kita dilakukan. Bahkan saat Dia terus diabaikan mungkin sampai akhir hidupmu, Dia terus ada disana. Karena Dia percaya, suatu saat hatimu akan luluh dan engkau akan pulang. Karena Dia ingin, Dia orang yang pertama kali bersorak, pertama kali memelukmu, pertama kali menyongsongmu, saat engkau memutuskan untuk pulang. Walaupun engkau memutuskan pulang di saat-saat terakhir engkau menutup mata, itu tidak menjadi masalah bagi-Nya. Yang terpenting adalah : engkau mau pulang..

Jadi, “abaikan” Dia selama kita bisa..

*tulisan ini bukan untuk mengartikan jika Tuhan senang diabaikan, dikecewakan oleh kita, atau untuk mengartikan mari berbuat dosa sekarang dan bertobat di akhir-akhir hidup kita. Cuma menggambarkan pengalaman penulis yang merasakan penerimaan dan kasih Dia yang begitu besar dan tidak dipahami oleh pikiran manusia