Kamis, 13 Oktober 2016

saya adalah sebuah MAHAKARYA ALLAH

Ephesians 2:10 “for we are God’s masterpiece.” (NLT)

Saya bersyukur alkitab punya banyak terjemahan yang membantu saya mengerti kedalaman firman Tuhan. Terjemahan Indonesia untuk Efesus 2:10 adalah “karena kita ini buatan Allah, (koma)..” Itu juga ada di terjemahan lain dalam KJV atau Amplified. Tetapi NLT mempunyai sesuatu yang sangat berbeda. “for we are God’s masterpiece. (titik)”

Baru kali ini saya cukup lama merenung tentang sebuah arti dari tanda baca. Bagi saya (bagi saya), tanda koma berarti bahwa ada sesuatu hal lain di belakang koma yang akan membantu menerangkan atau menguatkan argument pada kalimat di depan koma. Tetapi tanda titik berarti tidak ada yang perlu dijelaskan lagi dan (bagi saya) menunjukkan bahwa kalimat itu “sempurna dan selesai”.

Ketika hampir semua terjemahan “cuma” berkata bahwa “kita adalah buatan Allah”, maka NLT membuatnya menjadi begitu berkesan: “WE ARE GOD’S MASTERPIECE.” (titik!!) Dengan apa bisa saya artikan masterpiece? Saya tidak punya kata lain selain MAHAKARYA.

Iblis mungkin berkata bahwa anda adalah manusia gagal, studi anda biasa-biasa saja, tidak membanggakan, seorang pendosa, tidak cakap berbicara, berpenyakitan, dan semua kalimat penghancur gambar diri lainnya. Tetapi alkitab berkata “WE ARE GOD’S MASTERPIECE.” (titik!!) sebanyak iblis berkata buruk tentang dirimu, maka sebanyak itu anda harus sadari bahwa anda adalah MAHAKARYA ALLAH (titik!!).

Bahkan Mazmur 8:4-5 berkata lebih ekstrem lagi “apakah manusia… namun Engkau telah membuatnya sama seperti Allah”. Itu lagu Daud yang lebih “gila” daripada tulisan Paulus.

Banyak orang yang dipakai Tuhan luar biasa bermasalah dengan gambar diri, sebut saja Musa, Gideon, Yeremia (kalau boleh dimasukkan juga si anak bungsu di perumpamaan anak yang hilang; Luk15:19). Bahkan orang Israel sendiri menganggap diri mereka sendiri sebagai belalang (Bil 13:33), dan terjadilah seperti apa yang mereka imani mengenai diri mereka sendiri.

Genap seminggu saya berada di “Negara kedua” ini. Begitu banyak tantangan yang membuat saya harus beriman (Yapp, karena tanpa tantangan, maka iman tidaklah diperlukan): laptop harus diinstal ulang karena bermasalah dan kinerjanya sekarang jadi sangat lambat (tanda harus beli baru, yess! Amin!), tidak punya ruangan untuk kerja karena semua ruangan penuh, hampir tidak bisa pulang ke rumah karena saldo tiket tidak cukup padahal sudah malam, pengajuan uang bulanan ditolak dan harus diundur karena harus menunggu beberapa hari untuk rekening Bank disini keluar, sampai berita bahwa banyak mahasiswa PhD tahun pertama yang gagal karena tidak lolos presentasi proposal, dan lain-lain.

Sampai akhirnya sebuah ibadah kamis malam mengubah hidup saya. Momen dimana saatnya tiba untuk memberikan persembahan. Saya kaget karena saya tidak berpikir ibadah malam itu akan memberikan persembahan. Sekilas saya melihat dompet, tersisa 14€. ATM bank saya yang baru masih kosong. Masih sekitar seminggu lagi untuk uang bulanan dikirim. Pilihan harus dibuat, apakah memberikan uang kertas 10€ atau memberikan uang koin pecahan 2€ atau tidak memberikan sama sekali. Dan Efesus 2:10 itu keluar di kepala saya “I’m God’s masterpiece!” saya bukan seorang yang kekurangan, saya bukan orang yang berkekalahan, saya bukan seorang yang tidak punya pengharapan. Saya adalah sebuah MAHAKARYA ALLAH.

OK, keluarkan 10€ dan biarkan Tuhan cukupkan dan limpahkan dengan 4€ tersisa sampai saya terima uang bulanan saya. Selesai! Tuhan kirim saya kesini dan pasti saya dipelihara. Saya anak Raja dan pewaris kerajaan Allah! Saya adalah MAHAKARYA ALLAH dan tidak mungkin sebuah mahakarya ditinggal di antara rongsokan atau barang-barang sale atau diskonan! Tidak mungkin!

Sampai tulisan ini dibuat, saya tidak temukan uang lain di dompet selain 4€ itu. Saya tidak temukan uang dalam perjalan pulang saya. Tidak ada yang memberi saya uang. Tidak ada (belum ada) mujizat keuangan. tetapi bukankah itu yang disebut iman? Belum melihat tetapi percaya mendapat yang diimani. Tulisan ini dibuat bukan karena sudah ada mujizat terjadi, tetapi karena saya percaya akan ada mujizat. Mujizatnya dimulai saat saya berani mempercayakan hidup saya di depan pada Tuhan. Mujizat terbesarnya adalah iman saya pada Allah yang mencukupkan itu timbul kembali.

Saya tiba-tiba tersadar, bahwa iman erat kaitannya dengan gambar diri. Jika anda tahu siapa dirimu dalam Kristus, maka anda akan berani beriman dan berani untuk bertindak. Seperti orang yang membuat perhitangan dengan dirinya sendiri demikianlah ia (Ams 23:7a). jika anda berpikir bahwa anda adalah anak Allah, maka anda akan berani berharap pada Bapa di surga. Tetapi jika anda berpikir bahwa sepertinya anda akan gagal, maka anda tidak akan berani untuk mengambil resiko.

Beriman adalah sebuah tindakan berani mengambil resiko. Setiap petani tahu bahwa ada resiko gagal panen dari benih yang dia taburkan. Tetapi jika berpikiran negative, maka dia tidak akan menabur dan 100% pasti bahwa dia tidak akan menuai. Tetapi entah kenapa (Yaa, entah kenapa), dia ambil resiko gagal itu dan tetap menabur. Ada kemungkinan dia gagal, tetapi ada kemungkinan dia berhasil. Petani tetap menabur karena dia percaya dia akan menuai, walaupun ada resiko gagal. Seperti itulah iman. Iman bukanlah perjudian. Tetapi iman adalah keberanian untuk LEBIH percaya pada Allah daripada kepada resiko untuk gagal.

Iblis dan dunia boleh berkata apa saja tentang saya, tetapi saya adalah MAHAKARYA ALLAH (titik!). Tidak ada yang bisa ganggu gugat itu. Dan karena saya tahu siapa saya, maka saya berani ambil resiko untuk percaya. Saya tahu bahwa Pemilik saya tidak mungkin membiarkan saya dalam tumpukan barang berdebu. Karena saya adalah sebuah MAHAKARYA, demikian juga anda yang percaya pada Kristus.