Jumat, 27 April 2012

Tidak ada rotan, akarpun jadi

Peribahasa diatas sangat terkenal di kalangan orang-orang yang kreatif, dan kadang berlaku juga dikalangan orang yang terdesak. Hehe.. salah satu maksud dari kalimat itu adalah menggunakan berbagai cara agar masalah bisa diselesaikan.

Tahun terakhir di bangku universitas sedang dijalani. Tidak terasa sekarang waktunya tugas akhir (TA). Lalu kemudian menyusun skripsi. Dan lulus kemudian bekerja di tempat yang sudah ditetapkan Yang Kuasa. Dan tanpa aku sadari, tugas akhirku pun sedang mempraktekkan peribahasa itu.

Jurusanku di universitas adalah kimia (science). Kemudian mengambil sub-jurusan kimia analitik. Salah satu jargon kami di sub-jurusan ini adalah we can analyze you. Hal ini karena salah satu bagian kami adalah menganalisa kandungan senyawa kimia dalam sampel apapun. Hehe.. kemudian saya mendapat topic tugas akhir seputar voltametri. Bingung yaa apa itu voltametri, saya juga bingung menafsirkannya dengan bahasa sederhana. Cari di google aja lah yaa. Hahaha.. voltametri itu sangat berhubungan dengan proses elektrokimia yang mungkin pernah dipelajari SMA. kemudian saya harus membuat suatu elektroda untuk mendeteksi kandungan logam berat. Elektroda itu semacam detector atau sensor. Nah, dalam voltametri, saya harus membuat yang namanya elektroda kerja dan elektroda pembanding. Dalam proses pembuatan kedua elektroda inilah prinsip dasar peribahasa diatas saya lakukan.


Indonesia mempunyai begitu besar potensi untuk mencetak banyak ilmuwan-ilmuwan besar di bidang basic science (seperti kimia, fisika, matematika, biologi). Mengapa saya bilang begitu? Hal itu karena Negara ini sudah cukup dikenal sebagai penghasil anak-anak cerdas di bidang tersebut. Kita bisa lihat dari berbagai even olimpiade-olimpiade ilmu science tingkat internasional. Indonesia sudah menjadi langganan medali emas di berbagai olimpiade science internasional. Bahkan di tingkat olimpiade fisika internasional saja kita sudah pernah menjadi juara umum. Sangat membanggakan! kemudian ada yang pasang target kalau harus ada orang Indonesia yang menerima hadiah nobel pada tahun 2020. Wow!! Negara ini sangat potensial untuk mencetak ilmuwan hebat.

tetapi sayangnya “iklim” di Negara ini tidak cukup mendukung para ilmuwan. Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang. So, focus utama dari pemerintah adalah membangun sector ekonomi dan dunia industry. Itu mengapa gaji peneliti dan ilmuwan di Indonesia serta biaya penelitian sangat kecil dibanding Negara-negara yang lain yang cukup maju. Tetapi sebaiknya kita tidak mencari kambing hitam. Hehe..

tidak ada rotan, akarpun jadi…

menurut saya minta orang Indonesia untuk melakukan penelitian cukup besar. Tetapi kendala biaya harus diakui bisa menjadi penghambat. Tetapi karena peribahasa diatas dibuat oleh orang Indonesia, maka kita seharusnya cukup baik menjalankan makna peribahasa itu bukan? Hehe..

jurnal-jurnal penelitian luar negeri yang berhubungan dengan topic tugas akhir saya sangat banyak tersedia di internet. Semua itu dijadikan referensi utama buat penelitian. Seperti yang saya bilang diatas, saya membuat yang namanya elektroda kerja dan elektroda pembanding. (hampir) semua jurnal internasional menggunakan elektroda pembanding buatan pabrik yang sudah dikenal kualitasnya. Sedangkan harga satuannya kisaran 5 juta rupiah keatas untuk buatan luar negeri. Wow! Mahal, man! Kita mahasiswa yang masih “menyusu” uang dari orang tua. Kemudian elektroda kerja yang digunakan juga memakan biaya yang cukup mahal. Wahh, semakin ribet soal uang nih… tidak ada rotan, akarpun jadi..

jangan sampai masalah uang menjadi penghambat kita untuk berkreasi kawan! Singkat cerita, dosen saya akhirnya menyuruh membuat 2 elektroda itu dengan metode sederhana. Untuk elektroda pembanding, kita tentu harus menyesuaikan nilai pengukurannya dengan buatan pabrik. Dengan berbagai modifikasi dan pengulangan (karena hasilnya jelek), akhirnya jadilah elektroda pembanding buatan saya sendiri. Hehe.. karena nilai pengukurannya sama dengan buatan pabrik, maka tentu valid jika digunakan dalam pengukuran. Hehe.. biayanya juga tidak mahal. Cuma kisaran 200 ribu rupiah sepertinya. Hahaha..

elektroda kerja saya menggunakan elektroda raksa (silakan cari internet untuk keterangan lebih lanjut, hehe.. ). Semua jurnal yang saya jadikan referensi menggunakan yang namanya elektroda tetes raksa. Tetapi kelemahannya adalah membutuhkan raksa dalam jumlah besar, sedangkan raksa bersifat sangat beracun dan membahayakan lingkungan. Karena penelitian saya tetap harus menggunakan elektroda raksa, maka akhirnya dibuatlah suatu metode sederhana. Kalau di SMA pernah dengar deret volta, maka pasti mengerti jika suatu padatan tembaga dimasukkan ke larutan raksa, maka raksa itu akan melapisi tembaga itu secara otomatis. Nah, ini prinsip dasarnya. Tembaga Cuma diambil dari kabel biasa buat listrik, kemudian tinggal celup deh di larutan raksa. Jadilah elektroda kerja raksa. Hehe..

mungkin banyak orang meragukan baik dan valid tidaknya hasil penelitian yang diperoleh mengingat elektroda yang digunakan tidak lazim. Tetapi disini kita boleh sedikit berbangga. Hasil yang diperoleh sangat baik dan bahkan akan direncakanan di publish di jurnal kimia internasional. Hahaha.. semua mahasiswa yang berada di bawah bimbingan dosen saya juga melakukan hal yang sama. Kami disuruh masing-masing membuat elektroda pembanding yang sama, kemudian membuat elektroda kerja yang tentunya tiap orang berbeda tergantung bahannya apa. Missal saya raksa, yang lain carbon dimodifikasi dengan polimer missal, dan yang lainnya. Dan hasilnya juga sangat baik. Bahkan beberapa waktu lalu, dosen saya sempat mempresentasikan hasil penelitian teman-teman saya di seminar internasional kimia di Yunani. Yang datang tentu ilmuwan-ilmuwan hebat, peneliti internasional, dan berbagai dosen dari berbagai universitas terkenal di seluruh dunia. Dan tentunya dosen saya berani presentasi karena hasilnya sangat baik. Dan lagi-lagi, semua bahan yang digunakan sangat sederhana dan tentunya made in Bandung, Indonesia. Hehe..

Negara kita boleh kekurangan dana membuat alat, membeli bahan, bahkan kekurangan instrument analisis. Tetapi kita harus ingat, Negara ini juga membuat peribahasa tidak ada rotan, akarpun jadi. Kita harus praktekkan peribahasa itu bukan.

Indonesia is a creative nation. Indonesia people enjoy innovating and constantly ask themselves and others questions to come up with new ideas.

Asalkan ide itu untuk kebaikan banyak orang tentunya.

Salam,

...