Minggu, 06 September 2009

Dia adalah bapaku...




Aku mendapat suatu pengalaman yang luar biasa kemarin, minggu 6 september 2009. Tuhan dengan indahnya dan hebatnya (so pasti!!) berhasil melakukan suatu terobosan yang luar biasa dalam hidupku. Suatu hal yang sebenarnya sederhana dan kelihatannya simpel, tetapi memiliki makna yang sangat dalam.

Hari minggu ini aku bangun tidur dengan suasana hati yang sedikit mengganjal. Entah apa yang ada dalam pikiranku. aku tidak bisa menebak-nebaknya. Aku berusaha berpikir apakah ada yang salah dalam hidupku, tetapi tetap saja perasaanku masih ada yang mengganjal. Aku langsung saat teduh dan berdoa. Aku berusaha membangun manusia rohku tetapi tetap saja perasaan mengganjal itu selalu datang. Lagi-lagi aku bertanya pada Tuhan apa yang salah. Dia tetap diam saja, aku jadi makin gelisah. Waktu kemudian menunjukkan pukul 2 siang, jadi sudah waktunya aku bersiap-siap ke gereja. Tetapi hatiku tetap gelisah. Lalu aku pun memutuskan menyembah Tuhan sejenak. Hatiku terasa remuk, tetapi tetap saja aku tidak mengerti apa penyebab semua ini. seingatku selama ini aku selalu tahu apa yang menyebabkan hatiku remuk saat berdoa, entah itu karena keluargaku, teman-temanku, anak rohani, jiwa-jiwa, dsb. Tetapi anehnya yang ini tidak kumengerti.

Aku lalu berangkat ke gereja dengan perasaan yang mengganjal. Aku sadar aku tidak sedang dalam kondisi hati yang 100% saat sesi PW. Seperti ada yang membelenggu hatiku dan membuat aku tidak bebas sepenuhnya. Selesai ibadah perasaan itu masih ada. Lalu kemudian salah satu abang, b’ Decky, mengajakku ngobrol berdua. Sampai kemudian dia sepertinya melihat ada yang salah dengan sikapku. Dia bertanya kenapa aku seperti orang bingung. Aku cuma bisa jawab bahwa aku lagi heran ada adik sekolahku yang tidak menjawab sms-ku untuk gereja bareng, padahal selama ini aku tahu adik sekolahku itu selalu menjawab sms-ku. Tetapi dengan sangat yakin aku tahu itu bukan jawabannya. Karena aku sendiri masih bingung apa penyebab semua ini. kemudian aku mengajak abang PA-ku, b’David, pulang bareng dan makan malam bareng. Dia hari ini (senin, 7 September 2009) akan berangkat ke Kupang bersama para abang dan kakak lainnya dari Sion untuk melakukan misi. Jadi aku ajak dia makan bareng supaya bisa ngobrol. Karena kami mungin tidak akan bertemu selama hampir sebulan. Kami ngobrol banyak hal sambil makan. kemudian aku mengantar dia pulang ke kos karena ada mas Risen yang mau mengambil computer.

Hatiku masih belum nyaman saat itu. aku terus bertanya apa yang salah. Tetapi Tuhan tetap diam saja. Aku berusaha menebak apa yang menjadi bahan pikiranku selama ini. lalu aku teringat akan salah satu temanku di Sion yang mulai jarang kelihatan di pelayanan. Setelah aku mengantar b’ David pulang ke kosnya, aku langsung menuju tempat temanku Robert yang dekat dengan kos temanku yang mulai jarang kelihatan ini. rencananya mau mengajak Robert mengunjungi teman kami ini. tetapi sesampai di kos Robert, dia tidak ada di tempat. Aku berusaha sms tetapi tidak dibalas. Akhirnya aku memutuskan pergi kunjungan sendiri. ehh! Temanku ini tidak ada di kosnya. Lalu kemudian aku berniat pulang, tetapi baru keluar ke jalan raya sedikit, aku masih merasa masih ada yang mengganjal dalam hatiku. Aku pinggirkan motor sejenak di pinggir jalan. Aku membuka HP dan berharap mendapat pencerahan. Tidak beberapa lama kemudian adik sekolahku yang tidak membalas sms-ku tadi langsung meng-sms dengan sendirinya. Dia bilang dia ganti nomor HP. Aku lalu ajak dia ketemu hari ini dan dia langsung mengiyakan. Aku sangat senang. Aku nyalakan motor dan berniat pulang. Tetapi lagi-lagi belum sampai 100 meter aku masih merasa ada yang ganjal dalam hatiku. Aku saat itu sedang berhenti di lampu merah GII Dago. Lalu kemudian sesaat ada dorongan untuk pergi ke kos b’ David. Kemudian aku langsung memutar motor sebelum lampu hijau dan berbelok kearah Dago menuju kos-an b’ David. Di tengah jalan aku sms dia kalau aku mau kesana.

Kemudian aku sampai di kos-an b’ David. Kami cerita banyak kembali. Aku kira-kira sampai disana jam 20.45. kemudian datang mas Risen dan b’Josua mau mengambil monitor. Setelah mereka pulang, kami berdua lalu kembali ngobrol. Banyak hal yang aku dan b’ David ceritakan saat itu. seperti kami tidak pernah bertemu lama sekali. Padahal kami baru komsel hari senin yang lalu (31 agustus 2009). Kami juga bertemu di PDS, hari rabu, kamis, dan jumat. Tetapi serasa kami tidak bertemu lama sekali. Waktu menunjukkan kira-kira pukul 22.15, kemudian b’ David mengajak kami berdoa bersama supaya aku pulang karena sudah malam. Lagipula aku sedang flu dan jarak dari kos b’ David ke tempatku sekitar 15 menit. Sebelum berdoa dia bilang mau ke kamar mandi sebentar.

Ketika b’ David keluar dari kamar, ada sesuatu yang luar biasa terjadi. Roh Kudus bicara dengan sangat jelasnya padaku saat itu. Dia bilang : “dia adalah bapamu”. Sesaat aku terdiam. Lalu kemudian aku berkata pada-Nya bahwa aku sudah tahu bahwa b’ David adalah bapa rohaniku. Lalu apa yang salah? Kemudian Roh Kudus mengingatkanku pada waktu retreat KORPS kemarin. Saat sesi “api unggun” (aku juga gak tahu apa persis nama sesinya), ada sesuatu yang agak “aneh” terjadi padaku. Saat itu akan didoakan para calon pekerja Sion. Kami mulai berbaris. Aku ada di barisan pojok kiri paling belakang. Para pekerja lalu mulai mendoakan kami calon pekerja. Lalu kemudian b’ Decky datang dan mendoakanku. Saat itu hatiku sudah sangat remuk, air mataku sudah mau keluar. Tapi anehnya air mataku tidak bisa keluar. Aku cuma mengangkat tangan dan berbahasa lidah saat b’ decky menumpangkan tangan atasku dan mulai berdoa, sambil meng-aminkan dan meng-iyakan. Kemudian setelah itu datang b’ David. Dia langsung memelukku dan mulai berbahasa lidah. Anehnya, mungkin tidak sampai 1 menit aku langsung menangis sejadi-jadinya. Air mataku langsung keluar dengan sangat banyak. Kembali ke kamar b’ David. Kemudian aku bilang pada Roh Kudus bahwa aku menangis seperti itu sudah merupakan hal yang wajar. Tetapi kemudian Roh Kudus bilang sesuatu yang lain. Dia bilang bahwa aku tidak akan sangat tersentuh hatiku saat itu jika bukan b’ David yang melakukannya. Dia bilang bahwa pelukan seorang bapak akan sangat berbeda dengan pelukan orang yang bukan bapak kita. Pelukan seorang bapak jauh lebih terasa daripada pelukan orang lain. Itu karena dia yang telah merawat kita dengan baik. Kita sudah merasakan kasih sayang langsung dari bapa kita. Aku lalu terdiam kembali.

Sesaat kemudian b’ David kembali masuk ke kamar. Dia langsung memegang gitar dan mengajak berdoa. Tetapi aku menyela sebentar dan bilang bahwa ada yang mau aku bicarakan. Kemudian aku bilang apa yang sudah Roh Kudus katakan padaku barusan. Sesaat air mataku mulai keluar. Aku menceritakan semuanya dengan berlinangan air mata. Aku lalu mengatakan bahwa dia adalah bapak rohaniku. Aku mengatakannya dengan hati yang betul-betul remuk dan air mata yang keluar. Entah apa yang terjadi saat itu. kemudian b’ David berkata bahwa dia sangat senang aku berkata bahwa dia adalah bapak rohaniku. Aku baru sadar bahwa ini adalah pertama kalinya aku berkata di depannya bahwa dia adalah bapak rohaniku. Kami sudah komsel sejak satu tahun yang lalu, dan butuh satu tahun untuk aku berkata padanya bahwa dia adalah bapa rohaniku. Padahal setahuku sudah sejak bulan maret 2009 aku berkata pada orang lain bahwa dia adalah bapa rohaniku. Lalu kemudian aku juga katakan pada angkatan 2009 bahwa b’ David adalah bapa rohaniku. Tetapi baru sekarang aku katakan secara langsung padanya. Kemudian kami berdoa dan aku pulang ke tempatku dengan hati yang damai. Ternyata ini yang Tuhan mau aku lakukan. Dia cuma mau aku katakan pada b’ David bahwa dia adalah bapa rohaniku.

Aku jujur saja awalnya mengangggap ini adalah sesuatu yang sederhana. Tetapi jika kita perhatikan lebih lagi, ini adalah suatu tahap hubungan yang naik selevel lebih tinggi dari sebelumnya. Seorang bapa butuh pengakuan dari anaknya bahwa dia adalah bapa dari anak tersebut. Bisa kita bayangkan apa yang ada di pikiran bapa jasmani kita ketika di rumah kita tidak memanggil dia dengan sebutan bapa. Tetapi kemudian bapa jasmani kita mendengar orang di luar yang berkata bahwa kita memanggil dia adalah bapa kita. Tidakkah akan jauh lebih senang perasaan bapa kita ketika dia mendengar sendiri dari mulut kita dan di depan matanya kita memanggil dia dengan sebutan bapa. Begitu juga dengan bapa rohani kita. Tidakkah alangkah baiknya jika suatu waktu kita datang padanya dan mengaku dengan jujur tanpa ada dorongan dari pihak lain (kecuali Roh Kudus) dan berkata bahwa kita mengakui dia sebagai bapa rohani kita? Suatu kalimat pendek dan simpel tetapi sangat bermakna. Bapa rohani kita juga butuh pengakuan langsung dari mulut kita tentang siapa dia di mata kita.

Aku ingat tanggal 9 mei 2009 k’ Christ pernah membagikan firman di Sion Raya tentang masalah pembapaan rohani. salah satu poinnya adalah bahwa boleh ada lebih dari satu pendidik dalam Kristus, tetapi hanya ada satu bapa rohani ( 1 Kor 4:15-16). Jadi sama seperti bapa jasmani yang hanya satu, begitu juga dengan bapa rohani. kemudian b’ David berkata bahwa “it’s all by grace” jika dia menjadi bapa rohaniku dan sebaliknya. Ya, seperti kita tidak dapat memilih siapa bapa jasmani kita, begitu juga dengan bapa rohani kita. Semua adalah anugerah.

Dalam matius 16:13-20 dikatakan bahwa Tuhan Yesus bertanya pada murid-murid-Nya apa pendapat orang tentang siapa diri-Nya. Tetapi kemudian Dia bertanya apa pendapat murid-murid-Nya sendiri tentang siapa Dia di mata para murid. Kemudian Petrus berkata bahwa Dia adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Lalu Tuhan Yesus berkata bahwa perkataan itu datang dari Bapa di sorga. Begitu juga dengan bapa rohani kita. Dia butuh pengakuan siapa dia di mata anak rohaninya. Lalu kemudian hanya dengan dorongan Bapa di sorga kita dapat mengaku bahwa orang yang memuridkan kita adalah bapa rohani kita.

Tidak semua yang dimuridkan merasa bahwa orang yang memuridkannya adalah bapa rohaninya. Karena ada level hubungan yang lebih tinggi untuk sampai pada pengakuan kesana. Tentu ada harga yang harus dibayar. Level pengakuan bapa rohani adalah level yang paling tinggi menurutku dalam hubungan pemuridan. Karena ada orang yang dimuridkan hanya merasa bahwa yang memuridkannya hanya sebagai pembimbing rohaninya saja (itu berarti dia hanya “dianggap” dalam hal yang berlabel rohani saja), atau sebagai mentor rohani (pengertiannya sejenis dengan pembimbing), atau mungkin hanya sebagai pengajar alkitab saja (ini level pemuridan yang kurang baik). Sama seperti bapa jasmani, seorang bapa rohani memiliki semacam “koneksi” batin dengan anak rohaninya. Hal ini sudah aku alami. Beberapa kali b’ David meng-sms-ku dan berkata sesuatu tentang kondisiku yang ternyata memang benar aku alami. Kemudian dia bilang bahwa Tuhan menyuruhnya membagikan bahan komsel X dimana ternyata bahan komsel ini sangat bersesuain dengan apa yang aku alami. Dan banyak contoh koneksi batin lainnya.

Level pengakuan bapa rohani adalah sesuatu yang sangat luar biasa dalam pemuridan. Adalah suatu yang lumrah jika seorang yang memuridkan mengaku bahwa orang yang dimuridkannya adalah anak rohaninya. Tetapi adalah sesuatu yang jarang jika yang dimuridkan mengaku bahwa yang memuridkannya adalah bapa rohaninya. Biasanya yang sering terdengar adalah istilah pembimbing rohani, mentor, abang PA/komsel,pengajar alkitab, dsb.

Ada lagi satu fakta yang luar biasa tentang konsep pengakuan bapa rohani itu. dalam dunia kita, warisan biasanya hanya diberikan pada anak dari orang yang meninggal dunia. Begitu juga dengan konsep bapa rohani. kita akan mendapat warisan utuh dari orang yang memuridkan kita jika kita mengakui dia adalah bapa rohani kita. Coba kita lihat contoh kasus Elia dan Elisa. Dalam 2 raja-raja 2 dikisahkan bahwa Elia akan terangkat ke surga. Lalu Elisa meminta warisan 2 bagian dari roh Elia. Nabi-nabi yang ada saat itu menyebut Elia adalah tuan Elisa. Tetapi dalam ayat 12 dikatakan bahwa Elisa memanggil Elia dengan sebutan “bapa”. Ada pengertian yang berbeda antara sebutan “tuan” dan “bapa”. Memang dalam 1 raja-raja 19:21 dikatakan bahwa Elisa menjadi pelayan Elia, tetapi dalam 2 raja-raja 12 dikatakan bahwa Elisa menyebut Elia dengan sebutan “bapa”. Aku tidak tahu apa latar belakang Elisa memanggil seperti itu. tetapi yang jelas Elisa merasa bahwa dia diperhatikan seperti anak sendiri oleh Elisa sehingga dia dapat berkata seperti itu. itu perkataan tanpa dorongan dari pihak manapun dan dengan tulus. Dan akhirnya Elisa mendapat warisan itu dari Elia.

Saat ini sedang banyak hal dalam hubungan sesama saudara dibagikan di Sion. Ada banyak pengakuan-pengakuan yang diungkapkan secara terbuka di depan para pekerja Sion. Mulai dari kebutuhan dana, kekurangan fisik, kondisi keluarga, sampai pada berbagai dosa yang mulai ditelanjangi. Akibatnya banyak perkara besar mulai diperlihatkan. Hubungan sesama saudara pekerja semakin dekat saja. Tetapi alangkah baiknya jika segala sesuatu dimulai dari komsel kita sendiri. dimana komsel adalah keluarga terdekat. Sama seperti Tuhan Yesus yang mulai membangun hubungan dekat dengan murid-murid-Nya terlebih dahulu ( baca Luk 12:1 dan Markus 4:11), kita juga harus mulai hubungan dekat dari dalam komsel kita terlebih dahulu.
Adalah sesuatu yang sederhana berkata pada yang memuridkan kita bahwa dia adalah bapa rohani kita. Tetapi ini tentu setelah kita merasakannya sendiri dan Roh Kudus telah mengatakannya pada kita. Karena orang yang memuridkan kita juga butuh pengakuan dari kita sendiri. ini bukan soal tentang mencari pengakuan dan kehormatan, tetapi soal penghargaan kita pada yang telah memuridkan kita. Hanya dengan berkata : “abang/kakak adalah bapa rohaniku”, maka banyak terobosan akan dimulai dalam hubungan kita dengan bapa rohani kita dan tentunya hubungan dengan orang lain juga akan dipulihkan. Go Get Glory!

Gogetglory.co.cc